19

4.3K 887 213
                                    

Berkat kehadiran Bang Vi kemarin, suasana hati gue hari ini benar-benar bagus. Jarang-jarang Abang bisa buat gue seperti ini.

Melalui Bluetooth speaker, lagu Walking on Sunshine dari Katrina & The Waves dimainkan. Setelah mandi, masih diiringi lagu yang sama, gue berjoget-joget di depan cermin sambil menyisir rambut. Berasa gue jadi tokoh di dalam serial Gossip Girls, Glee, dan semacamnya. Bahkan gue ikut bernyanyi dengan memakai sisir sebagai mikrofon.

Lollipop... Lollipop... Oh lolli lolli lolli...

Deringan ponsel membuat gue berhenti. Setelah meletakkan sisir ke meja rias, gue mengangkat panggilan. Nggak ada yang akan menelepon gue di pagi seperti ini selain Kak Jeka.

Sudah kebiasaannya menelepon gue untuk bertanya, "Yeriana, hari ini gue jemput, ya?" Tanpa basa-basi. Hati gue sudah kuat, kok. Meski kalau dia bicara dengan kalimat tersusun seperti itu, kerap membuat gue tersenyum nggak karuan.

"Kalau Kakak ada kelas pagi juga, ya nggak apa-apa," balas gue sambil membuka lemari untuk memilih baju.

Gelak renyah Kak Jeka terdengar di ujung telepon. "Kan udah pernah gue bilang, buat lo mah apa yang enggak. Mau gue kelas siang juga, kalau cuma nganterin lo ke gerbang kampus, gue jabanin."

Seharusnya gue itu biasa aja menanggapinya, mengingat teman-teman cowok gueㅡmerangkap supir dadakanㅡseperti Vernon, Mark, dan Dodoy kerap berkata demikian. Gue sudah berulang kali menekankan ke diri sendiri kalau interaksi ini cuma basa-basi normal ke teman. Namun, gue nggak bisa berbohong karena nyatanya gue akan selalu dibuat diam setiap Kak Jekaㅡwellㅡperhatian seperti itu.

"Yeriana? Ri, gue ngomong ini. Lo kelas jam delapan, 'kan? Gue siap menjemput adik tingkat kesayangan ini kalau lo juga siap."

"Eh, iya, Kak. Jemput aja." Gue membalas lirih selagi menggantung kembali kemeja yang gue keluarkan dari lemari.

Kalimat Kak Jeka barusan itu candaan di antara teman-temannya. Seperti Ko Hao, Kak Deka, Kak Bamantara, dan lainnya (gue cuma tahu nama tiga orang, kebetulan mereka kating di UKM Band).

Rombongan Kak Jeka kerap usil memanggil gue 'adik tingkat kesayangan Jeka' karena sering melihat gue dan Kak Jeka bareng. Awalnya mereka menggoda gue dengan sebutan degem, tapi Kak Jeka dengan bercanda bilang kalau gue nggak suka dipanggil degemnya Jeka.

He was just being playful as usual, unquestionably. There's no feeling involved. Gue nggak baper, serius. Atau seenggaknya, gue masih bisa menahan diri untuk nggak benar-benar terlena.

"Kenapa kalem banget hari ini?" Suara Kak Jeka kembali terdengar. Gue mengerjap, sadar kalau panggilannya belum terputus.

Gue tertawa kecil untuk menghilangkan kekakuan. Yeriana memang jadi sampah kalau sudah dipepet Kak Jeka.

"Kalem apanya? Sotoy. Udah, ya. Gue mau siap-siap."

"Sip! Gue jalan ke sana. Gue tunggu di depan kayak biasa."

Panggilan terputus. Gue buru-buru menggelengkan kepala supaya sadar masih menginjak bumi. Lekas bersiap-siap, memakai vitamin rambut, sedikit touch up, ambil tas, diktat, jurnal, alat tulis, dompet, satu kotak Ultraㅡ

"Yah, elah. Pakai habis segala."

Kardus di bawah meja belajar gue yang berisi stok susu sudah kosong. Segera gue membuka kulkas di dapur, juga kosong. Gue menghela napas dan memeriksa jam tangan. Sarapan pagi terpaksa gue lewatkan. Gue bukan tipe yang suka sarapan berat, dan semenjak kuliah, paling cuma minum satu kotak susu stroberi untuk mengisi perut.

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang