15. Bittersweet

2.3K 361 102
                                    

"Lalu kini aku berpikir bagaimana aku membunuh rindu, yang seakan menamainya dengan namamu"

.....

Elea

Di sini ada yang pernah ngerasain bahagia, sedih, takut, kacau dan ratusan perasaan lain dalam satu waktu sekaligus? Itu yang lagi aku rasain sekarang. Semua perasaan bahagia, sedih, takut, kacau dan perasaan - perasaan lainnya sedang berkecamuk dalam hati aku. Dan aku sama sekali nggak tau harus apa.

Aku benar - benar bingung. Bingung banget. Kenapa akhirnya semuanya harus begini?

Aku bahagia? jelas. Wanita mana yang nggak bahagia saat tau dirinya hamil. Saat ada manusia lain dalam rahimnya yang kini lagi tumbuh.

Tapi aku juga sedih, sedih karna... aku nggak tau aku sedih karna apa. Yang pasti aku sedih. Apa mungkin aku sedih karna ayah dari bayi dalam perutku ini udah bukan lagi.... ya kalian tau apa maksudku kan?

Kalau kalian tanya memangnya siapa ayah dari bayi ini, jelas jawabannya Devan. Dari mana aku tau? Jelas aku tau, aku hanya pernah melakukan hal itu sama Devan. Nggak ada yang lain. Dan aku masih sangat ingat kapan terakhir kali kami melakukannya. Dan tanggal itu hanya meleset beberapa hari dari yang dokter prediksi tadi.

Aku nggak ngerti permainan apa yang lagi Tuhan kasih ke aku. Kenapa setelah aku dan Devan udah resmi bercerai, makhluk kecil ini justru ada di dalam perut aku.

Bukan, bukan berarti aku menyalahkan anak ini. Mana mungkin aku menyalahkan sesuatu yang bahkan saat pertama kali dokter mengumunkan keberadaannya di dalam perutku udah buat aku jatuh cinta sama dia.

Tapi... kenapa harus begini? Kenapa harus disaat seperti ini?

Aku takut. Meskipun aku yakin aku pasti bisa membesarkannya sendiri tapi anak aku butuh sosok seorang Ayah. Tapi... semua udah terlanjur terjadi.

Devan bahkan udah menemukan sosok lain yang bahkan mereka terlihat sangat bahagia sebagai keluarga kecil. Dan hatiku sakit banget waktu ngeliatnya.

Aku tau aku nggak berhak kayak gini. Tapi rasa sesak itu tiba - tiba aja muncul waktu aku ngeliat Devan yang lagi gendong anak kecil dan dengan tangan satunya ngegandeng perempuan lain. Tangan yang dulu cuma Devan pakai buat gandeng aku.


"Le, tuhkan diem diem tau tau nangis lagi"

Aku buru - buru menyeka air mata yang jatuh dari mataku dan senyum ke arah Adit yang lagi ngeliatin aku dengan tampang khawatirnya.

"Nggak, Dit. Gue nggak nangis. Gue kan lagi bahagia, kenapa harus nangis?" ucapku dengan suara yang tau - tau udah jadi serak gini.

Adit menghela nafas. "Gue nginep di sini ya? Mau jagain lo."

"Jangan. Kamar cuma satu. Masa lo mau tidur di ruang tamu. Nanti masuk angin. Pulang aja gih. Gue nggak apa - apa kok. Sumpah"

Adit masih bergeming di tempatnya dan justru ngeliatin aku. "Lo kira gue di rumah bisa tidur dengan nyaman sementara lo lagi kayak gini?"

"Emangnya gue kenapa? Gue baik - baik aja, Dit. Jangan khawatir gitu"

Adit tau - tau peluk aku erat banget.

"Jangan sok tegar gitu, Le. Gue tau saat ini lo lagi bingung banget"

Ada jeda di ucapan Adit dan aku membiarkannya memelukku sampai dia menyelesaikan kalimatnya.

"Kalau lo bingung sama nasib anak lo karna Ayahnya udah terlanjur sama yang lain. Gue bisa mengisi posisi itu, Le"

.....

Devan

"Kei, lo yakin foto yang Eya pegang tadi foto usg?"

Gue bertanya untuk kesekian kalinya pertanyaan yang sama pada Keira yang sekarang mukanya bener bener bete gue tanya begitu terus.

"Iya, Devan, iya. Udah berapa kali lo nanya dan gue jawab, masih juga nanya. Itu foto usg. Gue udah hamil dua kali dan gue bisa dengan pasti tau kalau itu foto usg."

"Bukan perempuan itu. Namanya Eya, Kei."

"Iya, terserah siapa pun namanya. Tapi gue bisa dengan jelas dengar kalau dia bilang, dia hamil. Masa lo nggak denger?

Gue menggeleng. Emang gue nggak sempat denger apa - apa. Karna semua jiwa raga gue udah terfokus waktu ngeliat Eya dengan cantiknya duduk sama Adit. Semua perhatian bahkan nyawa gue rasanya kesedot waktu ngeliat mereka dudum berdua.

"Lagi pula ya, Devan tadi kita ketemu mereka di depann ruang dokter kandungan kan? Kurang jelas apa lagi?"

"Tapi.. Itu.. Itu anak siapa? Anak gue kan pasti, Kei?"

Gue memandang Keira yang juga lagi memandang gue. Nggak ngerti kenapa tatapannya seolah - olah kasian gitu ke gue.

"Gue kira di dunia ini cuma cowok yang brengsek. Ternyata cewek juga ada"

Gue mengernyit nggak ngerti. "Maksud lo?"

"Jangan terlalu bodoh, Devan. Setelah dengar semua cerita lo dan ditambah ngeliat adegan tadi, gue bisa tarik kesimpulan kalo Elea minta cerai sama lo karna dia punya hubungan lain sama temennya itu. Siapa namanya? Aldi ya?"

"Adit"

"Iya, Adit"

"Gak mungkin, Kei. Eya gak mungkin sejahat itu. Gue sayang banget sama Eya. Dan begitu pun sebaliknya. Jadi, Eya gak mungkin setega itu. Gue yakin anak dalam kandungan Eya pasti anak gue. Gue yakin itu, Kei"

Keira geleng - geleng kesel ke arah gue. Bodo amat, gue gak akan percaya ucapan Keira. Gue yakin kalau emang Eya hamil, itu pasti anak gue. Bukan anak orang lain, apalagi Adit.

"Terserah lo aja ya, Devan. Kita liat aja nanti. Lo ingat kan, dari dulu tebakan gue selalu benar"

Nggak. Gue nggak mau lagi dengar omong kosong Keira. Gue memutuskan untuk masuk ke kamar.

Iya, gue emang ngajak Keira ke rumah gue dan Eya karna dia yang minta waktu dua minggu untuk nginap karna belum siap ketemu keluarganya.

Gue ngelempar diri ke atas kasur dan peluk guling yang gue yakin selalu Eya peluk kalau lagi mau peluk gue tapi gue lagi jauh. Makanya sekarang gue peluk guling ini, karna gue mau peluk Eya, tapi Eya lagi jauh.

Persetan sama baju gue yang udah bau asem karna belum ganti dari pas berangkat. Kalau masih ada Eya, pasti dia bakal marah - marah dan nyeret gue ke kamar mandi.

"Eya, aku kangen kamu. Anak itu pasti  anak aku kan, Ya?" bisik gue ke guling yang dari tadi terus gue ciumin. Bodo amat dibilang gila juga. Gak akan ada yang liat. Gue cuma mau Eya sekarang juga. Gue mau peluk Eya. Mau cium Eya. Mau tanya semuanya sama Eya. Mau buktiin tebakan Keira kali ini salah.

.

.

.

Tbc...

Ah, aku dugeun - dugeun mau post ini. Masih ada yg mau baca gak ya? /.\

I For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang