Yeri terdiam menatap matahari yang tenggelam perlahan di ujung barat kota sydney.
Sudah tiga tahun dia berada di perantauannya, jauh dari teman dan keluarganya, dan juga orang yang disayanginya.
Menjadi seorang mahasiswi dan selalu sibuk dengan urusannya sendiri. Terkadang, Yeri berpikir untuk memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
Long-Distance bukanlah satu-satunya pilihan. Rei, kekasihnya itu juga bisa pergi ke sydney.
Hanya saja Rei menolak, seperti kemerdekaan yang datang tanpa paksaan. Rei terlihat senang saat mengetahui Yeri akan keluar negeri.
Yeri menatap layar smartphone yang sedari tadi terlihat sepi. Tidak pernah sekalipun Rei menghubunginya lebih dulu.
Bahkan pernah Yeri mencoba untuk berhenti menghubungi Rei selama tiga hari dan Rei sama sekali tidak mencarinya.
Bukan tidak percaya, hanya saja hati Yeri mudah khawatir. Bagaimana dia bisa tenang saat kekasih yang selalu dipikirkannya selalu bersikap acuh.
Menelpon hanya menghabiskan waktu tiga-lima menit dalam dua hari sekali, dan yang diucapkan Rei hanya keluhan tentang kesibukannya dan meminta Yeri berhenti mengganggu.
"Hallo?" ucap Yeri pada seseorang diseberang telepon.
"Kenapa telepon lagi? Tadi kan barusan udah telepon, aku udah bilang kan aku lagi sibuk! Aku matiin dulu telponnya."
Tuuuut
Yeri terdiam kembali, dia tidak sempat mengucapkan apapun. Yeri menarik nafas panjang.
Bukan tidak mungkin jika Rei sudah melupakan Yeri. Ada sekian kemungkinan resiko yang akan terjadi pada pasangan-pasangan seperti Yeri.
Yeri duduk dibangku taman menatapi langit sydney yang mulai gelap. Selama tiga tahun ini Yeri selalu mencoba untuk tetap setia pada Rei.
Tapi, dia tidak pernah tahu apakah Rei juga melakukan hal yang sama. Bahkan untuk sekedar memastikan saja dia tidak bisa.
"Apakah aku... bodoh?" gumam Yeri lirih.
Bagaimana jika sebenarnya Rei sudah memiliki kekasih lain selain dirinya.
Semacam pertanyaan terus mengusik hati dan pikiran Yeri. Untuk pikiran bimbang yang berkepanjangan, Yeri tidak tahu jika ini mungkin akan menjadi sebuah masalah yang serius.
Tetap menjadi sesuatu yang hanya diam dan mengalir mengikuti arus, bahkan jika arus itu membawanya ke air terjun yang tinggi dan curam.
Yeri berjalan pulang.
"Aww!" Yeri memekik pelan.
"Kau baik-baik saja?" tanya seseorang padanya.
Yeri mengangguk dan membenarkan letaknya berdiri. Dia hendak berjalan sampai menyadari jika kakinya terkilir.
"Kau tidak baik-baik saja," ujar orang itu.
Dia berjongkok didepan Yeri dan menoleh menatap Yeri.
"Aku akan mengantarmu pulang, naiklah," tuturnya.
"Aku tidak mau, aku tidak ingin merepotkan orang lain," ujarnya.
"Aku tidak punya maksud buruk. Kau hanya akan merepotkan dirimu sendiri, aku sungguh-sungguh akan mengantarmu pulang," ujarnya.
Yeri menggeleng dan memaksa kakinya untuk melangkah.
"Aww!" Yeri berteriak lagi, kali ini kakinya terasa semakin sakit.
Pria itu melangkah kedepan Yeri dan berjongkok didepannya lagi.
"Masih mau menolak?" tanyanya.
Yeri berpikir sejenak.

KAMU SEDANG MEMBACA
FRASA
Historia CortaSelalu terselip kisah disetiap masa.. Kumpulan kisah romansa dari berbagai masa dan dunia. Saya nulis karena saya suka.. 😊