24

4.2K 914 237
                                    

Gue menunjukkan rasa nggak nyaman agar Kak Jeka melepaskan tangannya. Tanpa niat mendengarkan Kak Jeka lebih lanjut, gue segera berjalan cepat menuju area kampus.

Entah menyusul gue atau nggak, tapi gue yakin Kak Jeka mendengar semua kemarahan gue di angkot tadi. Saat ini gue cuma ingin bertatap muka dengan cewek bernama Shela tersebut. Mengingat, gue nggak bisa menoleransi orang yang mengusik sejauh ini. Apalagi sampai memojokkan dan menghakimi gue tanpa tahu faktanya.

Pesan langsung dari si kating Shela muncul, memberitahu posisinyaㅡgedung Bisnis & Manajemen. Gue mempercepat langkah meski ponsel gue terus bergetar. Yakin kalau itu panggilan dari anak-anak UKM Band karena gue kabur.

Gue berhenti ketika sampai di pelataran parkir. Dikarenakan Sabtu, suasana sepi. Cuma ada beberapa mobil terparkir, sementara pos satpam tampak kosong.

"Heh!"

Kepala gue tertoleh mencari sumber suara. Tampak Kak Dhea mendekat. Alis gue bertaut, dan gue langsung mengerti. Ternyata ada hubungannya dengan Kak Dhea. Shela-Shela itu pasti sejenis dengan dia.

"Nggak asik, ternyata rombongan." Gue berguman kecil, menatap Kak Dhea yang sudah berdiri di hadapan gue. Kemudian seorang cewek lain muncul. Tanpa membuang waktu, gue menyapa. "Kak Shela yang hits di IG tadi?"

Tentu respon yang gue dapatkan adalah tawa. Cewek bernama Shela ini tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan. She must think herself a baddie.

"Sadar lo kalau gue hits?" katanya setelah berhasil meredakan tawa. Berbeda dengan Kak Dhea yang menatap gue sinis, seolah sedikit aja bergerak, gue akan membawa ancaman.

Aturan pertama, gue harus sebisa mungkin bertindak tetap pada jalurnya. Posisi gue adalah adik tingkat. Jadi, gue memilih bertanya lebih dahulu sebelum protes atas cercaan yang sudah Kak Shela berikan.

"Gue ke sini cari penjelasan tanpa basa-basi," kata gue mengambil jeda. "Kak Shela, apa gue punya masalah dengan lo?"

"Aduh. Baru muncul, udah belagu." Bukan Kak Shela, tetapi Kak Dhea yang menjawab dengan gertakan. Dia mengambil satu langkah maju, seolah gue ke sini untuk menemuinya.

"Mungkin dulu kita ada urusan, tapi sekarang gue lagi nggak berurusan sama lo, Kak. Maaf," jelas gue dengan harapan masih terlihat menghargai seorang senior.

Kak Shela tampak memilih diam. Dugaan gue pun muncul. Apa dia cuma perantara agar gue bertemu Kak Dhea? Gue memperhatikan perbedaan ekspresi mereka. Kak Dhea terlihat memendam emosi, sedangkan Kak Shela menunjukkan wajah orang di saat gue-nggak-tahu-kalau-bakal-jadi-gini.

Gue sudah hafal dengan gelagat anak-anak kampus. Sebagian besar dari mereka cuma ikut arus, karena sejak gue masuk kampus ini, gue sudah menjadi gosipan orang-orang. Kak Shela ini mungkin salah satunya, orang yang ikut-ikutan. Sedangkan Kak Dhea ini orang yang memang memiliki urusan dengan gue.

Masih dengan diamnya mereka, gue menebak alasan lain Kak Shela menyenggol gue lewat media sosial. "Mungkin Kakak kesal dengan perlakuan gue ke Kak Dhea karena dia temen Kakak. Tapi gue nggak nyangka aja kenapa harus lewat IG."

"Ya, itu karena lo nggak akan sadar kalau nggak ditegur lewat cara itu," sahut Dhea mendadak.

Emosi gue dibawa ke ambang batas. Gue nggak pernah suka dengan orang yang menyambar ucapan di saat dia bukan lawan bicara gue.

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang