20. Duel di Bu Tong

2.5K 47 0
                                    

"Hahahaha, barisan Pedang ciptaan Pek Sim Siansu memang benar-benar hebat. Kagum-kagum," celotehnya gembira, karena memang Kakek Sakti ini sungguh gemar bertarung.

Dikurasnya kemampuan langkah sakti dewa mabuk dan sesekali menggunakan jurus Tah Kauw Pang Hoat untuk menangkis dan balas menyerang.

Tetapi barisan pedang yang sangat hebat dalam bekerjasama ini menghadirkan ancaman-demi ancaman saat demi saat, dan bahkan kemudian mulai menjadi lebih sering memojokkan Ciu Sian dalam situasi sulit. 

Tapi kesulitan justru membuat pengemis sakti ini semakin bersemangat mengeluarkan kepandaiannya dan terus mencoba bertahan sampai berlama-lama.

Bahkan kembali terdengar dia terkekeh-kekeh dan berkata:

"hahahaha, mampu juga barisan ini membuatku meneguk arak keramatku ini untuk tambah tenaga dan semangat" ucap si pengemis sambil mulai nampak meneguk arak di buli-buli hijaunya.

Dan setelah itu, jurus Langkah Sakti Pengemis Mabuk mulai menjadi lebih cepat, lebih aneh dan lebih bervariasi, sementara daya tahan Tah Kauw Pang juga menjadi semakin rapat. Tetapi, itupun hanya mampu buat modal bertahan bagi si Pengemis Sakti gemar mabuk ini.

Keseimbangan pertempuran kembali terjadi, sementara Pengemis Pemabuk semakin bersemangat, karena baginya bertanding sama saja dengan berlatih. Karena itu, sesekali dia menyela seorang pendeta yang menurutnya kurang lincah atau kurang kuat menambal pengaruh Barisan Pedang itu.

Saking asyiknya, Pengemis Sakti tidak menyadari kalau Jin Sim Tojin dan Ci Hong Tojin, Ciangbunjin Bu Tong Pay sudah ikut keluar menyaksikan pertandingan yang sudah ribut sejak mulainya itu. Pertandingan yang dianggap latihan dan bersenang-senang oleh Ciu Sian Sin Kay, nampak ditonton serius sejenak oleh tokoh Bu Tong Pay, tetapi begitu mengenal siapa yang datang, mereka malah tersenyum maklum.

Maklum akan keanehan dan kebinalan Pengemis Mabuk yang memang dalam berapa pertimbanganpun sering "mabuk".

Jin Siam Tojin dan Ciangbunjin Bu Tong Pay kebetulan memang sedang membahas langkah pengamanan Bu Tong Pay setelah mengalami kecurian pedang. Apalagi bagi Jin Siam Tojin, Pedang Bunga Seruni adalah Pedang kesayangan gurunya, dan karena itu dia merasa sangat berkepentingan untuk mendapatkannya kembali.

Di tengah percakapan serius itulah tiba-tiba telinga mereka yang tajam mendengar desing-desing tajam sejumlah pedang yang dengan segera mereka sadari adalah desingan barisan pedang Tian-cik-kiam-ceng yang sedang digunakan menghalau musuh.

Tapi, tidak lama kemudian Jin Siam Tojin dan Ciangbunjin Bu Tong Pay tersenyum sendiri setelah sadar siapa yang sedang dikurung oleh barisan pedang tersebut, dan karenanya mereka kemudian bergegas keluar untuk menyaksikan pertandingan itu.

Selain itu, merekapun sekaligus menyambut tamu terhormat yang merupakan salah satu sesepuh Kay Pang yang terkenal itu. Keduanya segera geleng-geleng kepala melihat pola Pengemis Sakti yang masih belum berubah banyak sejak dulu, tetapi mereka tidak khawatir barisan itu mengalami kerugian karena melihat Ciu Sian Sin Kay tidak mempergunakan ilmu-ilmu keras untuk menghadapi barisan itu.

Selain dari merekapun yakin akan kehebatan barisan itu dalam kerjasamanya. Tapi tiba-tiba Jin Siam Tojin yang bersahabat erat dengan Ciu Sian memerintahkan:

"Barisan 7 pedang menggempur langit"

Bersamaan dengan perintah itu, barisan pedang yang sebelumnya tidak berniat menyerang tajam, tiba-tiba menggempur bagaikan gelombang dari seluruh penjuru. Akibatnya, Ciu Sian harus pontang-panting menyelamatkan diri dari serangan membadai itu.

Tetapi dengan langkah sakti pengemis mabuknya, dia masih sanggup menyelematkan dirinya, tetapi itupun dilakukan dengan sangat susah payah. Apalagi, belum tegak benar Ciu Sian Sin Kay berdiri, terjangan dari atas dan bawah sudah tiba-kembali. Mau tidak mau pemgemis sakti ini kembali berkelabat, tetapi kemanapun dia menghindar selalu sedikitnya 3 pedang menyerangnya dan 2 pedang menghalau serangan balasannya.

Kisah Para Naga di Pusaran BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang