25

4.2K 900 175
                                    

Napas gue sudah lebih teratur meski terkadang dihiasi sesenggukan. Gue kembali meneguk air minum seraya memperhatikan Kak Jeka yang sedang menelepon di pintu depan. Matanya melirik ke dalam sambil bergumam dan menganggukkan kepala.

"Bang Suga mau ngomong," ujar Kak Jeka menyerahkan ponselnya ke gue.

Awalnya gue memandang bingung, tapi tetap mengambil ponsel itu dan menempelkannya ke telinga. Belum sempat gue menyapa, Kak Suga sudah menyahut lebih dulu.

"Hape lo itu gunanya apa? Udah berapa kali gue telepon nggak diangkat."

Gue menghela napas mendengar gerutuan Kak Suga. Lalu membersihkan tenggorokan agar suara serak gue nggak kentara. Bukannya takut Kak Suga tiba-tiba heboh mendengar gue baru aja menangis, tapi gue nggak mau Kak Suga menertawakan kegoblokan gue.

"Baru kelar uji nyali, Kak. Sorry udah buat anak-anak bete."

Terdengar suara berisik dari seberang panggilan. Gue bisa mengenal suara Teh Joyie dan Pinky, mereka menanyakan keadaan gue. Kak Suga pun kembali berbicara. "Ya makanya jangan asal kabur aja, bocil. Sekarang lo ke gerbang depan, dah. Terra nunggu di sana pakai motor."

Gue bergumam paham, lalu menutup panggilan dan mengembalikan ponsel Kak Jeka. Segera merapikan penampilan, gue sekali lagi mengusap wajah dengan tisu yang ada di sekretariat.

"Ri, lo mau berangkat ke Lembang bareng? Gue dijemput Bamantara pakai mobil." Kak Jeka menawarkan tumpangan selagi gue memakai sepatu.

Gue menggeleng tanpa menoleh, lalu berdiri sambil memeriksa jam tangan. "Gue dijemput Kak Terra. Kayaknya gue nggak bisa dekat-dekat dengan lo dulu, Kak. Gue malu dan merasa kacau aja. Tolong ngertiin gue, ya?" Kali ini gue menatap Kak Jeka, menunggu cowok tersebut mengangguk setuju.

"Yeriana, tapi keadaan lㅡ"

"Gue emang masih bisa meledak lagi, tapi sekarang gue udah mendingan, kok. Asal gue jaga jarak dari lo aja. Tunggu gue udah tenang, nanti gue bakal minta penjelasan."

Kemudian gue pergi meninggalkan Kak Jeka di sekretariat. Berjalan cepat menuju gerbang, lalu melambaikan tangan saat Kak Terra memberikan klakson. Tanpa banyak bertanyaㅡkarena mungkin Kak Terra menghargai privasi gueㅡkami cabut menuju Lembang. Gue memakai helm, berpegangan pada jaket yang dipakai Kak Terra, dan berusaha untuk nggak menangis lagi di saat kembali mengingat kejadian tadi.

***

Ketika sampai di vila, hal yang gue lakukan pertama kali adalah memeluk Teh Joyie yang menunggu gue bersama Pinky di teras. Ajaib, mereka berdua memilih diam, padahal gue yakin ada setumpuk pertanyaan berkeliaran di otak mereka. Untuk kali ini, si teteh nggak julid dan kepo sebagai Ratu Gosip di angkatan.

"Udah dua kali, Ri." Mark muncul dari dalam vila sambil mengangkat speaker bersama Dodoy menuju halaman. Dia menatap gue dengan pandangan capek. "Nangis mulu. Jelek lo."

Mengerti ucapan Mark, gue cuma bisa menunduk dalam. "Maaf banget. Nggak lagi, deh. Janji."

Dodoy yang melewati gue pun memberikan gelengan pelan. Dia sedikit berdecak sambil berbicara. "Janji ke diri lo sendiri, lah. Masuk ke dalem sana! Kak Luna udah buatin teh anget. Nggak pegel apa pantat lo kelamaan duduk di motor?"

Gue memberikan cengiran lebar ke mereka berempat bergantian. Memang terbaik, mereka lebih memilih mengomeli gue ketimbang bertanya penuh rasa penasaran. Gue akhirnya tersenyum. Pamit dari mereka, gue masuk ke dalam vila. Kak Luna dengan segera menyerahkan satu gelas teh hangat.

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang