61. Pendeta Sakti Jawadwipa

4.1K 62 1
                                    

Keempat orang itu tenggelam dalam lamunan dan dugaan masing-masing. Panglima Jayeng Kencana diam-diam merasa khawatir akan keadaan yang berkembang semakin mengkhawatirkan. Fakta turun tangannya adiknya yang sakti mandraguna, disatu sisi memang membuatnya senang, tetapi sekaligus membuatnya makin merasa was-was.

Semua karena dia tahu, bahwa hanya karena urusan yang sangat besar sajalah yang mampu menggugah adiknya dari aktifitas kesehariannya di pinggiran sungai Musi itu. Sementara Penasehat Raja dan Menteri Kebudayaan, tenggelam dalam kesibukan menduga-duga, seperti apa orang yang memasuki ruangan pertemuan tanpa mereka tahu itu.

Bahkan tanpa mereka tahu bagaimana cara masuknya. Mereka menebak-nebak, sehebat apa orang ini? tetapi sekaligus juga kagum melihat betapa bening matanya dan betapa lembut tatapannya. Hanya orang yang tidak memikul beban berat dalam kehidupan yang memiliki kesanggupan menampilkan wajah dan tatap mata sebening dan sesejuk itu.

Sementara dipihak lain, Nelayan Sakti Sungai Musi menunggu jawaban Penasehat Raja dan Menteri Kebudayaan terhadap pertanyaan yang memang berkaitan dengan rasa was-was dan usikan terhadap kalbunya selama beberapa waktu terakhir.

Pada akhirnya terdengar Penasehat Raja menarik nafas panjang, menyadari bahwa cukup lama dia berdiam diri dan mengamati tamu asing yang baru masuk, dan yang ternyata malah adalah adik kandung sang Panglima. Setelah menarik nafas panjang dan kemudian membetulkan posisi duduknya, Penasehat Raja berujar:

"Dari manakah saudara, eh maafkan, aku belum mengetahui nama saudara .... Jika tidak keberatan"

"Ah, apalah artinya nama"? orang-orang di pinggiran sungai memanggilku dengan nama Nelayan Aneh Sungai Musi" si Nelayan Aneh memotong dan menjawab dengan senyum dikulum.

"Hm, memang nama yang aneh. Rupanya saudara tokoh aneh yang sering dibicarakan banyak orang. Baiklah, darimanakah gerangan saudara memperoleh berita ataupun informasi rahasia mengenai kedatangan seorang pendeta Budha dari tanah Jawadwipa itu?

"Sebelum meninggal, muridku mengingatkanku bahwa seorang Pendeta Sakti dari Jawadwipa sedang dinantikan. Dan entah apa yang ingin diperbuat gerombolan itu terhadap Pendeta dari Jawadwipa tersebut. Muridku keburu menghembuskan nafasnya yang terakhir" Nelayan Aneh Sungai Musi menjawab dengan mantap tanpa keraguan sedikitpun.

Tergetar juga perasaan Penasehat Raja. Rupanya Suro Dipo yang sakti mandraguna itu adalah murid Nelayan Aneh ini. Jika demikian, Nelayan Aneh ini bukanlah orang sembarangan. Tapi, yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah fakta betapa kedatangan Pendeta dari Jawadwipa ternyata juga tercium oleh kawanan perongrong.

Akan sangat berbahaya apabila Pendeta dari Jawadwipa itu, juga ikut mengalami gangguan dari gerombolan yang memiliki maksud tidak baik itu. Dan, bukankah yang mengetahui kedatangan Pendeta itu hanya dirinya, Patih Kerajaan, Raja dan Padri Sakti dari India yang menjadi tamu Raja beberapa bulan terakhir? Bukankah runyam bila Pendeta Jawadwipa yang diperintahkan Raja Airlangga ke Bumi Sriwijaya sampai mengalami gangguan? Sangat mungkin Sriwijaya terjepit diantara kekuatan Kerajaan Cola maupun kekuatan Kerajaan di Jawadwipa.

"Semakin dipikir, menjadi semakin rumit" gumam Penasehat Raja

"Apa maksudmu gerangan?" Menteri Kebudayaan yang mengikuti percakapan dengan saksama, selain mengagumi si Nelayan Sakti, juga menjadi tersentak karena ada kabar lain yang justru dia tidak tahu dan bocor keluar entah bagaimana caranya.

"Kira-kira 2 bulan lalu, ada seorang Padri dari India yang sangat menarik hati Sang Baginda. Berhari-hari mereka mendiskusikan masalah agama Budha, termasuk melibatkan kami beberapa kali. Dan memang, kedalaman pengetahuan Padri itu sungguh luar biasa. Meskipun sangat sederhana, tetapi nampaknya dia mengenali dan menguasai perkembangan agama Budha hingga ke Tiongkok dan bahkan Jawadwipa. Bahkan konon dia pernah mengembara hingga ke Candi Borobudur di Jawadwipa, dan pernah mengunjungi Cina untuk perluasan agama Budha", sampai disini Penasehat Raja berhenti sejenak. Sebelum kemudian sambil sejenak termenung, seperti mengingat sesuatu dia akhirnya melanjutkan:

Kisah Para Naga di Pusaran BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang