15

5.1K 977 101
                                    

Turning table.

Gue mulai merasaan anomali nggak berdasar setelah kejadian kemarin. Dengan ponsel di genggaman yang layarnya menampilkan komentar Kak Jeka di foto gue, rasa kesal kembali memenuhi diri gue yang sejatinya nggak gue inginkan sama sekali.

Aneh, pun lucu saat banyak faktor yang membuat gue semakin merasa kesal. Gue pikir nggak ada alasan untuk gue nggak merasa kesal di saat rombongan Kak Jeka memborbardir kolom komentar foto gue dengan godaan-godaan seperti itu. Gombalㅡketengilan Kak Jeka yang sudah satu bulan ini gue alami sendiri. Tapi dengan mudahnya cuma karena satu komentar dari Kak Ray tentang 'urusin noh degem lo yang lain' rasa kesal langsung mengerubungi gue.

Ternyata bukan cuma gue adalah pemikiran yang datang mengusik gue setelahnya.

Gue cuma bersikap jujur. Siapa, sih, yang nggak baper setiap chattingan atau bertemu selalu dipuji penampilannya, diberi semangat, diajak makan bareng, dan diantar pulang oleh kakak tingkat sekaliber Jeka Alvaro?

Mengesampingkan bagaimana imej gue di mata anak-anak kampus, siapa yang nggak senang saat ada cowok yang mengunggah foto gue di akun Instagram dia dan memperlakukan gue seolah kami berada di suatu tahap hubungan?

Let me say thisㅡI'm jealous for I'm not the only one he paid attention to.

Sampah banget memang kenapa gue malah jadi seperti sekarang. Ditambah Kak Jeka nggak ada chat gue sama sekali seperti biasa. Padahal gue pikir dia akan mengirim chat setelah membaca balasan komentar gue yang terdengar jutek. Ternyata seperti ini rasanya diberi harapan dan berekspektasi lebih. Biasanya dulu waktu SMA gue cuma menjadi pengamat Bule Topoki yang mengalami hal sama seperti ini.

Kenyataan di mana Kak Jeka nggak menghubungi, membujuk, atau sekadar bertanya keadaan gueㅡmengingat sifat kefrontalan dia yang biasaㅡmembuat gue sadar, oh sepertinya gue memang satu dari sekian tokoh figuran doang.

Jauh banget gue mikirnya, ya ampun. Sadar, Ri! Get your common sense back.

Ting.

Pesan dari sipit.

LINE
Egi Kanyara H

Egi Kanyara H
Ri, lo ga ngampus?

Egi Kanyara H
Udah mau jam 7 lewat
Lo masih tidur?

***

Gue lagi nggak ada niat mau membalas pesan, tapi Egi tiba-tiba menelepon gue.

"Iya, Gi."

"Lo nggak masuk? Mark bilang lo belum ada di kelas. Jangan bolos."

"Gue lagi nggak mood ke kampus."

"Lo sakit?"

Gue tersenyum tipis mendengar nada bicara Egi menjadi lebih lembut. "Nggak, kok. Mau pakai jatah bolos doang."

"Duh, cel, kalau sakit bilang ya entar gue sempetin beliin obat kalau jam kosong."

"Iya iya. Makasih, Egi-ku sayang." Gue lagi-lagi tersenyum.

"Mau gue titipin absen hadir sama Mark? Biar dia yang tanda tangan kehadiran lo."

"Nggak lah, dosa!"

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang