17

4.7K 961 263
                                    

Lucu banget setelah Kak Jeka masuk ke dalam apartemen, gue malah kehilangan akal mau melakukan apa. Jentikan jari Kak Jeka menyadarkan gue yang sejak tadi nggak sadar melamun di depan kulkas sampai hawa dingin karena pintu kulkas terbuka pun nggak terasa.

"Yeriana? Malah bengong."

Gue buru-buru menutup pintu kulkas dan memilih duduk di meja makan. Saking gugupnya, gue sampai mengetuk-ketukkan jari di atas meja. Kak Jeka terlihat masa bodoh, terbukti dengan dia yang duduk bersandar di sofa setelah tadi sempat membuat gue kehilangan akal. Lihat, deh! Memang dia doang yang bisa dengan santai berbicara manis ke gue, membuat gue salah tingkah, tapi setelah itu bersikap biasa aja seolah semua hal yang dia lakukan nggak akan berefek apapun ke gue.

Kampret banget nggak, tuh?

"Gue jadi makan, 'kan, nih?" Kak Jeka kembali menjadi yang berbicara meski gue nggak merespon sejak tadi. Gue sampai dibuat lupa kalau tujuan Kak Jeka ke apartemen gue itu mau meminta makan, bukan mau membuat gue semakin terlihat gampangan di depan dia.

Gue lekas bangkit dan kembali membuka pintu kulkas. Serius, gue merasa goblok banget karena kentara salah tingkah. Sambil pura-pura sibuk memegang apapun bungkusan yang bisa menghasilkan bunyi di dalam kulkas, gue berceletuk pelan, "Masak apa, ya?"

"Lo mau masak?" Kak Jeka menimpali dari ruang tengah. Gue memutar kepala ke samping dan melihat Kak Jeka yang sedang memainkan ponselnya. Sejurus kemudian dia kembali berkata. "Emang bisa masak?"

Waduh, dia meremehkan kemampuan memasak gue? Gue bisa masak, ya! Masak air, masak telor, sama goreng tahu tempe juga bisa.

"Eng...gak bisa banget, sih." Gue meringis pelan saat sadar kalau ekspektasi memang selalu berbanding terbalik dengan realita.

Kak Jeka sekilas tertawa renyah. Gue pun dibuat menghentikan aktivitas pura-pura mencari bahan makanan di dalam kulkas. "Kalau mie? Masakin gue mie goreng aja," ujarnya.

"Jangan makan mie, Kak. Lo belum isi perut dari pagi. Nggak bagus buat usus," timpal gue setelah mendapatkan ide harus menafkahi Kak Jeka dengan makanan apa. Duh, sudah menafkahi aja bahasanya.

"Buset, Yeriana ada bibit-bibit perhatian ke gue. Belum juga resmi kitanya," celetuk Kak Jeka lagi dengan santai sembari bangkit dari sofa. Dia berjalan menuju kaca jendela sambil bersiul-siul pelan. Gue di sini yang sadar itu cuma gombalan, mendadak linglung hendak merespon.

"Gue delivery aja, ya? Atau ke sebelah lagi," sahut gue lekas meraih jaket dan dompet. Bawaannya mau cepat-cepat pergi supaya nggak satu ruangan dengan Kak Jeka. Bisaan banget anaknya.

"Nggak usah, Ri. Gue ngerepotin." Kak Jeka berceletuk yang membuat gue menghentikan langkah. Merepotkan, katanya? Dia ke sini aja sebenarnya sudah merepotkan gue sejak awal. Ini cowok sok mau basa-basi, tapi telat.

"Santai, Kak. Mama gue selalu bilang berbagilah antar sesama, apalagi kepada orang yang membutuhkan," balas gue sambil memperbaiki jaket yang gue pakai dan berlari kecil membuka pintu.

"Heh, maba! Maksud lo apaan?" teriak Kak Jeka sebelum gue meninggalkan apartemen.

Gue tertawa sejenak sambil mengintip Kak Jeka dari balik pintu. Gue mengarahkan tangan ke depan sambil tersenyum jahil. "Hush, udah. Gue ke McD dulu menjemput kebaikan. Lo tunggu di sini."

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang