Chapter 3

299 40 15
                                        

****

"Oke saya sudah dapet bayanganya. Nanti malam saya akan membuat naskahnya. Jadi besok saya akan kirimkan pada anda. Jika anda setuju dengan naskahnya, anda bisa mengubungi saya." Jelasku pada Manager joey.

"Baik sutradara El." Sahutnya.

"Owya, apa kita memerlukan
model wanita disini?"

"Sepertinya tidak, karna disini akan mengambarkan pria yang frustasi karna pacarnya yang picik." Jawabnya ramah.

"Emm, oke. Saya akan selesaikan naskahnya segera, jadi kita dapat segera membuat MVnya."

"Baik, kalo begitu kami pamit untuk pergi. Karna mereka ada jadwal pukul 1 ini. Permisi sutradara El."

Aku mengangguk mengerti.

Satu persatu dari member GOT7 menyalami tanganku, sampai akhirnya JB hendak menggenggam tanganku.

Aku berjalan menjauh darinya.
JB masih menatapku dengan tatapan yang sama, penuh penyesalan.

Dan berlalu begitu saja.

Aku menghembuskan nafas panjang, membereskan barang-barangku. Dan segera keluar dari ruang ini.

"El."

Suara berat parau itu kembali berhasil membuat nafasku tertahan.

Aku menoleh dan mendapati seorang pria bertubuh tinggi dengan memakai snapback hitam yang menutupi rambut grey-nya itu, sedang berdiri didepanku.

"Aku ingin bicara."

"Bukankah meeting hari ini sudah berakhir." Ketusku.

"Bukan soal itu El.."

"Kalo begitu saya permisi."

Langkahku tertahan saat tangan hangat yang selalu kurindukan menggenggam erat pergelangan tanganku.

"Lepas!"

"Maaf El."

"Dengerin penjelasanku dulu El. Kasih aku waktu buat jelasin." Pintanya.

"Mau jelasin apaan? Buruan aku sibuk." Dustaku.

"Ikut aku kesana sebentar." Tunjuknya kebalkon yang berada diujung lorong.

Aku mengikuti langkahnya dengan malas.

"Apaan? cepet."

"Inget lagu yang pernah aku nyanyiin buat kamu?"

"Enggak tuh."
Hey kau gila? Bagaimana bisa aku melupakan lagu itu.
Aku bahkan masih mengingat setiap bait yang kau nyanyikan, yang kau buat sendiri untukku.

"Tapi aku enggak El. Aku gak bisa lupa soal kamu. Jujur aku masih sayang sama kamu..."

Degg..

Aku membenci kata-kata ini. Aku tak mengerti apa maksud perasaan ini.

Aku bingung, aku tidak mungkin masih menyukai Jb, aku gak mungkin masih mengharapkannya, ya aku rasa itu tidak mungkin.

Tapi jujur saja aku sangat merindukannya.

"Huh, omong kosong macam apa ini?  Kenapa kau meninggalkanku saat itu?" Sergahku.

"El, soal itu aku sangat menyesalinya. Aku hanya ingin  mimpiku terwujud, dan membantu orang tuaku. Aku harus kerja untuk pengobatan Ayahku, kamu bahkan tahu itu ." Jelasnya seraya menatap mataku lurus.

"Aku tau Jaebum, yang  membuatku sangat tersakiti.Kenapa kau harus pergi bersama wanita itu sih?" Suaraku mulai sengau karna menahan tangisku.

"Kamu bohong kan El?"

I Wish, I Was Forget!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang