Siang itu, di sebuah paviliun mungil ditengah kolam dalam komplek rumah milik Menteri Kim, dengan ditemanin semilir angin musim semi, Se Ryung tampak tengah mengetuk-ngetukkan kuas menulisnya. Beberapa kali gadis itu sudah membuat coretan tetapi sebanyak kali itu pula dia membuang kertasnya sehingga tampak berserakan.
Se Ryung memejamkan matanya. Mencoba mengingat wajah sang pemuda bercadar. Seulas senyum tersungging diwajahnya yang perlahan menjadi kikikan kecil karena mengingat perjumpaan yang terakhir.
"Memangnya ada apa dengan wajahku?"
Se Ryung mengambil sebuah kotak perhiasan dan membukanya didalamnya ada kaca. Kemudian gadis itu meletakan kotak perhiasan dihadapannya dan melihat pandulan diri disana.
Cantik. Itu adalah satu kata yang akan terlintas dibenak setiap orang yang melihat Se Ryung. Gadis itu memiliki wajah bak seorang dewi, kulit putih bersinar dan terawat, bibir pink tipis yang menawan, mata hitam dan alis yang tegas namun teratur.
Se Ryung menghela nafas dalam.
Tidak ada yang salah dengan wajahku kan?
"Nona anda dapat surat."
Suara Byul tiba-tiba terdengar di balik kotak perhiasan membuat Se Ryung terkejut dan terlonjak dari duduknya. Serta merta Se Ryung menutup kotak itu.
"Byuuulll... kau mengagetkanku." Pekik Se Ryung.
Byul menyengir kuda mendapati tingkah nonanya itu. Se Ryung kemudian menyingkirkan kotak itu dan fokus pada Byul.
"Surat apa?"
Byul masih saja tersenyum dan mendekati meja belajar Se Ryung. Kemudian gadis itu mengeluarkan sebuah kertas dari dalam hanboknya dan menyerahkan kepada Se Ryung.
"Ini Nona."
Se Ryung hanya mengintip sedikit dari surat Itu kemudian menyingkirkannya.
"Anda tidak membacanya?"
Se Ryung menggeleng. "Aku sering mendapatkan surat seperti ini dari para sarjana Sungkyunkwan teman-teman kakakku. Ini pasti salah satu dari mereka."
Se Ryung kembali meraih kuasnya dan membuat coretan lukisan disana.
"Anda tidak penasaran dari mana surat ini berasal? Tadi ada seorang pelayan mendatangi saya mengatakan hal yang tak biasa, surat ini untuk Nona Kim yang kemarin berpakaian budak."
Se Ryung menatap Byul penuh arti. Diraihnya surat itu dan membacanya dengan seksama.
Lampu pada dini hari menerangi riasan kekasih yang meluntur,
ketika ingin berbicara tentang perpisahan,
perasaan sedih lebih dulu muncul. Bagaimanapun, tidak mampu ditahan.
Bulan yang tengelam menyinari setengah halaman,
pintupun terbuka tetapi hanya ada bayang-bayang bunga aprikot yang memenuhi pakaian."Sebuah puisi tentang kerinduan. Disini tidak ada nama pengirimnya."
"Benar, ini pasti surat dari pemuda itu. Saya pikir hanya pemuda bercadar yang mengetahui hari itu anda menyamar. Selain itu pemuda bercadar pernah mengantar kita pulang, mungkin dia mencari tahu tentang nona. Jadi saya menyerahkan surat ini untuk anda."
Se Ryung terhenyak mendengar ucapan Byul yang terdengar sangat logis itu.
Benarkah pemuda itu memiliki perasaan yang sama denganku?
***
Sebulan kemudian beberapa surat sudah menumpuk di laci Se Ryung tanpa ada kesempatan bagi Se Ryung untuk membalasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sun's flower -End
Ficción históricaSe Ryung adalah seorang gadis periang, dia juga putri tunggal dari Tuan Kim, Mentri dengan tingkat tertinggi di Joseon. gadis itu memiliki paras yang rupawan dan budi pekerti yang baik. dia tidak memiliki banyak harapan dihidupnya. harapanya hanya s...