[TEENFICTION] Shy To Say

529 19 0
                                    


Cana menghela nafas panjang dan menyenderkan kepalanya ke tembok, sudah satu minggu Sean mendiamkannya. Tadinya hubungan mereka seperti teman kelas pada umumnya, tapi setelah Sean tahu kalau Cana menyukainya dia jadi seperti menjaga jarak.

“Sampai kapan lo mau murung terus? Banyak cowok lain diluar sana yang ngantri buat lo pacarin Can,” tegur Leah.

“Beda dari Sean,” gumam Cana.

“Dari gerak-geriknya aja orang juga bakalan tahu, dia ngehindar mulu dari lo. Itu artinya dia nggak suka sama lo! Lo mau ngejar dia terus? Emang apa sih bagusnya Hosean tuh? Udah sikapnya dingin, nggak suka ngomong, nggak suka bergaul, kaya orang anti sosial. Lo mau pacaran sama orang kaya’ gitu Can?” ucap Leah.

“Justru karena Sean itu orangnya pendiam,” sahut Cana.

Apa yang membuatnya menyukai Hosean? Selama satu semester lalu, Sean duduk dibangku paling belakang sebelah kiri Cana. Selama satu semester itu pula, Cana melihat sisi lain Sean yang tidak dikenal orang lain.

Sean suka melihat langit. Sean selalu terlihat bosan. Sean selalu bawa bekal. Sean seorang gamers. Sean pintar bahasa inggris. Sean suka warna hitam. Sean benci bacaan yang panjang, dan Sean bukannya nggak suka bergaul, dia hanya pemalu.

Beberapa waktu yang lalu, Cana berangkat lebih pagi dan melihat Sean yang berdiri menatap keluar kelas. Serpihan sinar mentari yang menimpa Sean membuatnya terlihat begitu berkilauan. Waktu itu, jelas sekali Cana melihat Sean tersenyum.

Meskipun bukan untuknya, tapi itulah yang membuat Kana jatuh cinta. Andaikan senyuman itu untuknya, andaikan Sean itu miliknya. Lalu setelah itu, tiba-tiba saja Sean menjauh. Dia bahkan memohon untuk menukar tempat duduknya dengan orang lain. Saat itu Cana tahu, perasaannya sudah ketahuan. Dari siapa Sean mengetahui itu? Cana juga tidak tahu.

“Udah deh Can, gue bakal kenalin lo ke sepupu gue. Udah orangnya baik, ganteng, pinter lagi. Nggak kecewa deh,” ucap Leah.

“Gue mau dijodohin gitu?” gumam Cana lemas.

“Huuh! Gue tuh nggak betah liat lo kaya orang kurang gizi gini. Tiap hari cuma ngeluh dan murung terus. Pokoknya gue bakal buat lo lupain Hosean! Gimana? Lo mau kan gue kenalin ke sepupu gue?” tanya Leah.

“Hmm,” jawab Cana malas.

“Sipp! Gue udah atur jadwal, tinggal nunggu kalian jadian!” teriak Leah senang membuat seisi kelas menoleh kepadanya.

“Siapa yang jadian?”

“Cana sama sepupu gue dong,” jawab Leah bangga.

“Wahh, Cana udah move on nih?” goda salah satu teman sekelas mereka.

“Hmmm,” gumam Cana malas.

“Yah, nggak bisa deketin Cana lagi dong,”

“Pajak jadian dong Can,”

“Hmm,”

-00-

Didekat pintu masuk ruang kelas dibangku paling depan, Hosean memasang headset yang bahkan tidak ada bunyinya itu ketelinganya. Dia ingin mengabaikan semua suara yang didengarnya. Entah mengapa sedari tadi telinganya hanya mendengar kabar jika Cana sudah jadian dengan sepupunya Leah.

“Nggak kekantin bro?” ucap Bima duduk disamping Sean.

“Nggak laper,” jawab Sean.

“Lo denger gue? Gue pikir lo pake headset,” tanya Bima.

“Nggak gue pasang,” jawab Sean sambil mengangkat ujung headset yang memang tidak dipasang tersebut.

“Terus kenapa dipake kalo nggak dipasang?”

FRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang