4

13.7K 1K 25
                                    

Sasuhina... Love Your Son

.

"Hinata, ayo kita makan siang bersama!"

"Tidak bisa Sasori-kun, aku tidak bisa keluar jam makan siang terlalu lama."

"Hanya sebentar saja, aku tau tempat makan yang enak di daerah kantormu."

"A- aku sudah membawa bekal dari rumah Sasori-kun." Hinata terus menolak ajakan Sasori.

"Kalau begitu aku akan mengantarkan mu pulang sore nanti, dan kali ini aku tidak menerima penolakan, Hinata!" Sasori kini membuat pernyataan bukan pertanyaan lagi, karena bosan sering kali di tolak Hinata.

"Ba- Baiklah Sasori-kun,  kamu bisa menjemputku pukul 5 nanti." Hinata pasrah dengan kekerasan kepalaan Sasori.

"Nah begitu dong,  aku akan tepat berada di sana pukul 5 kurang!" Hinata mendengar dengan jelas gelak tawa kegirangan milik Sasori di seberang telepon.

Saat pulang bersama Sasori nanti Hinata berniat menceritakan tentang keadaan yang sebenarnya kalau dia sudah memiliki seorang anaknya kepada Sasori, berharap agar Sasori mundur tanpa Hinata minta.

.

.

.

Pukul 5, Hinata keluar tepat waktu. Hinata memiliki 2 alasan untuk pulang tepat waktu,  pertama dia selalu rindu dan ingin bertemu dengan putra kesayangannya, dan yang kedua, Hinata mencoba bersembunyi dari karyawan lain bila ketauan kalau ia di jemput oleh Sasori.

Sesampainya di depan gerbang kantor, Hinata dibingungkan dengan dua mobil yang terparkir di pinggir pintu gerbang seperti sedang menantinya. Yang satu mobil lamborghini hitam metalic dan yang satu lagi mobil ferarri merah menyala.

Kedua pemilik mobil itu sama-sama keluar dari mobilnya ketika Hinata muncul, dari mobil lamborghini hitam keluar Uchiha Sasuke sedangkan yang ferarri merah Akasuna Sasori. Kedua pemilik mobil itu menghampiri Hinata yang terlihat kaget. Sasuke dan Sasori sama-sama ikut kaget karena ternyata wanita yang mereka tunggu adalah wanita yang sama.

"Kau kenapa menunggunya juga?" tanya Sasori sinis pada Sasuke. Sasuke diam tanpa menjawab,

Karena takut ketahuan oleh para karyawan yang sudah mulai bubar dari kantor,  Hinata memilih menarik tangan Sasori dan mengajaknya beranjak ke mobil merah miliknya, mengabaikan Sasuke.

"Ayo Sasori-kun, kita pulang!" kata Hinata tergesa-gesa. Sasuke memandangi mereka berdua dengan sorot mata tajam. Dan masuk kembali ke mobilnya dengan membanting pintunya keras-keras.

"Ada apa dengan Uchiha itu Hinata? Mengapa dia juga menunggumu?" tanya Sasori keheranan mulai menyalakan mesin mobilnya.

"A- aku juga tidak tau, Sasori-kun," jawab Hinata menunduk.

Sasori masih tidak mengerti apa-apa, tetapi dia cukup senang karena Hinata menariknya bukan Sasuke, Sasori mulai melajukan mobilnya sambil tersenyum.

.

.

"Ada yang ingin aku ceritakan padamu Sasori-kun." Hinata kembali berbicara setelah mereka sampai ke tempat parkir apartemen Hinata.

"Bercerita apa?" Sasori berpikir sejenak. "Bagaimana kalau sambil minum kopi? Aku tau kafe yang enak di sekitar sini." Hinata berpikir sebentar, lalu menggelengkan kepalanya.

"Kamu akan mengetahuinya saat berada di rumahku nanti," Hinata berterus terang,  membuat Sasori menaikan sebelah alisnya karena penasaran.

"Kau membuatku penasaran Hinata."
Hinata membuka pintu mobil dan berjalan ke arah tangga, disusul Sasori yang sudah mengunci mobilnya. Sasori mengikuti Hinata dari belakang.

Apartemen itu berbentuk seperti "L", terdiri dari 2 lantai saja, setiap lantai hanya berisikan 12 kamar sehingga totalnya ada 24 kamar, Hinata tinggal di lantai 2, nomor apartemen miliknya 6 sedangkan Tsunade dan Jiraya tinggal di nomor 4, hanya selisih satu kamar.

Saat Hinata dan Sasori berjalan menaiki tangga, pintu nomor 4 terbuka,  Yukine segera keluar dan berlari menyambut mamanya dengan semangat.

"Mama!!" Yukine langsung memeluk Hinata dan meminta untuk digendong. Tsunade keluar dari rumah, diam di depan pintu rumahnya dan tersenyum melihat Yukine yang ceria menyambut mamanya. Sasori terkejut melihatnya.

"Tadi, Yuki bantu Nenek bikin kue, Ma!" ceritanya dengan semangat.

"Benarkah? Kamu membantu Nenek Tsunade atau mengganggunya Yuki?" tanya Hinata pura-pura tidak percaya.

"Benar Ma, aku memang membantu Nenek Tsunade kok!" Yuki langsung cemberut dan mengaitkan kedua tangannya di dadanya karena mamanya tidak percaya. Perhatiannya kini teralih dengan pria di belakang Hinata, "Ma, siapa?" bisiknya di telinga Hinata.

"Ini paman Sasori,  dia teman kerja mama. Yuki beri salam dulu pada paman!"
Yukine mengangguk memberi salam pada Sasori yang sejak tadi masih terdiam karena kaget. Wajah, rambut dan mata Yukine baginya sangat mirip dengan seseorang yang pernah dia lihat sebelumnya.

"Bibi Tsunade,  kami permisi dulu. Terima kasih untuk hari ini." Hinata memberi hormat pada Tsunade.

"Sama-sama Hinata," Tsunade mulai mencubit pelan pipi Yukine. "Terima kasih jagoan, sudah membantu Nenek tadi."

"Nanti Yuki bantu lagi ya Nek," kata Yuki sambil tersenyum pada Nenek Tsunade.

.

.

"Ma, Yuki haus, ingin jus tomat!" pinta Yukine manja.

Hinata mengelus kepala putranya lembut, lalu menoleh pada Sasori "Sasori-kun, kau mau juga?"

Sasori menggeleng kecil,  dia sedang memperhatikan Yukine yang asik menonton acara kartun kesayangannya di televisi. Sasori lalu menghampiri Hinata yang sedang membuat jus di dapur.

"Jadi itu anakmu?  Sangat tampan Hinata." puji Sasori tulus.

"Terima Kasih Sasori-kun. Dia satu-satunya harta berharga milikku. " jawab Hinata sambil menunduk.

"Dimana papanya?"

"Sebenarnya, kami berpisah sebelum Yukine lahir. Dia tidak menginginkan anak ini, karena itu aku kabur ketika mengandung Yukine." akui Hinata jujur, Hinata tidak ingin rahasianya ini diketahui Sasori dari orang lain, sehingga Hinata terpaksa membongkarnya sendiri walaupun rasanya sangat pahit.

"Apa papanya tau dia lahir dengan selamat?" tanya Sasori hati-hati. Hinata hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Sasori.

"Jadi dia belum pernah melihat papanya?" Sasori bertanya dengan hati-hati dan Hinata mengerti hal itu  dan hanya mengangguk mengiyakan.

"Jadi ini yang ingin kamu ceritakan padaku Hinata?"

"I- ia Sasori-kun, aku ingin kau mengetahui keadaanku yang sebenarnya."

"Tapi ceritamu sangat mengejutkanku!" Sasori menatap manik lavender yang menyendu. Sejujurnya Sasori tidak menyangka kalau gadis cantik, dan anggun di depannya sudah memiliki anak tanpa suami di sampingnya. Sasori yang dalam proses pendekatan dengan Hinata, kini harus berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak lebih jauh.

"Maafkan aku Sasori-kun, aku hanya tidak ingin kau mengetahuinya dari orang lain." jawab Hinata jujur. Hinata berharap Sasori dapat mundur dengan kejutan yang dia buat ini. Karena yang terpenting sekarang bukan tentang dirinya, tetapi Putra kesayangannya.

"Aku pulang Hinata," Sasori pamit pada Hinata, kejadian hari ini sungguh sangat mengejutkannya.

.

.

.

Tbc...

Duh maaf ya kalau sekarang-sekarang ini updatenya bakal sedikit lebih lama

Tapi paling lama seminggu kok, gak akan lebih, jadi pantengin terus cerita ini ya...

Oh ia seperti biasa vote dan comment, aku tunggu terus ya 😀😀😚

Sasuhina...Love Your Son [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang