Radena::1

618 54 15
                                    







Justin bieber - Mistletoe

****

Raden berubah. Raden kini lebih suka menyendiri. Melamunkan Dena-nya. Mulai dari alasan kenapa Dena memutuskannya tanpa alasan, kenangan yang sempat terjalin padanya dan Dena, serta kapan Dena-nya akan kembali ke sisinya. Katakanlah Raden bodoh, karena ia masih setia menunggu Dena yang telah mematahkan hatinya. Bahkan Raden tak tahu apakah
Dena juga memikirkan dirinya. Satu hal yang Raden yakini, Dena pasti mempunyai alasan yang kuat kenapa ia sampai memutuskan dirinya lalu pergi meninggalkannya. Setelah hari itu, Dena memang menghilang. Berulang kali Raden mengunjungi rumah Dena tetapi hasilnya nihil. Dena-nya pergi. Meninggalkan dirinya sendiri disini bersama luka di hatinya.

"Den? Bengong aja."

Suara Gasle-- salah satu sahabat Raden-- mengagetkannya dan membuat Raden sadar bahwa ia sedari tadi hanya melamun memikirkan kejadian masa lampau. Raden berdeham untuk membalas perkataan Gasle itu, dan Gasle hanya diam menanggapi. Raden emang gitu.

"Denger lo ngomong gitu berasa lo homoan sama Raden, Gas. Geli gue." Relay. Sahabat Raden lainnya bersuara.

"Dih sirik. Relay alay. Lay lay." Gasle menyerukan ejekan untuk Relay. "Dih bisa samaan gitu ya. Relay. Alay. Sama-sama lay. Kembaran ya lo?" tambah Gasle

"Ho'oh. Tapi Alay menghilang. Duh sedihnya hati dedek." Relay mendramatisir keadaan dengan perkataannya sembari mengusap dada dengan wajah menyedihkan seolah-olah memang Alay menghilang. Padahalkan Alay emang gak ada.

Melihat ekspresi Relay, lantas Gasle sedikit mendorong tubuh Relay yang duduk disamping kanannya dipinggir bangku. Saat ini mereka tengah duduk di kursi panjang yang ada di depan kelas omong-omong. "Dih jijik gue sama lo. Jauh-jauh sana."

Sementara Gasle dan Relay yang masih asik dorong-dorongan, Raden malah sibuk memandang jauh ke depan gerbang. Di kejauhan sana Raden melihat Dena. Entah ini hanya halusinasinya saja atau memang nyata. Raden mencoba untuk mencubit pipinya. Namun terasa sakit. Berarti bukan mimpi. Lalu digeleng-gelengkannya kepalanya biar penglihatannya lebih jelas. Namun tetap sama, itu memang asli. Nyata. Ada. Berarti dia kembali. Dena-nya kembali. Dan ia harus mengejar apa yang telah hilang. Harus.

Namun, apa benar itu orangnya?

Dengan segera Raden bangkit meninggalkan sahabatnya dan segera menuruni tangga yang menghubungkan lantai 2 tempat dimana kelasnya berada dengan lantai 1. Meninggalkan Gasle dan Relay yang bingung dengan tingkah Raden. "Kebelet berak kali."Relay bersuara.

****

Setelah sampai di lantai 1, Raden segera berlari menuju gerbang tempat dimana Dena-nya berdiri. Setelah sampai di depan Dena, Raden dengan refleks langsung memeluk Dena yang mengundang tatapan semua murid SMA Pelita Bangsa. Sedangkan Dena yang bingung ada orang yang memeluknya-pun refleks mendorong Raden sehingga pelukan mereka terlepas. Raut kebingungan terpancar dari wajahnya.

"Dena?" Berbeda dengan Dena, Raden justru menampilkan raut wajah bahagia.

"Iya aku Dena. Apakah kita pernah kenal sebelumnya?"

Senyum yang menghiasi wajah Raden luntur seketika. Apakah kita pernah kenal sebelumnya? Kalimat itu bagaikan kata keramat bagi Raden. Bagaimana bisa Dena melupakan dirinya? Setelah apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada Dena sehingga dia bisa lupa dengan Raden? Atau, ini bukan orang yang sama?

Berbagai macam pertanyaan tertanam jelas di kepala Raden. Dan entah kapan ia bisa menemukan jawabannya. Raden terlalu asik memikirkan jawaban atas pertanyaan yang hinggap di kepalanya sampai ia tak sadar bahwa orang yang tadi ada dihadapannya menghilang.

Sebuah tepukan dibahu Raden menyadarkannya. Saat ia berbalik, terdapat wajah bingung kedua sahabatnya. Ah dan ternyata yang menepuk bahu Raden adalah Relay. "Siapa Den? Kok lo main peluk-peluk aja? Sampe ngundang tatapan semua orang. Secara Raden yang cuek tai ayam, gak pernah peduliin cewek, meluk seorang cewek? Oh may gaddd."

Menggeplak kepala Relay, Gasle lantas bersuara "Apa sih bahasa lo gaya amat. Dasar Relay alay."

****

Kelas Raden kedatangan murid baru. Dan benar, murid baru tersebut adalah Dena. Kesempatan Raden kini semakin besar. Raden harus mencari tahu kenapa Dena tidak mengenali dirinya.

"Kenalin nama aku Fradena Anindita. Aku pindahan dari Bandung. Dan aku harap kita dapat berteman baik. Terima kasih. Oh iya kalian bisa panggil saya Anin. Itu aja cukup." Dena mengenalkan namanya dengan sebuah senyuman. Ah itu adalah senyuman yang Raden rindukan.

Bahkan nama Dena tetap sama dengan yang dulu. Hanya saja, saat perkenalan tadi dia menyuruh murid yang lain memanggilnya Anin. Raden merasa cukup asing, namun yang jadi pertanyaannya sekarang yaitu; apa benar itu Dena-nya?

Banyak pertanyaan yang hinggap di kepala Raden. Dan dia akan berusaha menemukan jawabannya.

"Apa ada yang ingin bertanya?" Bu Sarah-- guru yang mengajar di kelas Raden-- mempersilahkan kepada murid XII IPA1 untuk memberi pertanyaan kepada Dena, atau Anin?

Relay langsung mengangkat tangannya bermaksud untuk memberi pertanyaan pada Dena. Raden, Gasle, dan Relay satu kelas omong-omong.

"Ya Relay silahkan."

"Kamu pindah dari bandung kesini. Nah kalo kamu berpindah dari orang di masa lalu terus pindah ke hati aku, mau?"

Suasana kelas yang hening, seketika berubah menjadi ramai. Dan Raden disini berasa panas mendengarnya. Berpindah dari orang masa lalu? Raden tidak akan membiarkan itu terjadi. Katakanlah Raden egois, ini dilakukan karena Raden tidak ingin penantiannya bertahun-tahun ini menjadi sia-sia.

"Sudah-sudah. Kamu ini Relay, apakah tidak ada pertanyaan yang lebih bermutu?"

"Hehe canda bu." Relay membalas pertanyaan Bu Sarah sembari menyengir.

Bu Sarah hanya geleng-geleng kepala. Relay memang aneh. Dan di depan situ, Dena melihatnya dengan senyuman. Karena ia merasa bahwa Relay sangatlah lucu dan aneh. Ia tidak menyesal pindah sekolah. Karena di kelasnya ada spesies semacam Relay. Dan yang dipastikan kelasnya akan ramai karena tingkahnya itu.

Dibalik senyumannya itu ada sakit yang mendalam di hatinya.

****
A/N: Heyyoo i'm comeback. Gasle? Relay? Agak aneh ya? Biarin deh ya biar anti-mainstream. Oke babay.

P.s. justin johnes as Raden

•Melliiiiiy

RadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang