Chapter 15

321 25 6
                                        

-
-
-
-

AUTHOR P.O.V

Hembusan angin malam ini terasa lebih dingin dari biasanya, bahkan kursi tamanpun serasa membeku karenanya. Ditambah dengan tatapan dingin Mark yang sejak tadi tak beralih sedikitpun dari wajah gadis yang duduk meringkuk di hadapannya ini.

Dan bahu yang terguncang dengan tempo tak teratur. Sebagian rambutnya menutupi wajah sembabnya. Ya, gadis itu menangis tanpa henti. Sejak pria di hadapannya ini menariknya, membawanya pergi dari ruang tunggu operasi. Dan membawanya pergi dari hadapan ibu-nya-jaebum. Yang entah mengapa, tiba-tiba memukuli gadis ini dengan handbag-nya. Meninggalkan beberapa memar di lengannya.

Sudah pukul sepuluh malam. Dan mereka masih berada di posisinya, tanpa bergerak seincipun sejak mereka sampai di taman rumah sakit ini. Hening, tak ada percakapan yang dilontarkan sejak tadi. Hanya beberapa jangkrik yang berani menyela keheningan mereka. Lagipula itu bukan salah para jangkrik malam, hanya mereka saja yang sedang sensitif dengan suara-suara. Lebih tepatnya pria tampan ini, Mark.

"Aku mau pulang..." buka Mark dengan suaranya yang serak, efek kedinginan.
"Kau tak pulang?"

Gadis itu menggeleng lemah, "Kau pulang saja dulu..."
Mark menghela nafasnya dalam-dalam, sedikit kesal sebenarnya dengan gadis ini. Namun ia tak mungkin meninggalkankannya di sini sendiri malam-malam begini. Mengingat apa yang ia katakan tadi, membuatnya merasa sedikit menyasali perkataannya.

~Flashback On~

"Mark... sakit! Lepasin!" Pinta gadis itu, saat mark menggenggam dan menarik pergelangan gadis itu keras. Mungkin akan ada berkas merah nantinya.

Mark melepaskan genggamannya pada tangan El, sesaat setelah mereka sampai di sebuah kursi taman rumah sakit.

Mark menatap tajam gadis di hadapannya ini.
"Kenapa kau bisa berada disana?"

Gadis itu tak menjawab, tak ingin membicarakan apapun saat ini. Ia terlalu khawatir pada jaebum, dan syok dengan semua yang terjadi pada jaebum.

"Jawab aku El!" Bentak Mark, membuat El mendongak terkejut menatap pria tampan ini.

"Kami bertemu tadi."

"Untuk apa kau masih menemuinya?"

"Ada yang ingin dia bicarakan. Jadi ya..." El mengangkat kedua bahunya pelan.

"Kau kan bisa saja menolak untuk bertemu dengannya. Kenapa malah menyusahkan diri sendiri sih, untuk menemuinya. Kau sadar tidak sih, dia itu akan segera bertunangan. Tidak ada lagi alasan kau menemuinya. Lagipula, pria itu terlalu sering menyakitimu El. Aku tidak habis pikir, kenapa kau masih saja ingin bicara dengan pria brengsek itu."

El menatap Mark tajam, "Lantas jika dia pernah menyakitiku, aku tak boleh lagi berteman dengannya begitu hah?"

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Kau tak perlu tau..."

"Soal pertunangannya? Atau dia mengatakan kalau dia masih mencintaimu? Dia minta kau kembali padanya?"

"Wah, kau menyeret dirimu sendiri ke dalam jurang terjal El. Jelas-jelas kau tahu Jaebum banyak diikuti wartawan, netizens dan yang lainnya akhir-akhir ini. Karna kabar pertunangannya. Bagaimana kalau mereka memergoki kalian berduaan di suatu tempat. Kau pasti akan di cap sebagai wanita perusak hubungan orang."

"Dan wanita macam mana sih. Yang masih mau menemui mantan kekasihnya. Yang meninggalkannya tanpa penjelasan selama bertahun-tahun."

"Diamlah Mark, kenapa kau tiba-tiba jadi cerewet begini. Dan lagi itu bukan urusanmu, kami hanya bicara saja."

I Wish, I Was Forget!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang