Chapter 7

5.1K 372 12
                                    

Malam ini,Arfan kembali merasakan keajaiban. Seluruh rasa penat yang dia rasakan tadi langsung sirna hanya dengan bertemu dengan Aileen.

Memang.. Arfan tidak membawakan kue ataupun hadiah yang dikarenakan masalah waktu dan ketidaktahuannya.

Tapi.. Aileen tetap memaafkannya dan itu membuat Arfan merasa lega. Mungkin besok ia akan membelikan kue ulang tahun dan beberapa hadiah untuk gadis itu.

"Jadi titipan dari orang tua Aileen itu ucapan selamat ulang tahun ustadz?" suara ustadzah Rena menyadarkannya

"Iya ustadzah"

'Tapi,kok ustadz sampe buru buru gitu. Tengah malem lagi. Ustadz Arfan naksir sama Aileen ya?"
Arfan tersenyum.

Ternyata ustadzah Rena menyadarinya. Memangnya keliatan sekali ya?

"Saya cuma mau ngingetin aja ustadz, kalau cinta itu menjaga bukan merusak. Maksud saya,kalau ustadz Arfan ndak ada rencana serius sama Aileen, yah..lebih baik dijaga jaraknya. Soalnya ustadz,perempuan itu mudaj sekali terbawa perasaan,karena memang pada dasarnya perempuan itu 90% mikir pake perasaan. Perempuan bar bar seperti Aileen sekalipun"

Arfan hanya diam mendengarkan

"Ustadz tau toh bedanya suka yang sekedar suka karena fisik dengan suka yang dalam artian siap menerima kelebihan dan kekurangan? Menurut saya ustadz, ustadz Arfan harus mulai mencari tau perasaan ustadz untuk Aileen itu yang mananya?"
"Yah..itu sih pendapat saya ustadz, tapi ustadz Arfan bisa pertimbangkan lah masukan dari saya ini"

"Insya Allah ustadzah. Saya juga berniat memastikan perasaan saya"

Ustadzah Rena mengangguk dan tersenyum simpul lalu berkata
"Yang penting ustadz Arfan bisa membimbing Aileen untuk lebih dekat sama gusti Allah. Gunanya laki laki dijadiin imam kan memang untuk menuntun perempuan agar lebih baik" lanjutnya

_______________________

"Darimana toh mas? Tadi umi panggilin ndak didengar,langsung ngeloyor keluar aja" umi tercinta Arfan tengah mengomeli dia saat ini. Salahnya juga sih.

"Dari asrama putri umi" Arfan menjawab pasrah. Pasrah karena ia tahu bahwa sesaat lagi ia akan mendengar ungkapan kekesalan sang umi. Salahnya juga sih,langsung pergi begitu saja tadi

"Ngapain kamu ke asrama putri?" Abinya ikut ikutan nimbrung

"Nyampein salam dari om Radit bi"

"Tapi besok kan bisa toh mas" umi Arfan tampaknya masih marah
" Ulang tahunnya kan hari ini umi,kalau ngucapinnya besok ya ndak berlaku lagi"

Dimas hanya diam menatap interaksi istri dan anaknya
Dia menyadari bahwa putra semata wayangnya itu mulai menaruh perasaan pada Aileen. Perasaan seorang laki-laki terhadap perempuan. Bukan perasaan seorang guru pada muridnya.
Dimas belum menenetukan sikapnya terhadap hal tersebut.

Arfan ini merupakan tipe laki-laki yang tidak mudah tertarik bahkan jatuh cinta. Sepertinya Aileen itu sangat spesial sampai bisa membuat Arfan jatuh cinta padanya.
Jujur saja,Dimas akan merestui mereka apabila mereka berkomitmen untuk menjalani sebuah hubungan.

Tapi,yang menjadi masalahnya sekarang adalah Radit,ayahnya Aileen. Entahlah hanya saja ada sesuatu yang mengganjal ketika Dimas memikirkan hal itu.

"Udah umi,udah malam nih. Besok aja lanjut ngomelnya" dia melerai,perdebatan antara istri dan putranya yang berlangsung sejak tadi

"Nah.. Abi bener umi,ayo umi tidur dulu aja ya. Arfan minta maaf kalau buat umi kesal tadi. Sekarang Arfan ngantuk banget umi,besok kalo umi mau lanjut marahin Arfan lagi boleh kok" Arfan tersenyum menatap uminya. Dia mengatakan itu bukan untuk terbebas dari rentetan kalimat kekesalan uminya,tapi karena Arfan kasihan,ini kan sudah tengah malam jadi lebih baik umi tercintanya ini segera beristirahat

Pesantren I'm In Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang