Sasuhina...Love Your Son
.
.
Sasuke kembali mengerutkan keningnya, ia sudah melewati tiga kali waktu makan dengan tetap duduk di hadapan laptop bergambar apel tergigit miliknya. Sejak kemarin, belum ada satupun makanan yang masuk kemulutnya, hanya cairan pekat hitam tanpa gula saja yang berhasil membuatnya terjaga seharian penuh.
Dia terus menerus membuat surat pengalihan kekuasaan kepada Itachi, meskipun Itachi masih belum menyetujui tindakannya. Fugaku pun heran dengan keputusan Sasuke, namun dengan beberapa argumen yang diberikan Sasuke, Fugaku akhirnya mengangkat kedua bahunya lalu menyerahkan keputusan pada Itachi.
Sasuke tidak memiliki tujuan hidup sekarang. Semua impiannya telah gagal. Ia tidak memiliki apapun selain kesendiriannya sekarang. Mungkin Sasuke akan kembali memulai semuanya dari nol. Meski tidak akan sempurna, ia ingin setidaknya bisa ikut melihat perkembangan Yukine meski hanya dari kejauhan.
Sasuke kembali mengetikkan sesuatu di laptopnya, hari sudah malam ketika dering smartphone memecah keheningan di ruangannya. Alisnya sedikit terangkat begitu melihat nama si pemanggil.
"Apa?" Tanyanya kasar begitu menggeser tombol hijau di layar smartphone nya.
"Kukira kau tidak akan menjawabku." Kata seseorang di seberang telepon.
"Jika kau hanya ingin memamerkan kemenanganmu aku akan menutupnya, Sasori!"
"Wooa, si pengecut bisa marah rupanya!"
Sasuke hendak menutup teleponnya ketika Sasori kembali berbicara. "Aku hanya ingin kita mengobrol sebentar di bar dekat kantorku."Sasuke kembali heran, "lupakan, aku tidak mau!"
"Oh jadi kau malu bertemu denganku? Jadi kau mengakui semua kekalahanmu padaku? Waw seorang Sas-"
"Baiklah, tunggu aku disana!" Kata Sasuke tidak ingin kehilangan sisa harga dirinya. Dia tidak ingin Sasori menganggapnya lemah. Atau setidaknya ia ingin mendengar kabar dari kedua orang yang sangat dicintainya, walaupun dari saingannya sendiri.
.
.
.
"Kau benar-benar datang rupanya?!" Sasori menyilakan Sasuke duduk di kursi sebelahnya. Mereka berada di sebuah bar elite yang khusus di tempati oleh orang-orang kalangan atas. Sehingga tempat itu lebih sepi dibanding bar biasa.
Sasori memberikan Sasuke minuman yang sama dengannya. Sasuke langsung meminumnya hingga habis. Rasa panas ditenggorokan berusaha dihalaunya, apalagi di dalam perutnya yang tidak terisi makanan apapun sejak kemarin.
"Wahaha, aku tau jika kau sangat benci bersamaku disini, karena aku pun sama sepertimu. Tapi kau harus meminumnya pelan, kadar alkoholnya sangat tinggi bodoh?!"
"Apa maumu Sasori?!"
Sasori mendengus pelan, ia menatap minumannya yang sedari tadi hanya digoyang-goyang pelan oleh tangannya.
"Aku ingin kau menemaniku merayakan kemenangan." Sasori kembali menatap Sasuke dengan senyumannya. "Aku akan menraktirmu minum untuk itu."
Sasuke menggeram tak suka, minuman itu tidak cukup membuatnya mabuk. Ia ingin sekali menghajar Sasori, tapi ia mencoba menahannya sekuat tenaga.
"Apa kau bertemu Hinata belakangan ini?" Tanya Sasori, wajahnya tidak terbaca.
"Kau menyuruhnya menjauhiku kan?!" Tanya Sasuke dengan suara meninggi. "Kau menyuruhnya keluar kerja kan?!"
Sasori memandang Sasuke terkejut. Dia tidak menyangka jika Hinata benar-benar serius dengan janjinya. Sasori menghela nafasnya lega sambil tersenyum. Hinata memang bisa dipercaya, wanita luar biasa, namun Hinata bukan wanitanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasuhina...Love Your Son [Completed]
FanfictionSasuke berwajah tampan, jas yang melekat di tubuhnya terasa sangat pas di badan laki-laki berusia 30 tahun itu. Rambutnya yang hitam menyeruak kebelakang melawan gravitasi, bola matanya yang hitam terkesan tajam dan menusuk. Sifat 'cool' nya terpa...