1

158 4 0
                                    

Araina Arrafika Sinlcaire. Well, siapa yang tidak mengenal nama itu? mungkin ada sebagian orang yang tidak mengenalinya, tapi jangan salah, nama itu cukup terkenal di kalangan masyarakat. Bukan, dia bukan seorang publik figure atau pengusaha terkenal yang biasa muncul di majalah-majalah, maupun infotiment lainnya, tapi jangan salah, namanya juga pernah beberapa kali di sebut di televisi atau media sosial lainnya, walaupun tidak sesering para aktris kebanyakan, dan yah.... Araina Arrafika Sinclaire cukup di kenal banyak orang terutama di bidang kedokteran.

Cerdas dan cermat, tentu saja Araina memiliki otak di atas rata-rata. Cantik? well, jangan di tanya, Araina bisa dikatakan memiliki wajah bak model terkenal apalagi bentuk tubuhnya yang sangat proposional, mengingat Araina adalah anak dari sepasang pengusaha Sinclaire, tidak heran jika Araina menuruni wajah orang tuanya yang tampan dan cantik itu.
Harta? tidak perlu diragukan, Araina termasuk golongan orang-orang berkelas atas dan tentu saja dia tidak menyombongkan diri, jangan lupa jika Araina itu anak siapa. Well, sebenarnya jika tanpa harta orang tuanya pun Araina sudah termasuk golongan kelas atas, mengingat pekerjaannya saat ini. Menyelamatkan nyawa seseorang, ya Araina adalah seorang dokter, dokter spesialis bedah lebih tepatnya, dan siapa yang tidak mengenal dia? Dr. Araina, dokter muda dan cantik, anak sulung dari pasangan Sinclaire, sang raja bisnis yang namanya sudah terkenal di seluruh dunia, terutama di negara asalnya, Inggris.
.
.
.

"Pagi, Ma" sapa Araina atau yang lebih sering di panggil dengan Rai itu pada Mama Reva yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.

"Pagi sayang" balas Mama Reva.

"Brian mana, Ma?" tanya Rai sambil menuangkan sesendok nasi ke piringnya.

"Masih di kamarnya"

"Ngapain cari aku? kangen ya?" seru suara bass yang tiba-tiba menyahut, tak lama seorang laki-laki bermata hijau itu menghampiri mereka, mengecup pipi dan kening Mama Reva, lalu ia duduk di samping Rai.

"Kengen ya sama aku?" ulangnya lagi.

"Siapa juga yang kangen sama kamu? percaya diri banget" balas Rai.

"Bilang aja, aku kan orangnya emang ngangenin"

"Dih, pulang dari Amrik tingkat kepercayaan diri kamu itu makin meningkat deh kayanya, ya gak Ma?"

Mama Reva hanya tersenyum melihat tingkah laku kedua anaknya ini. Memang, jika Rai dan Brian sudah bertemu, mereka pasti berlaku seperti ini. Tidak berkelahi memang, tapi selalu heboh dengan asksi saling sahut menyahut itu.

Sedang Rai, dalam hatinya sejujurnya dia sangat senang bisa bertemu dengan adik satu-satunya ini.Tentu saja dia sangat merindukan Brian. Mengingat Brian yang sudah lama tinggal di Amrik karna studynya, dan pulang hanya dua kali dalam setahun, tentu saja dia sangat merindukan adiknya ini, walaupun mereka tetap saling kontak-kontakan atau skypy-an, tapi bagi Rai akan lebih menyenangkan lagi jika mereka langsung bertemu, seperti sekarang ini, Brian pulang dan kabar gembiranya itu Brian akan menetap di Indonesia, melanjutkan perusahaan mendiang Papa-nya.

"Kakak apa kabar?" tanya Brian yang kini menatap wajah Rai dengan senyuman sayangnya Rai memutar bola matanya mendengar ucapan Brian.

"As you see, i'm still life, and don't call me like that! not again!! sudah berapa kali aku bilang jangan panggil aku dengan sebutan kakak, oke? kita hanya beda 10 bulan!!" balas Rai kesal membuat Brian tergelak. Rai, tentu saja dia kesal dengan panggilan kakak itu, dia merasa tua jika di bandingkan dengan Brian yang jelas lebih muda 10 bulan darinya. Hell!! hanya sepuluh bulan bukan sepuluh tahun!!. Lagi pula mereka justru lebih terlihat seperti saudara kembar, jika di lihat dari postur tubuh Brian yang sangat kekar dan tinggi, Brian lah yang lebih cocok menjadi kakak jika di bandingkan dengan Rai.

Perfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang