72. Markas Utama Thian Liong Pang

4.4K 61 0
                                    

Menjelang sore hari, sebuah bayangan hijau berkelabat dengan sangat berhati-hati. Bayangan hijau itu nampak seperti terbang saja layaknya, dan sepertinya sedang mencari-cari sesuatu. Padahal, disekitarnya hanyalah rimba lebat belaka. Tetapi nampaknya, bayangan hijau itu mengerti benar dengan arah yang ditujunya dan karena itu, berkali-kali dia seperti mencari-cari sesuatu.

Rimba yang dimasukinya tersebut, semakin lama semakin terasa kemisteriusannya. Tetapi, keadaan seperti itu tidaklah membuat bayangan hijau itu menyurutkan niatnya. Sampai kemudian pada akhirnya bayangan hijau itu nampak menghentikan gerakannya dan sikapnya nampak sangat serius, seperti sedang berkonsentrasi. Dan beberapa saat kemudian, orang berbaju hijau itu nampak menarik nafas panjang dan kemudian berguman:

"Saudara Nenggala ....."

Nampaknya seperti hanya sekedar menggumam, tetapi sebetulnya gumaman itu adalah lontaran kekuatan terukur yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang sedang dituju. Dan benar saja, sesaat setelah gumamnya itu tiba-tiba dari arah sebelah kiri tempat berdiri bayangan hijau tersebut terdengar sebuah gerakan, gerakan halus belaka tetapi segera bisa ditangkap si orang berbaju hijau.

"Hebat Ceng Liong, engkau mampu melacak persembunyianku meski aku telah berusaha sangat keras untuk menyembunyikan jejakku" dan seorang pemuda matang nampak kemudian bergerak mendekati si bayangan hijau yang ternyata adalah Kiang Ceng Liong, Ceng-i-Koai Hiap.

"Selamat bertemu kembali Saudara Neggala, bagaimana keadaanmu"? Ceng Liong tidak menanggapi pujian Nenggala, sebaliknya justru sebagaimana biasa bersopan-santun setelah 5-6 hari keduanya berpisah.

"Baik, baik, Ceng Liong. Bagaimana dengan keadaan Kwi Cu"?

"Penyerbuan sudah dilakukan sejak pagi tadi, tetapi sebagaimana kuduga, pentolan-pentolan Thian Liong Pang tidak lagi berada disana. Jika dugaanku tidak salah, makah mereka semua telah memusatkan kekuatannya di markas utama. Itulah sebabnya aku bergegas menuju kemari guna berjaga-jaga jangan sampai sesuatu terjadi bagi Li Hwa"

"Hm, sungguh cerdik, sungguh cerdik. Mereka nampaknya mengerti bahwa mempertahankan markas Kwi Cu sudah nyaris tidak mungkin. Dan benar katamu, bahaya yang dihadapi Li Hwa nampaknya berlipat ganda" keluh Nenggala yang mengkhawatirkan Li Hwa.

"Bagaimana dengan Li Hwa dan Su Kiat? Sudahkah mereka memasuki markas utama Thian Liong Pang? Bertanya Ceng Liong

"Benar, sudah sekitar 4-5 jam sebelumnya mereka memasuki markas utama. Namun hingga sekarang belum ada tanda-tanda apapun dari mereka. Hm, apakah engkau pikir sebaiknya kitapun menyusup Ceng Liong"? Bertanya Nenggala minta kepastian, meski berusaha tenang, tetapi nada kekhawatiran tetap tak mampu disembunyikannya.

"Pesan apakah yang ditinggalkan Li Hwa sebelum mereka memasuki markas utama Thian Liong Pang itu"?

"Hati-hati dan jangan memaksa masuk jika tidak sangat mendesak. Hanya itu Ceng Liong"

"Hm, setelah 4-5 jam ...... Nampaknya kita mau tidak mau mesti menyusul saudara Nenggala. Tapi, apakah Li Hwa meninggalkan pesan bagaimana cara memasuki markas tersebut"?

"Benar, Li Hwa memberitahu kita untuk memasukinya dari arah agak ke utara rimba ini. Karena seluruh rimba ini hingga ke sungai Yang Tze telah di atur barisan penjebak dan bahkan tirai kekuatan batin yang luar biasa. Jika kita sembrono menerjang, sejak sangat awal posisi kita terlacak lawan"

"Benar saudara Nenggala, aku bisa merasakan hawa pelindung di lingkungan rimba ini. Meski bukan tidak terlawan, tetapi jejak kita sudah akan konangan terlebih dahulu jika menerobos. Sebaiknya kita mengikuti saran Li Hwa saja" jawab Ceng Liong.

"Kalau begitu, mari Ceng Liong. Li Hwa dan Su Kiat telah menunjukkan tempat paling aman bagi kita untuk menyusup. Menurut keduanya, kekuatan kita akan mampu memasuki area terlemah penjagaannya itu"

Kisah Para Naga di Pusaran BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang