7. Empat Tokoh Gaib Rimba Persilatan

3.4K 65 0
                                    

Tapi tiba-tiba, telinganya yang tajam seperti mendengarkan suara gemuruh dari kejauhan. Tapi dia tidak tahu apa artinya. Meskipun tidak mengingat sesuatu, tetapi dalam kondisi dan keadaan refleks, biasanya tenaga dan hawa kakeknya secara otomatis bekerja.

Kali inipun, tiba2 baik Tek Hoat maupun Mei Lan melihat mata Thian Jie mencorong tajam, terutama ketika menyebutkan adanya suara gemuruh yang mereka berdua sama sekali tidak dengar. Bagaimana mungkin mereka mendengarnya? 

Karena bahkan Thian Jie yang terlatihpun tidak akan mampu mendengar suara itu bila belum terisi hawa kakeknya. Begitupun dia tidak tahu apa arti dari suara gemuruh yang sempat didengarnya, dan bila dia tahu, dia mungkin akan merasa terkejut dan takut bukan main.

"Kami tidak mendengar apa-apa koko" ujar Mei Lan, dan dia benar karena memang normalnya tidak terdengar suara apapun, apalagi suara bergemuruh seperti ucapan Thian Jie.

"Ya, akupun tidak mendengar sesuatu, apalagi yang gemuruh" tegas Tek Hoat

Thian Jie mengendur, dan sinar mencorong matanya kemudian juga menormal kembali. Dan bersamaan dengan itu, suara gemuruh yang didengarnya juga menghilang. Tetapi, firasat dan bahasa tubuhnya menjadi gelisah. Sinar mata mencorong Thian Jie itu yang sering membuat Tek Hoat dan Mei Lan menjadi sangat bergidik memandang Thain Jie dan secara tidak sengaja membuat mereka sangat kagum dan hormat terhadap anak yang mereka tolong itu. Padahal mereka tidak mengenal anak itu sedikitpun.

"Sudahlah, habiskan makanan kalian. Sebentar lagi kita harus berjalan agar tidak kemalaman di jalan" ujar Thian Jie.

Tetapi ketika mereka baru saja menyelesaikan makan mereka, tiba-tiba bukan hanya Thian Jie, tetapi Tek Hoat dan Mei Lan mendengar suara jeritan anak-anak yang sepertinya datang dari arah sungai:

"Tolong, ada anak hanyut .... tolong" beberapa anak nampak seperti sedang berteriak meminta tolong.

"Dari arah sungai, juga tiba-tiba terdengar teriakan "tolong .... tolong", teriakan minta tolong anak yang sedang hanyut. Tapi bersamaan dengan itu, gemuruh yang tadi didengar secara refleks dan tidak sengaja oleh Thian Jie, terdengar lagi.

Tapi kali ini, baik Mei Lan maupun Tek Hoat juga sudah mendengarnya. Celakanya, ketiganya tidak mengerti dan tidak sadar apa yang sedang terjadi. Sebaliknya, Mei Lan yang ringan tangan, justru menongolkan
kepalanya kearah sungai ketika mendengar teriakan minta tolong anak yang hanyut.

Tampaknya anak dari kampung yang tadinya berenang, secara tidak sengaja terseret arus sungai yang secara tiba-tiba meluap dan menghasilkan arus yang luar biasa derasnya. Tapi, suara gemuruh itu, semakin mendekat dan semakin mengerikan nampaknya, tapi ketiga anak itu, tiada seorangpun yang berpengalaman untuk menyimpulkan apa gerangan suara gemuruh yang kedengaran mengerikan itu.

"Thian Koko, Hoat Koko, ada 2 anak hanyut berpegang di sebatang pohon" jerit Mei Lan menyaksikan sebatang pohon dengan 2 orang anak berpegangan hanyut dengan arus yang semakin deras.

"Celaka, kita harus menolong mereka" desis Thian Jie khawatir. Sementara pada saat bersamaan suara gemuruh terasa semakin dekat dengan mereka, dan air sungai nampak mengalir tambah deras, bahkan dengan tiba-tiba mulai meluber ke tepiannya.

"Tapi bagaimana caranya Koko?" desis Tek Hoat

"jangan melawan, ikuti arus air, biarkan pikiran kosong, pasrah terhadap alam," tiba-tiba Thian Jie mengingat kembali kalimat yang masih terngiang dikepalanya. "Aku akan menolong mereka" Thian Jie kemudian bersiap-siap untuk meloncat ke sungai.

Tetapi pada saat bersamaan tangannya di pegang Tek Hoat yang berusaha untuk mencegahnya, justru pada saat itulah secara tidak sengaja Thian Jie mengibaskannya secara refleks, dan akibatnya Tek Hoat justru terpental kearah Mei Lan, persis dipinggir atau tepian sungai, dan tanpa ampun lagi Mei Lan justru jatuh ke sungai yang alirannya makin deras. "Byuuuurrrr" tubuh gadis cilik itupun terpental kesungai terkena tenaga dorongan dari tabrakan dengan tubuh kakaknya.

Kisah Para Naga di Pusaran BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang