16

5K 949 116
                                    

Semesta nggak berpihak ke gue hari ini. Nggak tanggung-tanggung, setelah dibuat galau pagi-pagi, sekarang gue dihadapkan langsung dengan biangnya. Ditambah Kak Wendy nggak membantu sama sekali. Sejak tadi gue berusaha supaya Kak Wendy menatap gue yang sedang melempar sinyal. Tapi boro-boro ditatap, Kak Wendy malah menarik kursi dan duduk di samping gue. Kak Jeka pun sama, duduk persis di samping Kak Jimi setelah tadi menarik kursi dari meja sebelah.

"Jadi, Bang," celetuk Kak Jeka yang membuat gue otomatis mengerutkan kening penuh waspada. "Lo bisa ulangin yang tadi? Hehe."

Rasanya kaki gue seperti dicelupkan ke dalam baskom berisi es batu setelah mendengar Kak Jeka bertanya. Gue praktis menatap Kak Suga dengan maksud supaya dia menangkap sinyal permohonan dari gue. Kak Wendy malah asik mengobrol dengan Kak Jimi, seolah nggak berdosa sudah membawa Kak Jeka ke sini.

Kak Wendy ketemu dia di mana, sih, sampai bisa bareng?

Kak Suga belum kunjung menjawab. Tentu ini membuat gue memiliki kesempatan untuk mencari cara mengalihkan pembicaraan. Langsung aja gue tersenyum kecil saat menangkap kalau diamnya Kak Suga memiliki arti lainㅡkehadiran Kak Wendy.

"Oh, iya. Kak Wendy kenal Kak Suga, ya? Soalnya tadi kita sempet cerita sama Kak Jimi. Kok bisa, Kak?" Gue tersenyum dengan sangat manis menatap Kak Suga. Perhatian pun teralihkan menjadi ke gue. Hehe, mampus lo, Busung! Siapa suruh main acara skor satu sama - skor satu sama dengan gue.

Menunggu Kak Suga merespon gugup, Kak Wendy sudah lebih dulu membuka suara. "Kita satu prodi."

"Ha? Kak Suga anak Farmasi?" Gue refleks memukul meja dan memajukan tubuh ke depan. Serius? Gue mendadak merinding sendiri mendengar seorang Suga, si ketua UKM Band yang otoriter dengan aura gelap selalu mengelilinginya ini anak Farmasi.

"Kenapa kaget, Ri? Jangan salah, gini-gini Bang Suga teh boga sipat feminin," pungkas Kak Jimi disusul kekehan kecil dari Kak Wendy.

Mungkin karena dibuat malu, Kak Suga menoyor kepala Kak Jimi. "Maksud lo sifat feminin apaan?"

Gue jadi ikut tertawa, sekilas melirik Kak Jeka yang sejak tadi cuma diam sambil memutar-mutar ponselnya di atas meja, seperti nggak berhasrat untuk masuk ke dalam obrolan. Lagi pula gue juga malas terlibat satu percakapan dengan dia. Apa gue terdengar kekanakan? Biarin.

"Eh, maksudnya bukan sisi feminim, tapi care gitu. Kunaon nya isitlahna," Kak Jimi menggaruk-garuk kepalanya. "Kan anak Farmasi banyak cewek, jadi Bang Suga udah biasa ngertiin cewek dalam konteks manly, bukan ngondek. Bang Suga luaran weh jutek. Dalemnya? Beeh, oke kok!" Kak Jimi mengakhiri penjelasannya dengan mengedipkan mata ke Kak Wendy.

Gue kembali tertawa dan dibuat semangat menjahili, apalagi wajah Kak Suga menjadi semakin merah. "Dalemnya Kak Suga apanya yang oke, Kak?"

"Yeriana masih kecil, belum boleh tahu yang gituan." Kak Jimi menaik-turunkan alisnya. Gue mendadak kikuk karena sadar arah pembicaraannya. Pantasan aja si Egi menghindari Kak Jimi, ternyata anaknya memang rada-rada.

"Omongan lo." Kak Suga kembali menoyor kepala Kak Jimi, mungkin sudah menjadi rukun wajib setiap Kak Jimi selesai membicarakan Kak Suga. Gue dan Kak Wendy dibuat tertawa lagi dengan interaksi mereka berdua. Terlihat keakraban mereka meski Kak Jimi selalu ditindas. Gue suka lihatnya. Menghibur.

"Berarti Kak Wendy sama Kak Suga dekat, dong?" Gue iseng lagi untuk menggoda mereka. Sekalian balas dendam dan membantu Kak Suga dalam satu waktu. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Kalau acara comblang-mencomblang ini sukses, 'kan, gue bisa pajakin Kak Suga.

Kak Wendy berhenti tertawa. Gelagatnya biasa aja, nggak seperti Kak Suga yang salah tingkah. "Dibilang dekat, sih, enggak. Dibilang jauh juga enggak."

Seolah satu pemikiran, gue dan Kak Jimi kompak saling bertatapan sebelum kami berdua menyemburkan tawa dalam satu waktu. Duh, kalau gue jadi Kak Suga, pasti gue sudah nyut-nyutan mendengarnya. Straight to the point, belum memulai tapi sudah diberi sinyal diminta berhenti duluan.

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang