6

68 2 0
                                    

Happy reading :)

Rai beberapa kali mengecek IPhonenya dengan tidak sabaran dan berdecak kesal saat lagi-lagi ia tidak mendapatkan balasan apapun dari lelaki yang sudah ia kirimi pesan melaui e-mail setengah jam yang lalu. Ia mengumpat dalam hati dan merutuki kebodohannya yang menunggu selama hampir satu jam di basement RS. Tau akan jadi begini, Rai menyesal tidak membawa mobilnya dan malah membiarkan Raiven menjemputnya. Mau tidak mau Rai kembali mengingat kejadian pagi tadi di rumahnya saat Raiven tiba-tiba saja sudah berada di rumahnya.

Flashback:

Rai memberenggut kesal menatap sosok yang kini dengan santainya duduk tepat di depannya di meja makan. Ngapain coba ni cowok ada di sini pagi-pagi? gerutunya dalam hati. Jujur saja, saat ini dia sedang dalam mood yang tidak baik, apalagi dia hanya dapat tidur 2 jam tadi malam yang kembali mengingat masa lalunya, dan apa lagi ini? dia mendapatkan Raiven pagi-pagi sudah berada di rumahnya?. Oh Tuhan....dia sangat tidak ingin bertemu dengan lelaki dingin ini untuk sekarang.

"Raiven katanya akan mengantarmu kerja hari ini, Rai" ucap Mama Reva seakan tau apa yang anak gadisnya pikirkan. Sementara Rai kini menatap Raiven dengan sebelah alis terangkat. Well, seorang Raiven mau repot-repot mengantarnya? cih, yang benar saja!. Lagi-lagi Rai mencemo'oh Raiven dalam hati.

Rai menoleh ke samping saat merasakan lengannya di sikut, siapa lagi kalau bukan Brian pelakunya. Brian mendekatkan bibirnya ke telinga Rai dan membisikkan sesuatu.

"Asik tuh yang di antar sama tunangan. Lumayan sopir gratis" Rai melotot, menatap Brian dengan tampang memperingati, tentu saja orang yang di tatap hanya terkekeh, lalu mengedipkan matanya seakan menggoda si kakak.

Sedangkan orang yang sedari tadi di bicarakan hanya diam, dan dengan gayanya yang selalu santai serta ekspresi datar yang selalu ia tampakkan, tidak mau ambil pusing. Jelas bisikan Brian tadi, dapat ia dengar, bahkan Mama Reva juga mendengarnya dan ikut menatap Brian dengan tajam.

"Ya udah, Ma, Rai berangkat kerja dulu" sambil melirik arlojinya, Rai berdiri dari tempat duduknya lalu menghampiri sang Mama, mengecup kening dan pipinya, begitu juga dengan Raiven, namun bedanya Raiven hanya tersenyum sopan pada calon mertuanya itu.

"Kalian hati-hati di jalan, ya" pesan Mama Reva yang di anggukan Rai dan juga Raiven.
Sebelum mereka berdua pergi, Brian berseru namun pada Raiven.

"Bro! hati-hati bawa kakak gue ya, jangan sampai lecet" serunya dan langsung terbahak saat Rai menatapnya tajam. Tentu saja Rai kesal, lagi-lagi Brian memanggilnya dengan sebutan kakak.

"Brian, language please" Mama Reva memperingati. Brian langsung meringis, lagi-lagi dirinya selalu kelepasan bicara.
.
.
.
"Pakai sabuk pengamanmu" perintah Raiven. Rai memutar bola matanya mendengar ucapan Raiven barusan. Dasar bossy. Gerutunya dalam hati.
Setelah Rai selesai memasang seft belt, Raiven mulai menjalankan mobilnya.

Selama di perjalanan, baik Raiven maupun Rai tidak ada yang berbicara.

Seakan teringat sesuatu, Rai menoleh ke samping, menatap Raiven.

"Besok-besok kamu gak perlu jemput aku, aku biasa bawa mobil, atau Brian bisa mengantarku" ucap Rai.
Raiven mengangkat bahunya acuh.

"Mommy ku yang suruh, aku hanya mengikuti apa yang Mommy katakan saja" jawabnya.

See? benarkan? mana mungkin Raiven mau repot-repot mengantarmu, Rai!! itupun Mommy-nya yang suruh. Batin Rai.

Setelah itu keadaan dalam mobil kembali hening.

15 menit perjalanan, Rai akhirnya bisa bernafas dengan lega karena sudah sampai di tempatnya bekerja. Dengan gerakan sedikit cepat, Rai membuka seft belt-nya, saat ingin membuka pintu mobil, Raiven bersuara, membuat Rai berhenti dan membalikkan badannya menatap Raiven.

Perfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang