5

79 4 0
                                    

"Nyatanya, kamu lah yang menghianati ketulusan itu"- unknown

Di ruangan bernuansa coklat dengan sedikit pencahayaan lampu yang temaran. Lelaki dengan penampilan mengenaskan, jas yang beberapa kancing teratasnya sudah terbuka dan keluar dari celan denim hitamnya, serta rambut coklat tembaga yang sudah acak-acakan dan wajah yang memerah, bahkan tubuh lelaki itu tercium bau alkohol yang sangat menyengat, menandakan jika lelaki ini sudah terlalu banyak meminum cairan beralkohol. Lelaki itu terus saja menggumamkan nama seseorang yang begitu ia cinta sekaligus ia rindukan. Dalam setengah sadarnya, lelaki itu kembali meraih botol di atas mejanya yang berisi cairan alkohol lalu menengguknya menyisakan setengah dari isi sebelumnya.

"Kamu yang berhianat! nyatanya kamu!! bukan aku!!" serunya lalu ia kembali menengguk cairan alkohol itu hingga tandas.

"Kamu yang menghianatiku, bukan aku" gumamnya lagi namun kali ini dengan nada lemah membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan ikut merasakan bagaimana terpuruknya lelaki itu saat ini. Dengan sisa kesadarannya lelaki itu berdiri dari sofa yang ia duduki, ia berjalan terhuyung ke arah pintu kamarnya yang terbuka, lalu ia menghampiri meja kerjanya yang berada di tengah sudut ruangan dan meraih sebuah figure yang selalu terletak di meja kerjanya itu. Lelaki itu mengusap figure itu dengan pelan, tatapannya nanar menatap figure seorang wanita yang beberapa tahun lalu telah mengisi hatinya bahkan sampai detik ini. Wanita yang membuatnya merasakan cinta pertamanya, wanita yang juga membuatnya seperti saat ini, wanita yang begitu ia rindukan dan wanita ini juga yang menghancurkan kepercayaannya. Lelaki itu mengepalkan sebelah tangannya dan memegang figure itu semakin erat. Ia memejamkan matanya, mengingat kembali kenangan itu, kenangan yang sudah lama ia kubur dalam hatinya.

Flashback on:

Lelaki dengan mata sipit itu mengembangkan senyumnya. Hari ini ia sangat senang, pasalnya ini kali pertamanya ia akan berkencan dengan gadis yang sudah seminggu resmi menjadi kekasihnya. Ia kembali menatap ponselnya. Senyumnya kembali mengembang saat melihat balasan pesan masuk.

My Love:
Aku akan menunggumu. Seperti katamu, aku akan berdandan cantik :)

Me:
Ya, aku tidak sabar untuk malam nanti.
i love you, Rai

My Love:
i love you to, Sam :)

Ia terkekeh melihat emotion dari pesan gadisnya itu. Ia bisa membayangkan wajah gadisnya itu pasti tengah merona. Ia menggelengkan kepalanya. "Astaga...aku benar-benar sudah jatuh dengan pesonamu, Rai". Gumamnya. Ia melirik jam tangan yang ia kenakan.

"3 jam lagi" gumamnya, sedetik kemudia ia kembali terkekeh, Sam menggelengkan kepalanya menertawakan dirinya ini. Ia bahkan sudah gila, menghitung waktu hanya karena rasa tidak sabarannya yang akan berkencan dengan kekasihnya. Hey!! jangan salahkan dia jika bersikap berlebihan seperti ini. Bukankah itu wajar? apalagi mengingat ini yang pertama kalinya bagi dia. Katakanlah dia lelaki yang lebay, tapi ia tidak perduli sama sekali. Kenyataanya ia memang bersikap berlebihan jika menyangkut gadis yang ia cintai.

Tepat pukul 7 pm, lelaki itu kini tengah bersiap menjemput sang kekasihnya. kaos polo berwarna putih yang di balut jaket kulit coklat muda menutup tubuh berisi sesuai ukuran anak remaja seusianya. Celana jin berwana coklat tua serta sneakers hitam yang ia kenakan cukup membuat penampilannya terlihat cool. Tidak heran jika beberapa siswa di sekolahnya juga mengidolakan pesonanya.

"Sam? kamu mau kemana?" lelaki remaja yang dipanggil Sam itu menoleh ke arah wanita lanjut usia yang kini tengah memandangnya bingung.

Perfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang