05. News

2.5K 428 52
                                    

Devan

Eya sakit. Dan udah tiga hari di rawat di rumah sakit. Dan gue baru tau kabar itu hari ini. Bagus. Suami macam apa gue yang untuk tau istrinya lagi sakit aja harus cari informasi ke Mama mertua. Iya, mungkin kalau tadi gue nggak menghubungi Mama Widia, Mamanya Eya, sampai saat ini mungkin gue nggak akan tau kalau Eya lagi sakit. Meskipun kata Mama Widia, Eya sudah lebih baik dan boleh pulang kalau tiga hari kedepan keadaannya terus stabil. Tapi tetap aja gue khawatir. Dari kemarin Eya juga menolak untuk bicara sama gue. Ponselnya juga dimatikan. Ah gue pusing.

Gue akhirnya menghubungi salah satu staff maskapai yang kebetulan juga sepupu dekat gue. Gue mau ambil cuti. Sebentar aja juga nggak apa - apa, asal bisa pulang dan nemuin Eya. Karna hanya itu satu - satunya hal yang bisa dan harus gue lakukan. Jatah RON gue sebenarnya masih tersisa dua hari lagi di sini, tapi masa bodo lah. Gue mau pulang besok. Penerbangan pertama menuju Jakarta. Gue harus menemui Eya. Secepat yang gue bisa. Andai aja gue kedip doang bisa sampai Jakarta, pasti sekarang gue nggak akan segelisah ini.

Jadi pilot kalau udah punya istri semenyiksa ini ya? Kalau bisa, gue mau bawa Eya ke setiap penerbangan gue. Tapi sayangnya nggak bisa. Untung tinggal empat bulan lagi. Oh iya, gue udah cerita belum sih kalau gue nggak memperpanjang kontrak gue di maskapai penerbangan tempat gue bekerja saat ini? Dan empat bulan lagi kontrak itu berakhir. Meskipun rasanya berat banget ninggalin pekerjaan yang selalu jadi mimpi gue sejak kecil, tapi gue harus melakukannya demi kelangsungan rumah tangga gue dengan Eya. Kedua orang tua gue juga udah setuju. Rencananya, nanti gue akan membangun usaha kuliner. Detailnya gue belum tau. Tapi gue udah menghubungi beberapa kerabat yang nantinya akan membantu gue. Hanya Eya satu - satunya orang yang belum gue kasih tau. Nanti aja, kalau caffe itu udah siap buka baru gue beritahu ke Eya. Kejutan kecil - kecilan. Eya bakal senang nggak ya? Semoga aja.

.....

Elea

Kata Mama, Devan akan kembali ke Jakarta besok. Boleh nggak sih aku minta Devan nggak usah pulang dulu untuk saat ini? Aku belum siap untuk menemui Devan. Harusnya, sebagai istri yang normal, aku senang karna suaminya yang sudah lama tidak pulang itu akhirnya bisa pulang ke rumah. Tapi sepertinya aku sedang tidak normal. Karna kini aku malah berharap Devan tidak pulang. Setidaknya sampai nanti kalau aku siap.

"Dek, mikirin apa sih? Serius banget mukanya?"

Suara kak Manda membuyarkan lamunanku. Kak Manda ini istri dari abangku yang pertama, bang Bima. Heran sebenarnya, kak Manda yang super cantik, baik dan lembut banget gini bisa mau menikah dengan abangku yang super menyebalkan itu.

"Cinta itu harus bisa menerima apa adanya pasangan kita, Lea" kata kak Manda beberapa tahun yang lalu.

"Kak, aku bingung" ucapku.

Kak Manda menatapku dengan kedua matanya yang selalu terlihat teduh. Perempuan itu kemudian meletakkan majalah yang tadi sedang dibacanya kemudian duduk di pinggir ranjangku. "Bingung kenapa?"

Aku terdiam sebentar. Bingung harus menjelaskan dari mana. "Lea, bingung kak"

"Iya, bingungnya kenapa?"

Duh, kak Manda ini nggak peka banget sih.

"Masalah Devan? Kenapa? Kamu kangen?" tanyanya.

Aku menggeleng. "Bukan"

"Terus?"

"Lea bingung harus cerita dari mana kak"

I For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang