First

3.7K 124 11
                                    

ternyata tanpamu langit masih biru, ternyata tanpamu bunga pun tak layu, ternyata dunia tak berhenti berputar walau kau bukan milikku?

Begitulah yang di pikirkan oleh Arbani saat terbangun dari tidurnya dan memandang langit dari luar jendela besar kamarnya.

Ia menghela nafas panjang dan menutup kembali jendelanya dengan Korden dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri lalu berangkat ke kampus.

Seperti biasa, ia adalah mahasiswa yang teladan tingkat 5 jurusan Fhotografi yang anti dengan yang namanya terlambat.

"Kak Bani!" Teriak seorang wanita di depan gerbang kampus.

Arbani memutar bola matanya

"Kenapa?" Tanya Arbani cuek setelah menatap wanita itu.

"Hem, kak Bani di cariin sama dekan," jawab Wanita itu setelah beberapa detik menatap wajah Arbani.

"Ohh." Ucap Arbani singkat lalu meninggalkan wanita itu.

"Yaa ampun, Bani, sumpah yah, gue mimpi ape semalem bisa ngomong sama lo, meskipun hanya beberapa kata," ucap Wanita itu setelah kepergian Arbani.

"Woy Cel! Ngapain lo di sini?" Tanya Dila dari belakang.

Chelia adalah mahasiswa tingkat 3, Jurusan Ekonomi, dia adalah salah satu pengagum Arbani, dan Dila? Sahabat Chelia yang selalu menyadarkan Chelia dari tidur panjangnya, jelas saja, ia selalu berhayal bisa mendapatkan Arbani.

"Kenapa lo?" Tanya Rizky setelah melihat Arbani dari kejauhan.

"Gue buru-buru nih, di cariin katanya sama Dekan," jawab Arbani masih berjalan.

Setelah dari kantor Dekan, tatapan Arbani tertujuh pada lapangan basket yang berada di hadapannya saat ini.

Jelas saja, karena baginya hanya ada 2 hal yang bisa membuat dirinya tenang setelah kepergian Alysa.
Bahkan saat bermain basketpun terkadang ia masih mengingat masa-masa indah bersama Alysa.

"Perpisahan itu sebuah fase biasa, sakit dan perih hanya sementara... Don't worry be happy !" Ucap Arbani lalu memasukkan bola ke dalam ring.

"Ternyata lo di sini, gue cariin juga," sahut Rizky dari belakang Arbani.

"Perasaan dari tadi, gue di cariin mulu," ucap Arbani setelah menoleh.

"Berasa artis banget sih lo!" Teriak Rizky lalu menghampiri Arbani.

Arbani hanya menyengir memperlihatkan sederet giginya yang putih.

"Ban, minggu depan sepupu gue balik nih dari Korea selatan gitu, lo... " ucap Rizky terpotong.

"Gak bisa gue," sahut Arbani.

"Lo nih, kagak bisa banget di ajak ngomongnya," protes Rizky.

"Sibuk gue."

"Lo mau sampai kapan sih kek gini terus Ban? Ini tuh udah setahun setelah kepergian Alysa, harusnya lo bisa Move on."

"Ngomong emang gampang, tapi gak semuda membalikkan telapak tangan, untuk saat ini gue bisa ngomong kalau gue udah Move on, tapi hati gue? Masih berharap Alysa kembali Ky."

Arbani meraih tasnya lalu meninggalkan Rizky di tengah lapangan.

Di setiap langkah Arbani pun, ia masih tetap memikirkan Alysa, bayangkan saja, sebesar apa rasa cinta Arbani untuk Alysa.

Arbani merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu menutup matanya.

Niatnya untuk beristirahat sejenak sepertinya gagal karena di dalam kegelapan pun ia masih melihat wajah Alysa.

Sepotong Hati Yang BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang