I think this is real

719 69 8
                                    

Rizky beranjak dari kasurnya, mendekati meja belajar yang berada tepat di depannya itu, sejenak ia terdiam dan mulai menggerakkan tangannya membuka laci yang berada bagian bawah mejanya. Saat lacinya terbuka, ia melihat sebuah kotak kecil berwarna hitam, ia menundukkan kepalanya, menutup kembali laci itu, dan segera berdiri lalu membelakangi meja. Sesekali ia membalikkan kembali kepalanya menatap lacinya
Entah yang salah dengan kotak hitam itu.
Ia berjalan menuju pintu kamar lalu keluar.

"Lo kenapa kak? Kek orang galau gitu?" Ujar Zulfa setiba di hadapan Rizky sambil memandangi wajah Rizky dengan lekat-lekat
Rizky memalingkan wajahnya dari hadapan Zulfa dan masuk kembali ke dalam kamarnya.
Zulfa mengerutkan keningnya, sambil berfikir, apa yang terjadi dengan Rizky.

Di dalam kamar, Zulfa masih berfikir tentang apa yang di rasakannya tadi.
Ia tidak pernah melihat wajah Rizky seperti itu jika bukan tentang Mikha.

"Yah, Mikha, tapi bagaimana bisa? Sedangkan Mikha sudah lama menghilang," ucap Zulfa sambil memetik jarinya, lalu menyimpan jari telunjuknya di dagu dengan bola mata yang sedang berfikir.

Zulfa menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, merasa lelah, tanpa mengganti pakaiannya ia menutup matanya dan tertidur.

***

dalam heningnya malam ku berharap suaramu memecahkan kerinduan ini, adakah waktu untuk kita bertemu lagi.

Itu yang di pikirkan oleh Arbani, saat ia sadar dengan ucapannya, ia segera menggeleng kepalanya.

"Tidak, tidak, tidak, gue gak mau ketemu lagi sama lo," ucap Arbani sambil memegang kepalanya.

Mulut emang bisa berbohong, tapi perasaan itu paling susah dibohongin ataupun dilawan.

Arbani merasa bimbang, ia segera menarik selimut yang berada di kakinya dan membaringkan tubuhnya segera.

Ke esokan harinya, saat Syifa sedang merapikan rumahnya, ia menemukan sebuah catatan kecil.

"Ini punya siapa?" Ucap Syifa lalu meraih buku itu dan mencoba buka untuk mengetahui siapa pemiliknya.

"Zulfa?" Ujar Syifa yang masih memegang bukunya.

Syifa mencoba untuk menghubungi Zulfa tapi tidak berhasil.
Syifa mencoba untuk duduk dan meminum air putih yang berada di atas meja.
Syifa berfikir untuk mengembalikan bukunya, tapi yang ia tahu cuman rumahnya saja, Syifa membuka kembali bukunya, jari telunjuknya terhenti di sebuah tulisan Universitas.

"Kok Zulfa gak pernah ngomong sih sama aku kalau dia kuliah di sana?"

Sementara itu Zulfa mengubek-ubek tasnya, untuk mencari buku kecil yang berwarna pink itu.

"Bukunya mana sih?" Ujar Zulfa beralih ke meja belajar

"Zulfa!" Ketuk Rizky.

"Iya kak?" Teriak Zulfa dari dalam kamar.

"Lo mau kekampus bareng gue gak?"

"Tunggu ya kak, gue lagi nyari buku gue nih."

"Ya udah, gue tunggu di bawah ya, jangan lama, soalnya gue juga ada urusan."

"Iya bawel," ucap Zulfa lalu membuka pintu kamarnya dan berada tepat di hadapan Rizky.

Mereka berjalan bersama menuruni anak tangga dan menaikki mobil yang terparkir di halaman rumah.

                                ***

"Bani!" Teriak Shinta dari balik pohon yang berada di belakang gedung C, Arbani menolehkan kepalanya sambil mencari, siapa yang memanggilnya.

Sepotong Hati Yang BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang