10. Elea kemana?

2.3K 388 38
                                    

Devan

Semalaman gue sama sekali nggak bisa tidur. Mikirin Eya sampai subuh. Sampai mata gue rasanya udah perih banget gini. Karna nggak bisa tidur juga, gue memutuskan untuk bikin kopi di dapur. Tapi ternyata air panasnya nggak ada. Jadi aja gue masak air dulu. Terus sambil nungguin airnya mendidih gue jalan ke balkon depan.

Eya udah nyampe di rumah orang tuanya belum ya? Lagi apa ya dia sekarang? Mikirin gue juga nggak ya? Nggak bisa tidur kayak gue juga nggak ya?

Pas lagi asik - asik mikirin Eya, tau - tau ponsel gue yang ada di kantong celana bunyi. Ada panggilan masuk. Dari Mamanya Eya. Astagfirullah.. Gue jadi deg - degan gini. Apa Eya udah cerita semuanya ya? Gue harus ngomong apa ini?

"Assalamualaikum, Ma"

"Waalaikumsalam. Devan, maaf ya Mama ganggu kamu subuh - subuh gini" ucap Mama Widia di seberang sana, dari suaranya kedengeran kayak orang khawatir gitu. Udah, ini mah positif Eya udah cerita ke Mamanya.

"Iya, nggak apa - apa, Ma. Oh iya, ada apa, Ma?"gue pura - pura bego aja dulu.

"Ini, Mama mau tanya.."

Ada jeda sebentar. Bikin gue tambah deg - degan.

"Elea lagi apa? Kalian baik - baik aja kan? Dari semalam Mama kepikiran kalian berdua, sampai nggak bisa tidur."

Gue mengenyit. Ini kok Mama Widia nanya Eya lagi apa? Bukannya harusnya Eya udah di rumahnya sekarang?

"Eh.. anu.. Ma, Elea..."

"Elea masih tidur ya? Kebiasaan itu anak. Maafin ya, Van. Elea itu kalau tidur memang susah banget dibangunin"

Gue biarkan Mama Widia bicara. Otak gue masih berusaha mencerna semuanya.

"Devan, kamu kalau ada masalah sama Elea, selesaikan baik - baik ya, Nak. Jangan sama - sama emosi. Mama titip Elea sama kamu. Salam untuk Elea ya."

"Iya, Ma"

Gue nggak tau harus jawab apa lagi. Ini beneran gue bingung banget.

"Yaudah, Mama tutup ya telfonnya. Assalamualaikum"

Gue bahkan nggak mampu untuk jawab salam Mama Widia. Pikiran gue udah kemana - mana. Elea nggak pulang ke rumahnya? Terus kemana?

Tanpa pikir panjang, gue cari satu nama Adit dari kontak gue. Gue yakin orang itu tau di mana Eya sekarang. Atau jangan - jangan justru memang dia yang membawa kabur Eya. Karna semalam, Eya bilang Adit yang jemput dia, meski pun gue nggak liat secara langsung karna gue nggak kuat. Bego juga gue, kenapa harus ngebiarin Eya sama itu cowok. Ah, Devan bego.

"Hallo"

Suara serak Adit menginterupsi pikiran - pikiran gue. Gue tebak ini orang pasti baru bangun tidur. Ya Allah, otak gue udah mikir yang nggak - nggak aja ini.

"Eya mana?" ucap gue to the point.

"Hah? Lo gila ya? Kenapa nanya Lea sama gue."

Gue mengernyit. Ini orang songong ya, ngatain gue gila segala. Gue tau dia cuma pura - pura nggak tau doang.

"Nggak usah pura - pura nggak tau. Semalam Eya bilang lo yang jemput dia. Sekarang kasih tau gue di mana Eya"

Cukup lama gue menunggu jawaban dari si songong itu.

"Gue beneran nggak tau di mana Lea. Dan asal lo tau, sekarang gue lagi di Bandung."

"Anjing!" gue nggak tahan untuk nggak memaki. Jadi, semalam Eya bohong bilang Adit yang jemput dia?

Terus kalau Adit beneran nggak jemput Eya selamam dan dia bener - bener nggak tau Eya di mana sekarang berarti Eya kabur?

"Ini jangan bilang Lea kabur? Goblok! Laki macem apaan sih lo? Bisa - bisanya-

Gue matiin sambungan telfon Adit. Gue nggak butuh ocehan itu manusia. Yang gue pikirin sekarang di mana Eya?

Gue bergegas ke dapur untuk matiin kompor. Udah nggak ada selera buat minum kopi. Gue lari ke kamar buat ganti baju. Dan pergi ke rumah bang Bima. Siapa tau Eya pulang ke sana.

Tapi pas gue nyampe sana, gue justru di sambut dengan kepanikan kak Manda, istrinya bang Bima, pas gue tanya Eya ada di sana atau nggak. Jadi bisa gue simpulkan Eya nggak ke sana.

"Atau ke rumah bang Dani kali ya kak?"

"Nggak mungkin. Mereka sekeluarga juga lagi liburan ke luar kota. Jadi Eya nggak mungkin ke sana"

Gue mengerang frustasi. Nggak tau lagi kemana harus cari Eya. Tapi untung yang nemuin gue itu kak Manda, jadi gue minta tolong kak Manda untuk ngerahasiain hal ini dulu dari bang Bima. Gue takut kalau sampai bang Bima tau, masalah malah semakin rumit. Dan lebih parah gue takut Bang Bima cerita ke orang tua mereka. Gue juga belum cerita masalah Eya yang minta cerai ke siapa pun. Kak Manda juga taunya Eya cuma lagi marah doang sama gue.

"Yaudah kak, Devan mau cari Eya lagi.  Satu lagi kak, kalau Eya ngabarin kakak, tolong segera kasih tau Devan ya? Devan mohon banget sama kakak"

Kak Manda cuma ngangguk sambil ngusap punggung gue.

"Iya, kakak coba cari tau di mana Lea. Kamu kalau udah tau keberadaan Lea juga kasih tau kakak ya."

"Iya semoga, Kak. Kalau gitu Devan pulang dulu. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Gue kembali masuk ke dalam mobil. Nggak tau mau kemana lagi, gue memutuskan untuk balik ke rumah. Ini bodohnya gue. Gue sama sekali nggak tau satu pun rumah atau nomor teman - teman Eya kecuali si Adit itu.

Eya... Kamu kemana sih?

.....

To be continued..

Huhuhu Eya ngambek pada sebel dan nyalahin dia, jadi kabur deh :(

Double update atau nggak?

Part - part selanjutnya aku private ya?

I For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang