Radena::4

200 25 3
                                    






Coldplay - Hymn for the weekend

****

Sudah seminggu Dena bersekolah di SMA Pelita Bangsa. Sudah seminggu itu pula Raden semakin mendekati dirinya. Tentu semakin gencar Raili mengancam dirinya.

Sebisa mungkin Dena menghindari Raden. Mulai dari Raden yang mengajaknya ke kantin bersama, pulang bersama, bahkan saat hari libur, Raden mengajaknya jalan.

"Den, gimana Raden?" Suara Selly mengisi keheningan yang sedari tadi terjadi. Kini mereka berdua tengah duduk di kantin dengan makanan di hadapan mereka masing-masing.

"Gak gimana-gimana"

Selly mendelik seakan tidak percaya dengan ucapan Dena. "Ah masa sih. Orang dia aja makin nempel sama lo. Apa jangan-jangan bener gosip kalo lo sama si doi jadian?"

"Jadian? Jadian dari mana coba."

"Lah? Banyak yang bilang tuh lo udah jadian. Itu alasan banyak mandang sinis ke arah lo. Liat aja ndiri. Banyak yang liatin meja kita"

Dena dengan segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin. Benar apa yang dikatakan Selly. Banyak orang yang menatap ke arah mejanya. Dengan tatapan sinis tentunya.

Saat sedang mengedarkan pandangannya, tatapan mata Dena tertuju ke satu arah. Ke meja dimana Raden serta sahabatnya duduk. Dengan pandangan Raden yang juga mengarah ke arah dirinya.

Langsung saja Dena menundukkan kepalanya ke arah batagornya yang tinggal setengah. Dena pun sama seperti gadis lainnya. Ia akui Raden memang tampan. Tapi? Ah sudahlah.

"Hai"

Dena serta Selly serentak mendongakkan kepalanya. Ternyata Raden. Untuk apa dia kesini?

"Hai juga Den" Selly membalas perkataan Raden. Sedangkan Dena hanya tersenyum. Dia sadar diri. Dia tak ingin semakin banyak orang yang benci kepada dirinya. Dia tak ingin orang selalu memandang sinis kearahnya.

"Kenapa?" Tanya Dena.

Raden pun tersenyum dan segera mendudukkan dirinya di bangku disamping Dena dengan Selly yang berada di seberang meja.

"Pulang sekolah bareng?"

Selalu. Raden selalu menanyakan hal tersebut. Apa Raden tak sadar? Dengan kedekatan mereka ini membuat semua orang membencinya. Padahal Dena adalah murid baru disini. Kalau begini, dia menyesal karena telah pindah ke sekolah ini.

Dena lantas menggeleng disertai senyuman. Dia tak ingin menambah masalah dengan Raili. Cukup ancaman saja yang diberikannya. Jangan sampai Raili ngebully dia.

Tapi bukan Raden namanya kalo nyerah gitu aja. Raden tau Dena kayak gini karena Raili. Padahalkan apa yang harus ditakutin? Raden selalu disampingnya. Certainly.

"Kenapa?"

Hening. Dena diam begitupun Raden. Selly? Dia sudah pergi tadi. Takut jadi kamcong nanti, gitu katanya.

"Kenapa lo selalu gak mau? Kenapa lo selalu ngehindar? Karena Raili? Lo gak seharusnya takut sama dia"

Keadaan kembali hening. Dena bingung harus jawab apa. Karena memang benar apa yang dikatakan Raden. Ini semua hanyalah demi keselamatan Raden sendiri. Raili pernah bilang kalo sampe Dena deket-deket sama Raden, Raden bakal diapa-apain sama dia. Karena itu Dena ngehindari Raden terus.

Tidak tahu harus jawab apa, Dena berdiri dan melangkah meninggalkan kantin tanpa memberi satu kata pun pada Raden.

Sedangkan Raden hanya memandangnya yang semakin menghilang tenggelam diantara lautan manusia SMA Pelita Bangsa. Tapi Raden akan terus berusaha. Raden harus membuat Dena percaya kalau tidak akan terjadi apapun saat mereka berdua semakin dekat. Bahkan Raili sekalipun tidak akan bisa memisahkan mereka.

****
A/N: Udah lama update, sekalinya update pendek lagi. Gapapa deh ya.

•Melliiiiiy

RadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang