2. Pesolek Rombeng Sakti

6.7K 87 0
                                    

"Hiyaaaa, hiyaaaa," Sang kusir mengemudikan keretanya dengan tenang dan mengatur kuda-kuda penarik agar tidak rewel. 

Keretapun berjalan teratur, getaran-getarannya memang tidak mungkin tidak terasa, tapi bagi banyak orang, terlebih pejabat Negeri, naik kereta tentu lebih bergengsi ketimbang jalan kaki. Selain tentu, memang tepat untuk memanjakan kemalasan berjalan kaki. Bahkan lebih dari itu, berkereta adalah lambang status.

Isi kereta itu, dengan mudah bisa ditebak, tentulah bukanlah orang biasa. Bukan orang kebanyakan. Tentu tidak. Isinya adalah salah seorang adik Kaisar, yang dikenal dengan nama Pangeran Liang Tek Hong. Seorang adik tiri.

Pangeran ini sungguh sangat terkenal dengan reputasi berbeda di kalangan berbeda. Pangeran Liang bertingkah sebaliknya dengan Kaisar yang adalah Kakak tirinya, berlainan ibu sebagai turunan Kaisar sebelumnya. Kaisar yang sekarang, Kaisar Liang Tai Po, adalah kaisar yang lemah, hobynya bersenang-senang dan jatuh di bawah pengaruh para kaum kebiri (thaikam) yang pandai menyediakan wanita dan pandai bermulut manis.

Kekuasaan tertinggi memang masih di tangan Kaisar, tetapi kemudinya sudah benar-benar di tangan Perdana Menteri Kerajaan yang dengan mulut manisnya mampu mengatur kebijakan Kerajaan. Bahkan Pangeran Liang Tek Hongpun sampai tidak mampu menyainginya.

Dan di mata Perdana Menteri ini, Pangeran Liang sungguh sangat menyebalkan, dianggap sebagai ancaman, dan hanya karena Pangeran Liang adalah adik Kaisar maka Sang Perdana Menteri masih menaruh segan.

Pangeran ini, berbeda dengan bangsawan pada umumnya, tidak menarik garis yang jauh dengan masyarakatnya. Dia disenangi dan disegani baik oleh para patriot yang mulai berani menentang Raja yang malas, dan korupsi para thaikam. Juga dia disegani banyak pejabat karena tegas dan selalu berpegang pada prinsip pemerintahan yang baik. Tentunya para pejabat yang masih mempergunakan nurani dan liangsimnya.

Karena itu, jika Pangeran Liang dianggap berbahaya oleh para Thaikam dan oleh Perdana Menteri Kerajaan, disisi lain ia sangat disegani para patriot dan terlebih rakyat yang mengenalnya. Bahkan, pergaulannya dengan kaum kelana dan kaum dunia persilatan sungguhlah akrab.

Tidak jarang di waktu malam dia bercakap-cakap dengan salah seorang atau beberapa tokoh kang-ow sekaligus yang senang datang mengunjunginya. Dia juga tidak segan menyapa rakyatnya dan bahkan menolong mereka yang ditemuinya dalam kesulitan. Karena kedekatannya dengan rakyat serta hubungannya dengan kaisar itulah yang membuat para thaikam takut mengganggunya.

Pangeran Liang mempunyai empat orang anak, anak pertama seorang anak laki-laki berusia hampir 11 tahun bernama Liang Tek Hu. Anak yang kedua juga anak laki-laki bernama Liang Tek Hoat berusia hamper 8 tahun, sementara anak ketiga dan keempat adalah wanita, masing-masing berusia 7 dan 2 tahun bernama Liang Mei Lan dan Liang Mei Lin.

Jika Tek Hu mirip ibunya yang halus dan pendiam serta berwibawa, sebaliknya Tek Hoat seperti ayahnya, ramah, mudah bergaul, mudah beradaptasi dan supel. Pembawaannya selalu riang dan memberi pengaruh kepada orang-orang yang berada disekitarnya.

Sementara anak perempuan sang Pangeran, Mei Lan cenderung galak, tetapi sangat mudah tersentuh dan mengasihi orang yang menderita. Mei Lan sejak kecil, meski berbeda usia hanya setahun dengtan kakak keduanya Tek Hoat, sangat erat dan lebih dekat dengan kakak keduanya itu dibandingkan kakak sulungnya.

Sementara Mei Lin masih belum ketahuan tabiatnya. Ketiga anak Pangeran ini, sudah sejak kecil diajari sastra dan baca tulis, dan di bidang ini Tek Hu sangat menonjol melebihi kedua adiknya, tetapi untuk dasar dan gerak silat yang dipercayakan kepada seorang guru silat sewaan di kota raja Hang Chouw, justru Tek Hoat dan Mei Lan yang nampak sangat antusias dan sudah jelas jauh lebih berbakat. Bahkan beberapa tokoh silat pernah mengutarakan hal ini kepada sang Pangeran.

Kisah Para Naga di Pusaran BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang