Radena::12

243 17 2
                                    





Clean Bandit Ft. Zara Larsson - Symphony

****

Sinar matahari di ufuk timur berusaha masuk melalui celah gorden yang sedikit terbuka. Berusaha menyadarkan sang pemilik kamar bahwa matahari sudah menunjukkan sinarnya. Namun, bukannnya berusaha bangun, sang pemilik kamar justru kembali menenggelamkan dirinya didalam hangatnya selimut. Semakin siang justru semakin dingin. Bahkan, hingga tubuhnya bergetar menggigil.

Setelah menurunkan suhu air conditioner dikamarnya, dirinya kembali menenggelamkan diri dalam balutan selimut. Berharap rasa dinginnya sedikit berkurang.

Namun, rasa dingin itu kian menjadi. Tubuhnya bergetar hebat karena menggigil. Ditambah kepalanya yang seperti ditimpah sebuah beban berat, bersamaan dengan hidungnya yang kini terasa tidak berfungsi.

Toktoktok!

Suara pintu diluar kian menggangu dirinya yang berusaha tidur.

Hingga terdengar sebuah teriakan dari luar yang kembali membuat kelopak matanya kembali terbuka.

"Raden! Ayo bangun! Kamu gak mau sekolah apa?!"

Sekolah? Bahkan untuk bangun saja rasanya tak sanggup.

Hingga akhirnya terdengar suara pintu yang terbuka, menampakkan sosok wanita yang amat disayanginya.

"What's wrong with you boy?" Terdengar suara panik Mamanya-- Liona, bersamaan dengan langkah kakinya yang mendekat.

"It's okay mom. Cuma agak demam dikit."

Tangan Liona kini terjulur memegang dahi Raden. Mencoba mengecek suhu putra semata wayangnya.

"Demam kamu tinggi sayang. Pasti semalem kamu ujan-ujanan kan? Kamu darimana sih? Kenapa gak neduh dulu aja?"

Sudut bibir Raden terangkat, membentuk sebuah senyum tipis yang menenangkan. "It's okay mom. Everything's gonna be alright. Don't worry."

"Baiklah. Tapi kamu harus istirahat total. Gak boleh kemana-mana dulu. Entar mama izinin kamu gak masuk. Oh iya, Mama mau buat bubur untuk kamu."

"Ma,-"

"Dan kamu harus makan itu. Jangan protes." Langsung saja ucapan Raden terhenti karena suara Liona yang menyela perkataannya. Seolah tahu apa yang akan dikatakannya. Yaitu, tidak dengan makan bubur. Karena bubur adalah makanan yang paling mengerikan baginya.

Setelah mengucapkan hal itu, Liona bergegas meninggalkan kamarnya menuju dapur. Setelah derap langkah kaki Liona tidak lagi terdengar, Raden kembali memejamkan matanya sembari mengeratkan selimut yang dipakainya.

Tiga puluh menit kemudian, Liona kembali datang dengan semangkuk bubur dan segelas air putih yang ada diatas nampan, serta berbagai jenis obat.

"Raden, wake up."

Guncangan ditubuhnya membuat Raden mengerjapkan matanya. Dengan perlahan, dirinya merubah posisi menjadi duduk bersandar di tepi ranjang.

"Kamu makan dulu. Setelah itu baru minum obat. Biar panasnya turun."

"Selain bubur Ma. Raden gak mau bubur."

RadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang