[Tema: Kehilangan] Hati Yang Sendiri

396 19 0
                                    

“kita seharusnya sudah menyudahi ini semua sejak lama,” ucap Tania.

“Tidak, aku sudah mempersiapkan semua sampai sejauh ini. karena itu, kamu tidak boleh pergi,” jawab Adi.

“Aku sudah melebihi batas waktuku untuk tinggal. Malam berikutnya aku sudah tidak bisa datang lagi. Aku harus pergi,” lanjut Tania.

“Kenapa? Kita masih punya banyak waktu! Sebelum pernikahan ini selesai, aku tidak akan bangun! Sebelum kita memiliki keluarga yang bahagia aku tidak akan membiarkan diriku bangun! Jadi kumohon.”

“Hentikan rengekanmu dan sadarlah! Bahkan jika kamu tidak bangun aku tetap akan pergi, hukum alam yang sudah mengaturnya. Ini sudah hari ke-40 dan keluargamu juga mengkhawatirkanmu,” nasehat Tania.

“Tan, kamu bilang kamu mencintaiku. Lalu kenapa kamu tidak ingin menikah denganku?” tanya Adi.

“Aku bukannya tidak ingin menikah denganmu. Sudah aku bilang sejak hari-hari yang lalu. Aku tidak bisa tinggal lama, keadaan kita sudah berubah sekarang. Kamu dan aku sudah tidak bisa bersama, yang harus kamu lakukan sekarang adalah melanjutkan hidupmu dan mencari penggantiku,” ucap Tania.

“Tan, aku nggak mungkin dapetin penggantimu! Aku nggak mau Tan!”

Plakk

Tania menampar Adi kencang. Adi memegang pipinya yang terasa perih, tapi apa yang pipinya rasakan itu tidak terasa dari pada apa yang hatinya rasakan sekarang. Kekasih yang telah dikencaninya selama Sembilan tahun memintanya untuk mencari pengganti yang baru.

Mereka sudah mempersiapkan pernikahan dan sudah memesan undangan. Lalu kenapa sekarang tiba-tiba wanitanya itu meminta Adi untuk mencari pengganti. Hatinya jelas sangat menolak saran yang diberikan Tania padanya. Selamanya dalam hati Adi, Tania hanya satu-satunya.

“Kamu mencintaiku Tan,” ucap Adi sambil memegang kedua pipi Tania.

Tania membuang pandangannya tidak berani menatap mata Adi, mana mungkin gadis itu tidak mencintainya. Kekasih yang selalu menyayangi dan melindunginya selama Sembilan tahun.  Tapi, mencintai bukan tentang saling memiliki dan Tania sadar benar akan hal itu.

Tania sangat mencintai Adi. Sangat! Tapi dia tidak mungkin bersama Adi lagi. Meskipun mereka hampir menikah, meskipun mereka baru saja mengambil undangan yang sudah mereka pesan. Itu lebih baik karena undangan itu belum sempat disebarkan.

Tania sangat mencintai Adi. Hingga satu-satunya jalan agar Tania bisa melihat Adi hidup bahagia adalah dengan merelakan Adi. Tania ingin membiarkan Adi bahagia dengan wanita lain, yang tentunya akan menemani Adi seumur hidupnya.

Tentu saja Tania juga sangat ingin menjadi wanita seberuntung itu. Jika dia bisa, tentu saja dia lebih memilih untuk menjadi pendamping hidup Adi. Bahkan satu kedipan matapun tidak akan dia lewatkan jika itu untuk Adi. Karena dia sangat mencintai Adi. Adi. Dan Adi.

-00-

Adi mengedipkan matanya beberapa kali, cahaya putih yang menyilaukan matanya membuatnya sulit untuk melihat sekelilingnya. Samar-samar Adi mendengar suara teriakan seseorang dan dia juga merasakan genggaman erat di tangannya.

“Tania?” gumam Adi.

Dia tidak yakin apakah itu benar Tania atau bukan. Matanya masih belum bisa melihat jelas seakan dia sudah lama tidak membuka matanya. Lalu sebentar kemudian terdengar suara sesenggukan dari orang yang ada disampingnya.

“Ma?” ucap Adi mulai bisa mengenali suara yang ada disampingnya itu.
Seseorang datang dan memeriksa keadaanya. Dia sedang dirumah sakit sekarang bersama dengan mama, satu-satunya keluarga yang dia miliki. Dimana Tania? Mereka seharusnya menikah, mereka sudah mengambil undangan yang mereka pesan satu bulan yang lalu.

FRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang