13. Lonely

2.6K 418 82
                                    

Sederhana saja, jika air mata jatuh sesaat setelah kamu mengingat dia, artinya dia masih segalanya.

.....

Elea menutup pintu kamarnya dan menguncinya rapat - rapat, seolah takut seseorang akan menyelinap masuk, padahal Elea tau ia hanya sendiri di apartemen. Semenjak berpisah dengan Devan, Elea memang memutuskan untuk tidak kembali ke rumah orang tuanya dan lebih memilih untuk menyewa apartemen terdekat dari kantornya.

Wanita itu melemparkan tubuhnya ke atas kasur dan memeluk guling putihnya dengan erat. Seharian ini yang Elea lakukan hanya duduk berpindah - pindah mulai dari ruang tamu kemudian ke dapur lalu beralih ke balkon lalu kembali lagi ke ruang tamu begitu seterusnya hingga ia sendiri lelah dan memutuskan untuk beralih ke kamar tidur. Mengamati hujan yang tidak kunjung berhenti sejak pagi tadi dari jendela kaca yang gordennya sengaja ia ikat di sisi kanan dan kiri.

Elea merasa ada yang salah dengan dirinya akhir - akhir ini. Moodnya menjadi sangat sangat tidak stabil. Kadang ia bisa merasa sangat bahagia tapi lima menit kemudian berubah menjadi sangat sedih tanpa ada alasan yang jelas dan hal itu terjadi sangat sering beberapa hari ini. Dan itu sangat mengganggunya.

Seperti saat ini, bukan, Elea bukan merasa sedih. Bukan juga senang. Tapi sesuatu dalam hatinya yang sulit ia jelaskan. Ketika sebisa mungkin Elea berusaha memfokuskan perhatiannya pada sesuatu, selalu saja ada sesuatu hal lain yang terpikirkan dalam benaknya.

Rasanya apartemen yang seharusnya terbilang kecil ini terasa begitu besar baginya. Singmatnya; Elea merasa kesepian. Ya, sepertinya tiga kata itu yang terdengar paling cocok untuk menggambarkan keadaan wanita itu saat ini.

Dengan punggung tangannya, Elea menyeka air mata yang tiba - tiba sudah jatuh membasahi pipinya.

Tebak apa yang saat ini ada dalam benak Elea?

Pekerjaan? Salah.

Adit? Salah.

Devan? Benar.

Bohong jika Elea berkata ia sudah melupakan Devan sepenuhnya. Karna sekeras apapun Elea berusaha mengusir Devan dari dalam pikirannya, nyatanya kepalanya tidak akan pernah bisa melupakan apa yang hatinya ingat

Dan setiap kali ia mengingat Devan, Elea hanya bisa menangis. Menangis sambil memeluk erat gulingnya berharap guling itu akan berubah menjadi sosok Devan yang akan mengelus punggungnya dengan lembut sambil sesekali berbisik menenangkannya.

"Le, setiap hubungan pasti ada aja masalahnya. Tinggal gimana lo menyikapinya. Mau lari dari masalah dengan ngelepasin hubungan itu lalu menjalin hubungan baru yang kemudian munculin masalah baru lagi. Atau lo hadapi masalahnya dengan dewasa dengan berjuang sama - sama dan ngedapetin bahagia yang sesungguhnya. Itu pilihan lo, Le. Sebagai sahabat lo gue mau yang terbaik buat lo dan Devan. Karna gue sayang lo, Le. Jangan sampai nyesel karna ambil keputusan terburu - buru"

Elea semakin terisak saat sederet kalimat panjang yang Dinda ucapkan padanya beberapa hari sebelum persidangannya dengan Devan terngiang jelas di telinganya. Yang saat itu dengan naifnya ia abaikan demi kemenangan egonya.

Karna Elea pikir, bercerai dengan Devan adalah satu - satunya cara agar terbebas dari kesepian saat Devan harus bertugas. Nyatanya? Alih - alih merasa bebas, Elea justru merasakan kesepian yang semakin dalam. Ketika ia harusnya bisa berbagi sedih dengan Devan, saat ini ia hanya bisa menelannya sendiri.

Menyesal? Elea tidak tau apakah saat ini ia benar - benar menyesal dengan keputusannya atau hanya merasa kesepiaan sesaat. Toh, kalau pun ia menyesal, semua tidak akan ada gunanya. Karna semua sudah terjadi. Mungkin di sana Devan sudah menemukan kebahagiaan barunya. Dan Elea tidak bisa berbuat apa - apa jika memang hal itu sudah terjadi.

.....

Devan keluar dari dalam kamar mandi dengan langkah gontai, sambil sesekali memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Ini sudah kelima kalinya dalam beberapa jam terakhir, Devan harus bolak - balik dari kamar tidur ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya.

Beralih ke dapur, Devan mengisi penuh gelas dengan air hangat yang dicampur perasaan jeruk lemon dan meneguknya hingga habis. Berharap mualnya hilang saat itu juga. Bebarapa hari belakangan, Devan selalu mual setiap kali bangun tidur. Dan tidak ada yang dapat pria itu lakukan selain minum air hangat dan menghirup udara segar demi menghilangkan mual itu.

Awalnya, Devan pikir itu hanya efek jetlag. Tapi hingga hampir seminggu setelah penerbangan terakhirnya, pusing dan mual itu terus menyerangnya. Entah apa yang salah dengan dirinya. Devan hanya berdoa ia tidak terserang penyakit - penyakit mematikan seperti di film - film. Karna hanya akan membuatnya semakin terlibat menyedihkan.

Devan hanya butuh bertahan lima hari lagi, dan ketika ia kembali ke Indonesia ia berjanji akan segera menemui dokternya di Jakarta.

Satu penerbangan terakhirnya sebelum ia benar - benar pensiun dari jabatan pilot. Memang harusnya ada beberapa penerbangan lagi untuk Devan, tapi tiba - tiba perusahaan mengubahnya. Dan yang seharusnya jadwal ia berhenti masih satu bulan satu minggu, menjadi hanya tinggal lima hari dan menyisakan satu penerbangan terakhir ke Indonesia.

Ada perasaan sedih bagi Devan, tentu saja. Tapi, semua sudah menjadi keputusannya. Satu - satunya hal yang membuat Devan semangat di penerbangan terakhir adalah Elea. Ya, masih wanita yang sama. Karna nanti setelah penerbangan terakhirnya, ia akan lebih sering bertemu Elea. Meski status wanita itu bukan lagi istrinya, tapi tidak ada larangankan untuk Devan mencintai Elea?

Sambil menatap foto Elea yang masih menjadi wallpaper ponselnya, Devan menyentuh layar ponselnya dengan lembut seolah tengah menyentuh Elea secara langsung.

"Sebentar lagi aku pulang, Ya. Dan nggak akan pernah pergi lagi. Tunggu aku ya, Sayang"

Katakan Devan bodoh, tapi dalam mencintai, hati tidak pernah mengenal kata bodoh. Hati memiliki aturan mainnya sendiri, yang bahkan otak pun tidak memiliki kehendak untuk menentangnya. Dan saat ini hati Devan masih memilih untuk mencintai Elea, apapun keadaannya.

.....

To be continued...

Sudah berapa purnama sejak terakhir aku update?

Aku bener - bener nggak tau harus nulis apa. Dari kemarin tuh nulis - hapus - nulis - hapus terus grgr idenya mentok.

Dan aku tau part ini tuh nggak sesuai yang kalian harapkan huhuhu mian mian mian hajiman...

Aku harap kalian tetap mau kasih komentar. Karna part berikutnya, Elea dan Devan akan kembali bertemu untuk pertama kalinya setelah bubaran. Doakan semuanya baik - baik aja ya. Dan semoga gak mentok ide akunya huhuhuhu

Aku butuh komentar kalian bgtbgtbgt

I For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang