Radena::2

354 37 7
                                    





Shawn Mendes - Treat you better

****

Seantero sekolah mendadak ramai. Dan yang dijadikan perbincangan adalah Raden yang tadi pagi tiba-tiba memeluk seorang cewek. Most wanted satu itu memang dikenal dengan orang yang cuek. Dekat dengan cewek aja jarang. Bahkan Raili-- primadonanya sekolah-- pernah menyatakan perasaannya pada Raden. Bahkan sudah dari mereka masih SMP. Tapi Raden? Semua itu bagaikan angin lalu baginya. Ia hanya diam. Tak memberikan jawaban hingga sekarang. Dan hal itulah yang membuat Raili semakin gencar mendekati Raden. Karena dia merasa alasan di balik diamnya Raden adalah karena Raden membutuhkan waktu untuk menerimanya. Dan berita bahwa Raden memeluk seorang siswi baru sampai ke telinga Raili. Dengan penuh rasa marah, Raili menghampiri kelas Raden-- yang juga kelas Dena.

"Mana cewek yang tadi pagi dipeluk Raden?" Teriakan Raili ditambah gebrakan meja membuat murid yang ada di kelas terkejut. Memang di kelas ini hanya ada sebagian murid. Karena yang lain pada pergi ke kantin atau tempat lainnya. Karena saat ini adalah jam istirahat.

Kebetulan Dena memang ada di kelas bersama Selly-- teman baru Dena. "Raili? Den ayo sembunyi-sembunyi" Dengan panik, Selly menyeret tangan Dena menuju pojok kelas. Karena dia tau yang dipeluk Raden tadi pagi adalah Dena. Dan akan bahaya bila sampai Raili tau. Karena Raili itu emang cewek bahaya. Dia gak akan segan-segan ngebully orang yang deket dengan Raden selain dirinya.

"Kalian gak usah sembunyi"

Selly menghentikan langkahnya. Begitupun Dena. Karena apalah daya bersembunyi, kalau Raili sudah melihat keberadaan mereka.

Pun Raili segera berjalan menuju tempat dimana Dena berada. Langkah dan ekspresi wajahnya memang santai. Namun semua orang tau dibalik situ ada rasa marah yang besar.

"Wah wah. Kita ternyata bertemu lagi. Oh, kau tidak ingat dengan Raden? Berarti kau juga tidak ingat diriku bukan? Baiklah, biarkan aku memperkenalkan namaku dulu. Aku Railina. Dan kau Fradena Anindita. Hah, aku sungguh merindukan dirimu"

Bergerak maju mendekati Dena, lalu kepalanya mendekati telinga Dena. Atau bisa disebut ia membisikkan sesuatu yang membuat tubuh Dena mematung.

"Tetap pada tujuan pertama. Jauhi dia."

****

Raden bersama temannya habis pergi dari kantin. Mereka kini melangkah menuju kelas. Tangan Raden membawa sebungkus roti dan sekotak susu. Roti dan susu tadi akan diberikannya pada Dena. Sebagai ungkapan minta maaf, karena tadi pagi Raden memeluk dirinya. Begitu kata Raden saat ditanya Gasle.

Di depan kelas, ia beserta sahabatnya melihat Raili yang baru keluar dari kelas Raden. Untuk apa Raili kesini? Pertanyaan itulah yang saat ini ada di kepala Raden.

"Oh. Hai Raden. Abis dari kantin ya?" Tanya Raili yang hanya dibalas anggukan oleh Raden.

Raili pun melihat ke arah tangan Raden. "Uhh. Roti sama susunya pasti buat aku kan? Ah makasih Raden" Dengan segera tangan Raili bergerak menuju tangan Raden, dan secepat itupun Raden menjauhkan tangannya dari Raili.

"Sorry. Bukan buat lo"

Malu. Seketika Raili menjadi malu. Yaiyalah malu, orang dia dengan sok pedenya bilang kalo roti sama susu yang dibawa Raden itu untuk dirinya. Ditambah ia kini jadi bahan tontonan murid-murid yang ada di sekitar mereka. Lengkap sudah.

Untuk mengurangi rasa malunya, Raili segera berbalik menuju kelasnya sendiri setelah berpamitan dengan Raden.

Setelah Raili pergi, Raden berserta Relay dan Gasle memasuki kelas.

"Behh kalo gue jadi Raili, muka gue udah ditutupin dengan pantat panci gosong. Secara itu pasti malu banget. Lo sih Den. Jangan terlalu jujur gitu bilangnya. Kasian dia" ujar Relay

"Apaan sih. Kan emang bukan buat dia" Setelah mengucapkan hal tersebut, Raden segera meninggalkan Gasle dan Relay dan menuju meja dimana Dena duduk sendiri. Tadi Selly memang pamit pergi keluar sebentar. Setelah sampai, Raden segera menduduki kursi yang ada di depan meja Dena.

"Hai. Gue Raden" Mengulurkan tangannya, Raden segera menyebutkan namanya. Bermaksud untuk berkenalan.

"Eh, hai juga. Dena" Dena membalas uluran tangan Raden sembari memberi tahukan namanya.

Setelah melepas uluran tangan mereka berdua, Raden menyodorkan roti dan susu yang tadi dia bawa.

"Nih gue bawain roti sama susu buat lo. Sebagai tanda minta maaf gue karena tadi pagi udah asal meluk lo. Maaf ya"

"Gapapa kok. Makasih Den" Dena lantas mengambil roti dan susu yang tadi diberikan Raden. Dengan penuh senyum. Sungguh, Raden sangat merindukan senyuman itu. Dan Raden sekarang sangat ingin memeluk Dena kembali. Tapi Raden sadar situasi, belum tentu itu Dena-nya.

"Dimakan gih"

Dena mengangguk sembari tersenyum. Saat roti telah dibuka dan hendak memakan, didepan kelas ada Raili. Dengan tatapan sinisnya ditambah senyuman miring, membuat Dena berhenti memakan roti tersebut. Tentu hal itu membuat Raden bingung.

"Um, maaf. Aku harus ke toilet"

Raden lantas mengernyitkan dahi bingung. Kenapa Dena seperti menghindarinya? Padahal tadi dia sudah akan memakan roti pemberian Raden.
Kini Raden hanya memandang Dena yang barusan keluar kelas. Meninggalkan Raden. Kembali.

Sedangkan Raili yang sembunyi dibalik tembok disamping kelas Raden hanya tersenyum puas sembari memandang punggung Dena yang menjauh.

"Raden hanya milikku Dena. Jangan pernah coba-coba mendekati dia."

****
A/N: Aku yakin kalian pasti udah berpikiran kenapa Dena bisa gitu setelah baca part ini. Oke bayy.

•Melliiiiiy

RadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang