8

77 2 1
                                    

Sorry typo
Please leave your Vote & Comment :)
Enjoy it ☺

Flashback on:

"Kamu mau ajakin aku kemana sih, Sam? ini juga, kenapa pakai tutup mata segala" gerutu Rai pada Sam yang dibalas dengan kekehan kecil Sam.

"Udah, kamu diam saja, ntar kamu bakalan tau sendiri kok"

"Ya tapi gak mesti pakai tutup mata segala, kan Sam"

"Kalau tidak begitu, bukan surprice namanya, Rai" Rai mencibir, namun begitu dalam hatinya ia sangat penasaran, apa yang tengah menunggunya? apa yang Sam ingin tunjukkan padanya? pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benaknya yang sudah sangat jelas tidak akan mendapat jawaban, maksudnya tidak untuk sekarang, tapi nanti.

Sam yang menggandeng tangan Rai, dengan perlahan terus menuntun Rai berjalan bersamanya. Memastikan Rai tidak terjatuh sekalipun karena mata yang sengaja ia tutup.

"Masih jauh, Sam?" tanya Rai.

"Tidak, sedikit lagi kita sampai" jawab Sam yang di balas anggukan dari Rai.

"Nah, kita sampai. Aku bakal buka penutup mata ini, tapi kamu jangan buka mata dulu, nanti setelah hitungan ketiga baru kamu boleh buka mata. Kamu ngerti?" interupsi Sam yang lagi-lagi di balas anggukan Rai.

Sam membuka penutup mata Rai perlahan, lalu ia mulai menghitung, setelah hitungan ketiga, perlahan Rai membuka matanya. Rai memandangi dengan seksama apa yang dia lihat di depannya ini.

"Kamu pernah bilang kalau kamu ingin melihat ribuan bintang di malam hari dengan mata telanjang..."

"...seperti yang kamu inginkan Rai. Aku mengajakmu ke tempat ini. Bagaimana menurutmu?" tidak ada jawaban dari Rai, dan itu sungguh membuat Sam di landa kekhawatiran. Apa Rai tidak menyukainya? pertanyaan itu tiba-tiba terlintas di benak Sam, ia menatap wajah Rai dengan harap-harap cemas.

"Rai?" panggil Sam, namun lagi-lagi Rai tidak menghiraukannya, dan tetap fokus memandang ke arah depan.

"Kalau kamu tidak suka, kita bisa--" ucapan Sam terpotong karena perkataan Rai tiba-tiba.

"Apa aku pernah bilang kalau hanya kamu yang tau keinginanku ini?" Sam mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang Rai lontarkan padanya. Tak urung dia pun hanya mengangguk.

"Apa aku pernah bilang kalau keinginanku itu belum pernah tercapai sekalipun?" lagi-lagi Sam hanya mengangguk, dahinya semakin mengkerut. Oke, kali ini dia bingung sekarang. Kemana sebenarnya arah pembicaraan mereka ini?.

Setelah puas menatap pemandangan yang Sam tunjukan padanya, kini Rai mengalihkan tatapannya, memandang Sam dengan ekspresi yang sulit di artikan. Tiba-tiba Sam merasakan tubuhnya di tubruk, lalu merasakan pelukan hangat dan nyaman yang selalu menjadi favoritnya. Rai memeluk tubuh Sam dengan eratnya, seperti enggan melepaskan Sam, seperti tanpa memeluk Sam erat maka tubuhnya akan jatuh, seperti Sam adalah penopangnya, seperti Sam adalah tumpuannya, dan masih banyak perumpamaan yang Rai jabarkan jika ia tidak memeluk Sam dengan erat.

"Dan sekarang aku mau bilang kalau kamu lah satu-satunya orang yang mewujudkan keinginanku untuk pertama kalinya, Sam. Dan aku sangat berterima kasih untuk itu Sam, thanks" gumam Rai dalam pelukan Sam.

"Thanks untuk surprice ini, Sam. Aku menyukainya, sangat menyukainya" ucap Rai lagi dengan tulus.

Sam tersenyum mendengar penuturan Rai barusan, ia langsung menghembuskan nafasnya lega karena ternyata kejutannya ini berhasil. Sam membalas pelukan Rai tak kalah eratnya.

Perfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang