08. Elea's Decision

2.6K 414 85
                                    

⚠ ️Lemesin aja bacanya. Jangan serius - serius amat ⚠️

....

"Eya, dengerin aku dulu. Aku mohon"

Entah sudah keberapa kalinya Devan memohon pada Elea sejak keduanya masuk ke dalam mobil Devan lima belas menit yang lalu. Setelah akhirnya Elea mengalah dan memutuskan untuk pulang bersama Devan. Tapi semenjak masuk ke dalam mobil, Elea terus memalingkan wajahnya, enggan untuk menatap Devan. Sesekali wanita itu terlihat menyeka air matanya yang terus mengalir meski telah sekuat tenaga ia tahan.

"Devan, kalau kamu nggak juga jalanin mobilnya, lebih baik biarin aku turun. Aku mau pulang." dengan suara bergetarnya, Elea memaksakan bicara.

"Tapi, Eya.."

"Aku turun"

"Iya, oke. Kita pulang"

Devan mengalah. Setengah frustasi, ia menyalakan mesin mobil dan sedan putih itu melaju membelah hujan yang mengguyur Jakarta malam itu.

"Eya.."

Berusaha tetap konsentrasi, Devan sesekali melirik Elea yang kini tengah menyumbat telinganya dengan headset, menandakan ia tidak ingin mendengarkan apapun dari Devan. Devan mengerang pelan. Kepalanya terasa ingin meledak. Percuma jika ia memaksa Elea untuk mendengarkan penjelasannya saat ini. Hanya akan sia - sia.

Ini pertama kalinya Elea marah padanya dan Devan sama sekali tidak tau cara yang tepat untuk membujuk istrinya itu. How could he be that clueless right now?

Setengah jam kemudian, mobil Devan berhenti tepat di depan rumah mereka. Dan tanpa menunggu Devan membukakan pintu seperti yang biasa pria itu lalukan untuknya, Elea membukanya sendiri dan langsung menghambur ke dalam rumah. Tanpa memerdulikan bajunya yang menjadi basah karna guyuran air hujan yang semakin deras.

Dengan cepat Devan mengejar Elea. Mengabaikan bajunya yang juga akan ikut basah, sama seperti Elea. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal itu. Dan beruntung Devan berhasil meraih lengan Elea sebelum wanita itu menutup pintu kamar.

"Elea, aku mohon dengerin aku dulu. Ini semua nggak seperti yang kamu pikir"

Elea menggeleng dan berusaha melepaskan cengkraman tangan Devan di lengannya. Tapi sia - sia, karna tentu saja tenaga Devan jauh lebih kuat darinya.

Devan sedikit mendorong tubuh Elea hingga membentur tembok kamar. Membuat wanita itu meringis pelan. Dengan kedua tangannya, Devan mengunci tubuh Elea dan memaksa wanita itu menatapnya.

"Eya maafin aku. Aku terpaksa ngelakuin hal ini sama kamu. Tapi aku mau kamu denger dulu penjelasan aku" ucap Devan dengan suara bergetar. Jantungnya kini berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Devan tau saat ini ia membuat Elea kesakitan, tapi tidak ada cara lain yang terpikirkan olehnya selain cara ini. Dan demi Tuhan, dada Devan juga terasa sesak melihat Elea yang kini menangis di hadapannya.

"Eya, perempuan tadi cuma teman lama aku. Dia mantan pramugari yang resign tiga tahun lalu. Dan dia sama sekali nggak tau kalau aku udah nikah dan punya kamu. Kamu juga udah denger sendiri kan, dia cuma refleks peluk aku karna kita udah lama banget nggak ketemu. Aku mohon, maafin aku. Aku sama sekali nggak ada apa - apa sama dia" ucap Devan panjang lebar. Entah sejak kapan air mata ikut mengalir keluar dari kedua matanya, menandakan ia sungguh - sungguh dengan ucapannya. Tapi lagi - lagi Devan hanya mendapatkan Elea yang hanya terdiam sambil menangis.

I For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang