Setiba Rizky di rumah Arbani, ia langsung mengambil posisi di hadapan Arbani, karena ketidak sabarannya.
"Lo mau ngomong apaan?" Tanya Arbani sambil memakan cemilan di toples miliknya.
"Gue ketemu sama cewek," ucap Rizky membuat Arbani tertawa terbahak-bahak.
"Lo ngapa ketawa sih?" Tanya Rizky.
"Woy, emang lo gak pernah ketemu sama cewek? Baru kali ini lo ngomong," jawab Arbani yang masih tidak berhenti menahan tawanya.
"Elah, bukan gitu kali Ban, nih gue ceritain, makanya dengerin dulu," protes Rizky.
"Iyaa deh, iya, gue dengerin kok," ucap Arbani yang masih terkekeh
Rizky mulai menceritakan kejadian tadi siang, yang bermula dari ban mobilnya kempes, hingga akhirnya bertemu dengan wanita itu.
"Jadi Inti dari cerita lo itu cewek?" Celetuh Arbani yang sudah bisa menebak dari akhir cerita Rizky.
"Yah gak juga sih, eh tapi gini deh, kok gue jadi penasaran ya?" Ucap Rizky sambil berhayal.
"Lah, lo kan emang awalnya gitu, penasaran, di deketin, di ajak jalan, habis itu udah tinggalin," ujar Arbani yang tidak di hiraukan oleh Rizky.
"Yaelah, ini anak, gue ngomong juga kagak di dengerin," lanjut Arbani mentoyor belakang kepala Rizky.
"Aduuuhh, lo apa-apaan sih, sakit tau," protes Rizky sambil mengusap-usap belakang kepalanya.
"Udah ah, gue mau belajar, pulang gih lo sonoh," Arbani beranjak dari duduknya lalu menarik lengan Rizky.
"Jadi lo ngusir gue? Kejam banget sih lo jadi sahabat," protes Rizky yg sudah di depan pintu, Arbani masih mendorong lengan Rizky untuk keluar dari rumahnya.
Rizky berjalan meninggalkan rumah Arbani dan masih memikirkan wanita itu.
"Woy, pulang-pulang bukannya kasih salam, ini malah main nyelonong aja," celoteh Zulfa yang berdiri di atas tangga.
"Iyee, lupaa gue, ya udah, gue ulang nih! Assalamu'alaikum," ujar Rizky.
"Nah gitu dong."
***
Bunyi rintik hujan di luar sana membuatku menyadari akan sesuatu, aku mulai bangkit dari kursi belajarku dan menatap hujan dari dalam kamar.
Bayangmu datang begitu saja seperti hujan, mengusik detik-detik ketenangan hati saat aku mulai terbiasa dalam kesendirian.
"Ban!" Suara ketukan pintu kamar Arbani dan di sertai sebutan namanya.
Arbani lekas menutup korden kamarnya dan bergegas membuka pintu kamarnya.
"Iya Ma ? Ada apa ?" Tanyaku setelah di hadapan Mama.
"Besok rencananya mau ke singapore buat nemenin Papa kamu tugas keluar kota, kamu ngak apa-apa di tinggal sendiri?"
"Ohh, gak apa-apa kok Ma, lagian juga Bani gak sendiri kok, kan ada Bibi di bawah."
"Kalau kamu bosan di rumah, sesekali kamu jalan keluar yaa, biar gak stres."
"Iya Ma, ya udah, mama packing gih sana."
Setelah kepergian Mama, aku masih memandangi jendela kamarku.
Mungkin kalian bisa mengira kalau aku lemah dan seperti wanita yang galau jika di tinggal kekasihnya. Tapi asal kalian tahu, seorang Pria pun bisa seperti ini jika ditinggalkan dengan wanita yang benar-benar ia cintai, bahkan ia sudah memberikan seluruh hatinya untuk wanita itu, jika tau akan seperti ini, mungkin hati ini hanya akan di bagi 35% saja, buat jaga-jaga.
Tapi mungkin semua ini sudah di atur dengan yang maha kuasa. Kita hanya bisa menerima dan bertawaqal.***
"Fa, kapan lo mulai kuliah di kampus gue?" Tanya Rizky di depan Tv.
"Minggu depan kak, ini juga masih nyiapin persiapan buat ikut MOS nanti," jawab Zulfa sambil memakan kacang rebus.
"Nanti di sana kalau ada yang berani ngapa-ngapain lo, langsung aja lo laporin kek gue atau sebut aja nama gue."
"Etdah-_- kagak usah kali kak, gue bukan anak kecil lagi yang di jagain, gue juga bisa kali jaga diri sendiri."
"Iyee deeh, gue tau, adek sepupu gue yang satu ini emang udah gede," ujar Rizky sambil mencubit kedua pipi Zulfa.
"Aww, sakit kali kak," protes Zulfa dengan mengelua kedua pipinya yang habis di cubit gemes oleh Rizky.
"Terus persiapan lo gimana ? Udah lengkap?" Tanya Rizky lagi.
"Belum sih kak, masih ada beberapa yang belum gue beli."
"Gimana kalau besok gue temenin lo?"
"Hem, gimana yak, gak usah deehh kak, gue bisa kok, kan tadi gue udah bilang kalo gue bukan anak kecil lagi."
"Songong yee ini anak, awas aja kalo ketemu gue di kampus, bakal gue kerjain lo," celoteh Rizky yang beralih memandang siaran Televisi.
Beep! Notif ponsel Rizky.
Dimana lo? Gue butuh temen nih.
From: ArbaniYsz.
Rizky mengerutkan keningnya beberapa saat lalu beranjak dari duduknya meninggalkan Zulfa yang masih duduk di ruang keluarga.
"Ini anak kemana sih? Kok gak ngebales sms gue yak? Apa mungkin lagi jalan sama cewek?" Tanya Arbani sendiri dengan memandangi layar ponselnya.
"Kalo dalam 10menit, Rizky belum ngebalas Sms dari gue, liatin aja besok," lanjut Arbani lalu menarik selimut di atas tempat tidurnya.
"Bani! Bani! Bani!" Teriak Rizky dari depan rumah Arbani.
Arbani berjalan keluar dan membuka kan pintu untuk Rizky.
"Lo yee gak berubah-berubah, balas kek Sms gue, biar gue gak nungguin," celoteh Arbani.
"Duh, sewot bangeet sih, sekarang kan gue udah ada di rumah lo nih, kenapa? Galau lagi?"
"Kurang asem yee lo Ky, serius nih gue, di rumah gak ada bokap nyokap gue, lo temenin gue ya malam ini?" Pinta Arbani.
"Apa sih yang gak buat sahabat gue," sambil merangkul bahu Arbani.
"Terharu gue Ky."
"Lebay, gak usah sok dramatis gitu juga kali."
***
"Udah bangun Fa?" Sapa bunda Rizky.
"Iya dong tante, Zulfa kan hari ini pengen lanjut nyari perlengkapan," jawab Zulfa lalu berjalan mendekati Bunda Rizky.
"Kamu sama siapa perginya ?"
"Sendiri aja sih tan, kenapa tante ?"
"Kok sendiri? Gak mau ditemenim sama Iky?"
"Gak usah tante, Zulfa maunya sendiri kok, lagian juga habis ini Zulfa gak langsung balik."
"Ohh gitu, tapi Rizky mana ya? Kok gak keliatan?"
"Lah, emang kak Rizky gak ngomong ya tan?"
"gak, emang Rizky kemana?"
"Nginep di rumah sahabatnya, gak tau namanya siapa, lupa juga nanya."
"Ohh, paling kerumah Ar.," belum sempat Bunda Rizky melanjutkan ucapannya, bel rumah berbunyi dan membuat mereka yang berada di atas meja makan memalingkan wajahnya, menatap dari balik pintu.
"Ehh kamu, udah balik sayang?" Sapa Bunda Rizky setelah melihat Rizky.
"Iya Bun."
Pagi ini mereka mengabiskan sarapan di atas meja, begitupun dengan Arbani, meskipun ia tidak ditemani oleh kedua orang tuanya, sialnya juga karena Arbani adalah anak tunggal, tidak memiliki siapa-siapa di rumah jika sedang seperti saat ini.
Bersambung. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Hati Yang Baru
RomanceKita hanya punya sepotong hati, bukan ? Satu-satunya. Lantas bagaimana kalau hati itu terluka ? Disakiti justru oleh orang yang kita cinta ? Aduh, apakah kita bisa mengobatinya ? Apakah luka itu bisa pulih tanpa bekas ? Atau jangan-jangan, kita haru...