Malam itu, Menteri kim tengah duduk sedirian di Gibang Seonhwa dengan ditemani seorang gisaeng yang memetikan Gayageum (alat musik petik tradisional korea) dengan alunan yang sendu. sesekali kepalanya tampak bergerak larut mengikuti petikan dari alat musik itu.
'Srek'
Pintu geser diruang itu tiba-tiba terbuka. Seseorang berwajah tampan tampak berdiri diambang pintu. Menteri Kim mengangkat tangannya untuk menghentikan musik dari gisaeng itu menyuruhnya untuk meninggalkan ruangan itu, selanjutnya laki-laki paruh baya itu menyambut kedatangan tamu yang sejak awal dinantinya.
"Dongwoon-gun, peperangan sudah akan dimulai. sesuai janjiku aku akan membuat anda duduk dalam tahta."
Pangeran Dongwoon tersenyum puas mendengarnya. "Bagaimana dengan Se Ryung? mampukah kamu melakukannya? aku akan ikut rencana ini jika dia bisa kalian lengserkan dari tahta."
"Jangan khawatir tentang itu, Jungjeon mama sebentar lagi akan dilengserkan dari jabatannya kemudian anda bisa memilikinya."
"Stt...," pangeran Dongwoon meletakkan jari telunjuk bibirnya "Jangan memanggilnya dengan sebutan jungjeon mama, karena bagiku dia adalah Se Ryung, Kim Se Ryung. selamanya akan begitu."
Menteri Kim tertawa mendengar perkataan sang pangeran. "Baik, baik.. saya akan mengingatnya. tapi pangeran ingatlah pengorbanan kami tidaklah sedikit. Semoga anda bisa menghargainya dengan benar."
"Yah, itu adalah harga yang pantas untuk menguji kesetiaan kalian kepadaku. Aku akan ikut dalam rencana ini. Mengambil tahta yang seharusnya menjadi milikku."
***
Se Ryung menghirup dalam-dalam harum bunga-bunga bermekaran ditaman bunga sekitar paviliunnya yang kini tengah bermekaran dengan aroma harum yang menguar dari seriap kelopaknya. Suasana hatinya yang sangat baik ini membuat dia sangat bersemangat untuk menata kamarnya dengan bunga-bunga itu. Malam itu dengan bersinarkan cahaya dari lentera sang ratu muda itu memetik beberapa tangkai yang tampak menawan dalam penglihatannya.
"Yang mulia, tidakkah ini terlalu gelap untuk memetiknya. biarkan hamba yang memetikan untuk anda." Dayang Park mencoba menawarkan jasanya.
Se Ryung menggeleng. "Tidak perlu. Aku hanya membutuhkan beberapa batang saja. Kau bisa menerangiku." Jawab Se Ryung sambil menggapai salah satu batang bunga dan memotongnya.
"Jungjeon. Benar kata Park sanggung. Para dayang diistana ada untuk melayanimu. Biarkan dia memetikan bunga itu untukmu." Ucap sebuah suara yang terdengar seperti milik Ibu Suri.
Se Ryung melihat kesekeliling. Benar saja ada Ibu Suri dan iring-iringannya sudah berdiri dibelakangnya. Se Ryung segera membalikkan tubuhnya dan menghormat kepada mertuanya itu.
"Daebi mama, maaf tidak menyadari kehadiran anda. Silahkan mampir kepaviliun kami." Se Ryung menyerahkan gunting dan bunga yang baru dipetiknya kepada Dayang Park. Kemudian dia mengarahkan mertuanya itu kepaviliunnya.
***
Se Ryung menghidangkan teh gingseng kehadapan Ibu Suri. tapi bukannya meminum teh itu, dia hanya meliriknya sebentar. kemudiannya pandangannya kembali kepada Se Ryung sehingga membuatnya tidak nyaman.
"Jungjeon, aku tidak akan berbasa basi. kau mungkin terlihat lugu, tapi aku tahu kamu memiliki rencana jahat yang sudah kamu susun bersama ayahmu. Selir baru itu bagian dari rencanamu bukan?"
"Daebi mama, Yang Mulia sendiri yang menginginkan pengangkatan Selir Go." Sahut Se Ryung cepat.
Ibu Suri tersenyum sinis, "Itu karena Raja tidak ingin kamu lengser dari tahtamu sebagai ratu karena ketidak kompetenanmu mengurus istana dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
sun's flower -End
Ficción históricaSe Ryung adalah seorang gadis periang, dia juga putri tunggal dari Tuan Kim, Mentri dengan tingkat tertinggi di Joseon. gadis itu memiliki paras yang rupawan dan budi pekerti yang baik. dia tidak memiliki banyak harapan dihidupnya. harapanya hanya s...