2

100 1 1
                                    

Drrtt drrtt

Rai meraih IPhone-nya yang bergetar di atas meja.

Lovely Brotha calling.....

"Gue udah di depan RS, dan gue udah masuk" Clik

Rai menatap IPhone-nya dengan mata terbelalak

"Shit" umpatnya, memaki IPhone-nya seakan itu adalah Brian.

Buru-buru Rai membereskan berkas-berkas yang beberapa akan dia bawa pulang, ke dalam tas nya lalu Rai melirik arlojinya. Ck, terlalu tepat waktu. Batinnya kesal.

Belum semenit, pintu ruangannya terbuka Brian berdiri di sana dengan senyum yang menurut Rai kelewat manis. Mungkin jika orang-orang yang melihat senyum Brian ini pasti akan terkena diabetes. Oke, itu sangat berlebihan mungkin. Tapi sumpah demi mobil ferrari kesayangannya, senyum Brian ini kelewat manis. Apa dia habis tebar pesona kali ya?. Ah sudahlah.

"Seperti yang gue bilang, sista" ucap Brian yang masih memampangkan senyum kelewat manisnya itu. Dengan kesal, Rai menghampiri Brian, namun mengacuhkan lengan Brian yang bermaksud mengajak Rai berjalan bersamanya.

Brian tau, kakak tersayangnya ini sedang kesal dengannya, tapi apa perdulinya? toh dia hanya ingin menjemput Rai dari dalam, lagi pula dia penasaran dengan RS Anderson tempat kakaknya bekerja ini, dan dari yang dia dengar, RS ini sangat terkenal, bahkan cabangnya saja ada di Amerika juga. Memang sih jika di bandingkan di Amrik RS Anderson tidak terlalu besar, dan ternyata kakaknya bekerja di RS Anderson di bagian pusatnya. Sungguh, Brian sangat bangga dengan kakaknya ini.

"Rai!! tunggu gue!!!" seru Brian yang kini menyusul Rai yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkannya di belakang, saat Brian akan memanggil Rai lagi, senyum yang sedari tadi dia pamerkan itu seketika memudar saat melihat siapa orang yang kini sedang berbicara dengan Rai.

"Hay Brian!" sapa Anna sambil melambaikan tangan ke arah Brian, tentu saja dengan senyuman yang super lebarnya itu. Dia lagi. Batin Brian malas. Bukannya menyapa balik, Brian malah lebih memilih berbicara dengan Rai dan mengabaikan sapaan Anna.

"Gue tunggu di mobil" ucap Brian datar pada Rai tanpa mau repot-repot menoleh ke arah orang yang menyapanya tadi. Anna tau, reaksi Brian pasti akan seperti ini, yah memang apa yang lo harapin Ann? berharap Brian akan balas menyapa lo gitu? hah... jangan mimpi! jangankan menyapa, liat muka lo aja dia ogah. Batin Anna. Miris? tentu saja, tapi Anna masih saja kekeuh mendekati Brian yang jelas-jelas tidak menyukainya. Anna sendiri bahkan bingung dengan sikap Brian yang terkesan dingin padanya, jelas-jelas Rai bilang kalau Brian itu orangnya friendly dan ramah sama semua orang. Buktinya? sama dia saja Brian ogah.

Rai yang melihat sikap cuek Brian pada Anna hanya bisa menggeleng. Adiknya itu, benar-benar...geram Rai dalam hati, lalu menatap Anna dengan wajah meminta maaf.

"Sorry Ann. Lo tenang aja, gue bakal kasi pelajaran buat Brian! anak itu emang ngeselin banget ja--"

"Santai aja kali Rai, gak masalah kok, lagian gue juga udah kebal sama Brian yang kayak gitu" potong Anna yang berusaha menampilkan senyuman. Jelas saja Rai tau kalau Anna itu berbohong. Hey!! dia mengenal Anna bukan hanya sehari atau dua hari ya!! dia mengenal Anna itu sejak pertama kali mereka bekerja di RS Anderson ini, dan itu sudah 2 tahun yang lalu, oke.

"Aduh..kok jadi serius gini sih? udahlah Rai, gak usah lo pikirin kali. Sumpah beneran gue gak apa-apa kok" yakin Anna. Rai yang mengerti kalau Anna enggan membahasnya hanya bisa mengangguk. Nanti, mungkin ada saatnya dia bertindak untuk sahabatnya ini. Lagi pula jika Anna menjadi adik iparnya nanti, itu tidak buruk-buruk amet.

"Oke, by the way lo jadi ke rumah gue gak hari ini?" tanya Rai. Rumah Rai ya? berarti gue bakal ketemu Brian lagi? huaaaaaa mau mauuuu. Senyum Anna mengembang ngebayangin kalau dia akan bertemu dengan Brian lagi. Eh Ann!! lo lupa gimana reaksi Brian tadi? jelas-jelas dia itu gak mau liat lo! apalagi kalau lo kerumahnya, bisa-bisa dia mikir kalau lo cuma modus doang biar bisa ketemu dia, Brian malah makin muak sama lo nanti. Sektika senyumnya langsung pudar saat lagi-lagi suara hatinya itu bersuara. Apa yang suara hatinya katakan itu emang benar, tentu saja dia gak mau kalau Brian sampai muak padanya.

Perfect MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang