14

60 3 2
                                    

Happy reading :)

Rai hanya bisa menatap kedepan dengan tatapan kosong. Apa...apa yang dia dengar dari penjelasan Sam saat ini...ini...ini benar-benar kejutan! ya! kejutan yang berhasil meremukkan hatinya sekali lagi. Ingin sekali Rai tertawa, menertawakan dirinya saat ini. Menertawakan kisahnya yang menyedihkan empat tahun lalu
Tuhan....inikah kejutan yang kau berikan kepadaku? kenapa kau memberikan takdir yang kejam ini padaku?. Batinnya pedih. Rai rasanya ingin menjerit, menjerit sejadi-jadinya melampiaskan sesak yang dia rasa. Tapi dia tidak bisa. Gue gak bisa!. Hatinya meraung-raung mengatakan sakit, memohon untuk segera di sembuhkan.

"Sekarang kamu tau, kan ini semua hanya kesalah pahaman?" ujar Sam ketika dia menyelesaikan penjelasannya pada kejadian empat tahun lalu. Namun dia sama sekali belum mendapatkan respon apapun dari wanita yang ada di depannya ini. Sam tersenyum kecut ketika melihat ekspresi di wajah Rai saat ini. Dia tau, Rai pasti sedang merasakan sakit atas permainan takdir yang Tuhan berikan pada mereka, dia pun juga merasakan sakit itu. Benar-benar terpukul. Bahkan sudah lama sejak dirinya berpisah dengan wanita yang dia cintai ini.

Masih tidak mendapatkan respon apapun, Sam mencoba meraih tangan Rai yang berada di atas meja.

"Rai..."

Dan saat itu juga Rai tersadar dan langsung menjauhkan tangannya dari jangkauan Sam. Sam yang melihat itu hanya bisa meringis menahan sakit yang kembali dirasakannya. Rai masih menolaknya walaupun dia sudah menjelaskan kesalah pahaman itu.

"Sam, aku...aku harus pergi" ujar Rai terbata lalu segera beranjak dari duduknya namun Sam segera mencegahnya. Sam memegang pergelangan tangan Rai, membuat langkah Rai terhenti dan membalikan badannya menghadap Sam.

"Please, please give me one more chance. Please....give me, Rai" pinta Sam sambil menatap Rai dengan wajah sendu penuh harap.

Rai tertegun. Sejenak dia merasa dilema. Haruskah dia memberikan Sam kesempatan satu kali lagi? namun logikanya mengatakan ini salah. Dia tidak seharusnya melakukan ini. Tidak saat dirinya sudah menjadi tunangan orang lain. Seketika itu juga Rai mengingat Raiven dan kata-kata Raiven kembali terngiang di benaknya. 'Aku tidak ingin milikku di usik orang lain' ya, Rai masih mengingat dengan jelas kata-kata itu sebelum mereka bertunangan, dan Rai sadar jika dia memberikan Sam kesempatan kedua tidak memungkinkan Raiven akan mengetahuinya dan itu bisa sangat berbahaya untuk Sam. Sudah cukup dia mendengar penjelasan dari Sam dan dia tau Sam sama menderitanya dengan dirinya empat tahun lalu dan dia tidak ingin Sam kembali menderita hanya karena dirinya. Sudah saatnya dia dan Sam berdamai dengan masa lalu, dan hanya itu, mereka tidak bisa bersama lagi. Sam layak mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.

"Sam aku--"

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?"

Suara seseorang menginterurupsi ucapan Rai, dan orang itu kini berjalan mendekati mereka berdua. Rai terkejut dengan siapa yang kini ada di sampingnya. Raiven?, batinnya gelagapan. Mampus lo Rai!!. Rai semakin terkejut ketika Raiven bukan menatap dirinya melainkan menatap tangannya yang di pegang Sam. Seakan tersadar, Rai berusaha menarik tangannya dari Sam. Sedangkan Sam sendiri menahan emosinya karena kedatangan orang yang kini berada di samping Rai. Dia sangat tau lelaki ini siapa.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Raiven mengulang pertanyaannya dan kali ini menatap wajah Rai yang mulai memucat, dengan tatapan tak terbacanya. Seperti biasa, Raiven selalu menampakan ekspresi datarnya tapi sangat terbalik dengan apa yang ada dalam hatinya rasakan. Tidak, dia tidak cemburu sama sekali, hanya saja....dia sangat membenci sebuah penghianatan. Dan dari apa yang dia lihat saat ini, dia sangat tau, siapa lelaki yang dengan lancangnya memegang tangan tunangannya. Oh ayolah....dia adalah seorang pria dengan ego yang tinggi. Tentu saja egonya merasa terluka saat ini. Rai seakan mengolok-olok dirinya!.

Perfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang