Chapter 17

198 17 7
                                        

-
-
-
-
-
-
-
-
-

"Kau darimana saja, hyung?"

Mark baru saja hendak memejamkan matanya, saat cahaya lampu kamarnya kembali menyala. Membuat pria itu kembali terjaga.

"Ada apa?" Tanya Mark.

Pria yang tengah berdiri, seraya memegang sakelar lampu itu menyeringai.
"Sekarang jam 11.30 malam. Dan kau baru kembali ke dorm. Darimana saja kau?"

Mark mengacak rambutnya kasar. "Aku sejak tadi di sini."

"Kau memakai hoodie saat tidur? Tidak biasanya."

"Aishh, tidak biasanya. Apa maksudmu? Aku biasanya memang memakai ini."

Yugyeom mengerutkan keningnya, "Benarkah?"

"Arghh....Pergilah! Aku ingin tidur. Matikan lampunya!" Teriak Mark kesal.

Benar ini sudah pukul 11.30 malam, dan dia sekarang benar-benar merasa lelah. Pria ini baru saja menginjakkan kakinya kembali ke dormnya. Setelah seharian ini dia harus terus duduk dengan manis di depan layar monitor Cctv.

"Tapi hyung, kau tadi tidak ada saat Joey hyung kemari." Kata Yugyeom lagi, ia sedang dengan santainya berdiri dan menyandarkan punggungnya pada dinding kamar Mark sekarang.

"Kau tahu hyung. Joey hyung mengatakan hal yang sama seperti apa yang kau katakan tadi. Dia bilang kalau kita tidak boleh ikut campur dalam masalah ini. Dia juga bilang, kalau Jaebum hyung cukup melakukan pers dan mengklarifikasinya. Sisanya biar El noona yang mengurusnya. Yah....meskipun Jinyoung dan Jackson hyung bersikeras ingin membantu. Tapi pada akhirnya mereka tak berkutik juga..."

Yugyeom menyingkap anak rambut yang menghalangi matanya. "Hyung kau tahu. Meski terlihat ketus dan begitu dingin. Seolah tak peduli. Tapi sebenarnya kau pedulikan pada gadis itu?"

Mark terdiam diposisinya. Tidak membantah, tidak juga mengelak perkataan Yugyeom. Hanya membiarkan dirinya hanyut dalam pikirannya. Lagipula apa yang sebenarnya gadis itu lakukan. Mengapa sejak tadi El tak juga membalas pesan darinya. Membuatnya cemas.

Mark menghela nafas kesal, lalu beralih menatap pria yang masih berdiri di dekat pintu kamarnya itu. Yang sepertinya belum juga ingin melangkah pergi.

"Apa kau menyukainya, hyung?"

Mark mengerutkan alisnya, "What?"

"Saat di gala dinner, kau yang menyeret El noona ke taman. Karna kau tak ingin dia bertemu dengan Felca noona kan? Setelah itu, kau dan dia menghampiri kami bersamaan. Dan lagi coat kau ada padanya. Memangnya aku tak bisa melihat kau meremas jemari tangannya dan membisikan sesuatu padanya, apa? Aku melihat semuanya, hyung..."

Sekarang Mark benar-benar terjaga dari rasa kantuknya. Matanya terbuka lebar. Menatap kearah Yugyeom tajam.

Yugyeom.

Anak ini tidak biasanya berbicara panjang lebar dengannya. Bisa dibilang Yugyeom sungkan dengannya, atau lebih menjurus pada takut. Mark juga tak mengerti mengapa Yugyeom takut untuk bicara padanya. Tapi sepertinya tidak untuk malam ini.

Kamar berisi dua kasur tidur itu lenggang. Menyisakan suara gerimis hujan, yang semakin lama semakin lebat. Mark menarik selimutnya naik. Udaranya cukup dingin untuk sekedar hoodie melekat pada tubuhnya. Penghangat ruangan sepertinya tidak berfungsi dengan baik. Udara masih terasa benar-benar dingin.

"Lalu saat di rumah sakit, saat gadis itu di pukuli oleh ibu-nya- Jaebum hyung. Kau membawanya pergi dari tempat itu kan? Kau membawanya kemana? Tamankan? Aku juga melihatnya, hyung. Aku bahkan lihat kau memeluknya, saat gadis itu menangis. Kau tak sedikitpun melepaskannya, meski gadis itu terus meronta. Sampai gadis itu benar-benar tenang. Lalu kau mengobati lukanya di apotik..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Wish, I Was Forget!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang