Radena::3

262 33 6
                                    






The Chainsmokers;Halsey - Closer

****

081398xxxxxx : Gue tunggu lo di taman belakang sekolah.

Bel pulang sekolah sudah berdering. Tepat saat bel berbunyi, ponsel Dena juga berbunyi. Dan dia mendapatkan pesan misterius dari seseorang yang tak dikenalnya. Dipesan tersebut, orang itu menunggu Dena di taman belakang sekolah. Untuk apa? Siapa pengirim pesan tersebut? Raili?

Setelah selesai berdoa dan berpamitan pada guru yang mengajar, Dena dan Selly segera berjalan keluar kelas. Saat berjalan, Raden menghentikan langkah mereka berdua.

"Um, Sel. Gue boleh bicara sama Dena?"

Antusias. Tentu saja Selly antusias. Karena selama ini Raden tidak pernah mendekati wanita. Dan tiba-tiba, Raden seperti mendekati Dena. "Silahkan Den. Lama-lama juga gapapa kok. Den, gue tunggu didepan ya"

Setelah Selly pergi, Raden lantas bersuara. "Den. Mau pulang bareng gak?"

"Maaf Den. Aku ada urusan"

"Lucu gitu ya. Sama-sama Den"

"Gimana? Gak bisa ya?" Lanjut Raden

Dena lantas tersenyum. "Iya Den. Aku ada urusan. Maaf ya."

"Gapapa kok. Yaudah gue duluan ya"

Raden dengan segera berjalan keluar kelas meninggalkan Dena.
Maafin aku Den.

Selly yang melihat Raden sudah keluar dari kelas sedangkan Dena belum, dengan segera melangkah masuk kelas.

"Kenapa Den? Gapapa kan?"

"Gapapa kok Sel. Yuk"

Dena bersama Selly berjalan bersama keluar kelas menuju gerbang. Lalu Dena teringat akan pesan misterius tadi. Dena sangat ingin mengabaikan pesan misterius tadi. Tapi rasa penasaran lebih dominan sehingga membawa Dena ke taman belakang sekolah. Tadi ia sempat minta antar Selly kesini, dan ia menolak permintaan Selly yang ingin ikut menemani Dena.

"Ternyata lo dateng"

Dari arah belakang terdengar suara, lantas Dena membalikkan badannya dan yang ditemukannya adalah Raili. Benar dugaannya. Ternyata Raili yang menyuruh ia datang kesini. Cara bicara Raili pun berubah. Tadi saat istirahat, dia masih menggunakan aku-kau. Sedangkan sekarang berubah seperti yang lainnya-- gue-lo. Kecuali bila ia bicara pada Raden. Dia pasti menggunakan kata aku-kamu.

"Kenapa nyuruh aku kesini?"

Raili berjalan menghampiri Dena. "Untuk meluruskan semuanya"

Meluruskan semuanya? "Meluruskan apanya? Apa yang perlu dilurusin?" Dena menyuarakan pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi hinggap di kepalanya.

"Gak usah sok bego deh lo"

Dena lantas mengernyitkan kening tanda bingung. "Gak jelas. Maksud kamu apa?"

"Seberapa besar nyali lo sampe-sampe lo mau deketin Raden? Apa yang bagus dari lo? Dari wajah? Jelas cantikan gue. Body? Jelas bagusan body gue"

"Lo tau kan konsekuensinya kalo lo deketin dia. Lo tau kalo dia itu cuma punya gue. Gak ada yang lain. Termasuk lo. Inget itu!" Lanjut Raili

Dena lantas bersuara "Apaan. Aku gak deketin dia kok."

"Gitu? Terus pelukan tadi pagi itu apa Fradena?"

"Ya mana aku tau. Orang dia yang langsung meluk gitu"

"Gue gak sebego itu sampe-sampe lo bisa bohongin gue"

Dena hanya mengernyitkan dahi tanda bingung. Raili terlalu rumit baginya.

"Satu lagi yang perlu dilurusin"

Setelah jeda yang cukup lama, Raili melanjutkan perkataannya.

"Kenapa lo balik?"

****

"Katanya gak mau ikut Den. Kok disini?"

Saat ini Raden beserta Gasle dan Relay sedang ada di salah satu cafe di sekitar sekolahnya. Cafe ini lumayan ramai. Dan pengunjungnya lebih dominan anak SMA Pelita Bangsa. Selain interiornya yang nyaman sekaligus kekinian, menu yang disediakan juga sesuai untuk anak muda. Itulah alasan kenapa cafe ini ramai akan anak muda.

"Gak jadi nganter Dena-nya"

"Lah, jadi lo gak mau ikut karena mau anter Dena?" Ujar Relay yang ditanggapi anggukan oleh Raden.

"Beneran Den lo mau deketin dia?" Tanya Gasle

Raden menjawab pertanyaan Gasle sembari menganggukkan kepalanya "Iya. Dia Dena. Dena yang dulu. Dan lo semua tau kan kalo gue udah lama nunggu dia. Sekarang dia udah ada dideket gue. Yakali gue anggurin aja"

"Ya, bukan gitu Den. Lo liat sendirikan kalo dia aja gak inget sama lo. Terus juga, belum tentu itu bener-bener dia."

"Gue akan usaha untuk balikin ingetan dia. Sebelum itu juga, gue bakal pastiin dulu kalo itu Dena yang gue cari atau bukan."

Relay yang sedari tadi diam tiba-tiba berceletuk "Kalo itu bukan dia gimana Den?"

Gasle membalas perkataan Relay sembari menggeplak kepala Relay "Jangan nethink gitu lah. Kita cari tau dulu itu bener Dena atau bukan"

"Geplak aja terus pala berbi. Sampe puas"

"Dih berbi. Jijik gue."

"Gimana caranya buktiin kalo dia beneran Dena?" Raden menyuarakan pertanyaan yang sedari tadi hinggap di kepalanya.

Gasle dan Relay serempak menegakkan kepalanya yang sedari tadi menatap ke bawah, dan kini pandangan mereka berdua tertuju kearah Raden.

"Menurut gue sih ya itu, lo deketin dia. Terus lo tanya-tanya gitu. Masa lalunya tuh gimana, terus apa dia pernah ngalamin kecelakaan yang ngebuat dia hilang ingatan gitu" Saran Relay

"Boljug tuh Den. Kok tumben lo pinter lay"

"Lah gue dari dulu udah pinter kali. Lo pada aja gak nyadar"

Saat kedua temannya sibuk berdebat, Raden disini justru sibuk dengan berbagai macam pikiran yang berkelana di kepalanya.

Raden terlalu takut untuk mengikuti saran Relay. Bagaimana itu memang benar bukan Dena? Lantas apa yang akan dilakukannya bila itu memang bukan Dena-nya dulu? Raden takut saat ia dan Dena yang sekarang semakin dekat. Namun itu bukan Dena yang dia cari, dan lebih parah lagi kalau Dena yang sekarang menyukai dirinya. Sedangkan Raden masih menunggu yang telah lama pergi. Itu sama saja dengan memberikan harapan palsu padanya bukan?

Dilema. Raden kini dilanda dilema. Antara harus mengikuti saran Relay atau tidak. Dengan segala akibatnya.

"Semoga saja pilihan yang diambilnya ini tepat."

****
A/N: Hai. Semoga aja gak ada yang bosen ya nunggu kelanjutan cerita ini. Tetap jangan lupa voment ya.

•Melliiiiiy

RadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang