6. Aldan-Rusia

22.6K 1.9K 16
                                    

Pemandangan yang luar biasa dengan deretan hutan pinus menjulang tinggi menakjubkan mata.

"Aku ingin membuka jendelanya." Pinta Jenny dan Jonathan mengijinkannya. Tak lama hawa dingin menyeruak masuk saat jendela mobil perlahan turun.

Mobil melaju terus melewati perdesaan, danau, hutan cemara dan berhenti di sebuah rumah luas dan hanya memiliki satu lantai, bertempat dekat kaki bukit hijau. Semua sangat asri jauh dari polusi dan keramaian.

Sosok perempuan tua memandang serius kedatangan tuannya membawa seorang gadis lagi. Pikirannya melayang menebak masa depan, apakah gadis tersebut akan mati dalam hitungan minggu atau paling lama dua bulan?

Terakhir kali, seorang gadis mati terbunuh karena mencoba menusuk tuannya. Dan tentang gadisnya sebelumnya lagi, dia memilih bunuh diri karena depresi. Pandangan miris terlontar begitu saja ke arah Jenny walaupun sebagian penuh ekspresinya adalah datar.

"Selamat datang nona, saya akan menunjukkan kamar anda." Jenny mendengar aksen Rusia pelayan tua itu sangat kental di balik ucapan bahasa Inggris yang lancar.

"Kau bisa memanggilku Jenny," ucapan itu sektika membuat pelayan tua tersebut terkejut. Jenny tampak berbeda dari gadis-gadis sebelumnya. Dia terlihat lebih kuat. Buktinya ada keberanian dalam sorot mata yang terpancar.

"Berhentilah menatapku seperti aku akan mati sebentar lagi," desis Jenny kesal lalu pergi melewatinya begitu saja.

"Bersikap santailah Marta, kau bisa berteman dengan perempuan satu ini" seru Jonathan

Bangunan rumah ini di beri design banyak penyekat ruangan sehingga berkesan seperti labirin, "aku bisa tersesat di dalam rumah ini Jonathan." Jonathan terkekeh mendengar Jenny mulai bergurau aneh lagi.

"Dan mulai sekarang kau harus terbiasa dengan rumah ini," balas Jonathan, tapi Jenny bisa menangkap nada perintah di baliknya.

"Apakah ada kolam renang?" seru Jenny antusias membuat Jonathan mengangkat sebelah alisnya.

"Tentu saja"

Pelayan tua yang berdiri disamping Jonathan mulai memimpin jalan ke area kolam renang.

Jenny tak sabar menunggu musim panas untuk berenang sambil memandang keindahan alam. Nyatanya sikap semangatnya itu bertujuan untuk melupakan betapa sial takdirnya. Lagi pula apa salahnya mengikuti sesuai alur hidupnya? Menurutnya hidup ini tidak perlu terlalu dibuat dramatis. Karena masih banyak hal yang pantas untuk di syukuri seperti Jonathan telah menyelamatkan temannya. Mungkin saja jika bukan Jonathan yang membeli dirinya, pasti orang lain tidak akan mau berbuat baik membantu menolong Poppy dengan suka rela.

Anggaplah pergi ke Rusia sebagai liburan, aku juga belum pernah mengalami perjalanan jarak jauh seperti ini. Dan jika Jonathan adalah laki-laki angkuh dan dingin, aku cukup berjalan pada terirorialnya. Tetap ini adalah hidupku dan yang memeganggang kendali utuh adalah aku, bukan Jonathan. Bisik Jenny dalam hati.

Arah mata Jonathan mengikuti sosok Jenny sedang mengelilingi tepi kolam renang sambil bergumam kalau kolam renangnya mirip sekali dengan milik daddynya. Baguslah jika gadisnya itu menyukai tempat tinggal barunya karena dia tak perlu repot menangani gadisnya agar patuh dengannya, tidak seperti gadis-gadis lainnya.

"Jenny kemarilah, Marta akan memberi tahu kamarmu," panggil Jonathan.

Jenny melangkah mendekat, tapi suara tembakan langsung menghentikannya. Mukanya memucat memandang bukit tinggi di belakangnya. Beberapa burung sedang berterbangan karena ikut terkejut.

"Mereka sedang berburu jadi kau tidak perlu takut." Jonathan merangkul lebih dulu bahu Jenny supaya gadisnya lebih tenang.

"Apa kau juga suka berburu?"Jonathan mengiyakannya.

The Ruthless ♠ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang