Arbani Side.
Sore ini aku terdiam sambil memandang Senja dari kejauhan sana, aku menghela nafas kasarku, sekali lagi, aku mengingat kembali masa laluku, dimana wanita yang benar-benar mencampakkanku.
aku hampir saja lupa dengannya, tapi pertemuanku kembali dengannya waktu itu, membuatku kembali mengingat semua tentangnya, 1 tahun aku berusaha melupakanmu dan sekarang, hanya 1 menit kau berhasil membuatku mengingatmu lagi. rasanya semuanya percuma saja, 1 tahun itu sekarang gak ada artinya."sayang, kamu udah makan belum?" tegur mamaku sambil memegang bahuku, yang berhasil membuat lamunanku terhenti.
"ehh Mama, udah pulang Ma ?" tanyaku setelah menolehkan wajahku ke arahnya.
"iya sayang, baru aja Mama tiba, yuk turun, bibi Ijah udah masak nih, makanan kesukaan kamu," ujarnya lalu ikut duduk di sampingku.
"Mama duluan aja, 5 menit lagi Bani turun," ucapku.
"Bani! Bani! Bani! Main Yuk!" teriak Rizky dari luar rumahku.
aku menyipitkan mataku setelah mendapati subjek di depan pagar rumahku, Oh ternyata itu Rizky.
hah? Rizky? jam seperti ini? ahh sepertinya aku mulai tidak bisa mengenali orang lagi, bagaimana bisa aku mengira di depan rumahku itu adalah Rizky? sedangkan ia tidak pernah punya waktu jika sore seperti ini."woy, pea, ngapain lo cuman ngeliatin gue? buka nih pagar rumah lo, capek gue!" teriak Rizky masih di depan pagar rumahku.
benar! ternyata itu Rizky, aku beranjak dari tempat dudukku lalu menghampirinya.
"tumben lo kerumah gue?" tanyaku setelah membukakannya pagar.
"Emang gak boleh?"
"Etdah, kan biasanya lo lagi sibuk kalau sore kek gini, sibuk nyiapin diri buat kencan bentar malam," ucapku semakin menyipitkan mataku padanya.
"biasa aja dong ngeliatinnya, nanti lo naksir lagi sama gue," ujarnya sambil merapikan bajunya.
"uueeekk, mau muntah gue, amit-amit gue naksir sama lo," jawabku lalu terkekeh.
"Ban! Jalan yuk, bosen nih gue," ajaknya kemudian.
"kok lo ngajakin gue sih? emang cewek-cewek lo kemana?"
"cewek apaan? sejak kapan gue punya cewek?"
"Ohiya yak, lupa, kan lo cuman phpin mereka," ledekku.
🍃🍃🍃
Ting tong, ting tong, ting tong.
Bunyi bel rumah.seorang wanita paru baya berjalan menuju pintu rumah, terlihat seorang wanita cantik dari balik pintu rumahnya, rambut yang panjang berwarna hitam, kulit yang putih, hidung yang mancung.
"Zulfa! kamu kok gak ngasih tau tante kalau kamu udah nyampe di Indonesia," sahut wanita paru baya itu.
"Maaf tante, soalnya mendadak juga nih penerbangannya."
"loh, itu baju kamu kenapa? kok basah gitu?" tanyanya.
"Ohh, ini tante, tadi ada orang yang naik motor, terus kenapa baju Zulfa deh," ujarnya.
"Ya udah yuk, masuk gih, pasti kamu laper kan?"
"Wah tante tau aja hihi."
mereka berdua masuk ke dalam, dengan membawa kopernya.
"kamu ganti baju dulu gih, kamar kamu di sana yah."
"Iya tante," Zulfa masuk ke dalam kamar yang telah di sediakan untuknya.
🍃🍃🍃
setiba kami di Cafe, Aku dan Rizky memilih duduk di meja nomor 11, karena cuman meja itu yang dapat melihat pusaran air mancur yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Hati Yang Baru
Roman d'amourKita hanya punya sepotong hati, bukan ? Satu-satunya. Lantas bagaimana kalau hati itu terluka ? Disakiti justru oleh orang yang kita cinta ? Aduh, apakah kita bisa mengobatinya ? Apakah luka itu bisa pulih tanpa bekas ? Atau jangan-jangan, kita haru...