Kematian Raja

4.4K 382 16
                                    

Jendral Heo, penjaga gerbang utara Joseon meletakkan sebuah kotak besar yang dibalut dengan kain satin berwarna merah dihadapan Yi Yeon. Itu adalah bukti kejahatan Menteri Kim dan sekutunya.

"Yang Mulia, Ini adalah bukti suap Menteri Kim kepada pejabat Ming. Ini adalah salinannya, kami masih belum bisa memastikan apakah  ini asli atau palsu. Pangeran Zinzhi juga tengah menyelidiki hal ini. Beliau berpesan supaya anda turut mencermati dokumen ini dan meminta agar dokumen ini dirahasiakan sampai semuanya menjadi jelas."

Yi Yeon mengambil bungkusan itu dan membuka kotak yang didalamnya ternyata adalah buku daftar budak joseon yang dikirim ke Ming berikut wilayah distribusinya.

Bersyukur Yi Yeon mengenal Pangeran Zinzhi. Pangeran Zinzhi adalah Putra keempat Kaisar Ming Wang Zuong yang saat ini bertahta. Selama Yi Yeon berada di Ming beberapa bulan lalu dia berkenalan dengan Pangeran Zinzhi dan sekarang dia berteman dengannya. 

Bagi rakyat Joseon, kepergian Yi Yeon ke Ming beberapa bulan yang lalu memang terlihat seperti seorang tawanan. Namun nyatanya, keberangkatan Putra Mahkota disana sangat menguntungkan bagi perkembangan penyelidikannya itu.

"Baik, aku mengerti. Sampaikan ucapan terimakasihku untuknya."

"Baik Jeoha, saya mohon undur diri."

Jendral Heo meninggalkan Yi Yeon diruang kerjanya.

***

Sudah seminggu lebih Yi yeon berada di istana rekreasi yang letaknya tak jauh dari perbatasan Ming. Sebenarnya pemuda itu sedikit merasa bersalah kepada Putri Mahkota karena tidak memberi tahu tentang keberangkatannya ke perbatasan. Semenjak Yi Yeon mengetahui bahwa Putri Mahkota tidak terlibat dengan kebijakan mertuanya, perasaan Yi Yeon kepada Putri Mahkota kembali tumbuh.

Bebagai macam cara sudah pemuda itu tempuh agar tidak jatuh hati kepada sang Putri Mahkota, entah kenapa perasaan itu tidak kunjung pergi, malah semakin tak terbendung saja. Berbading terbalik saat dirinya mengira bahwa Putri Mahkota adalah gadis yang picik yang memanfaatkan dirinya untuk melanggengkan kekuasaan Menteri Kim yang semena-mena, Yi Yeon dengan mudah bisa menghilangkan perasaannya.

Sebenarnya Yi Yeon sempat bimbang dengan keputusan ini. Jika dirinya bersikeras untuk melanjutkan penyelidikan dan menegakkan keadilan yang tentu saja akan menjerat Menteri Kim, konseksuensinya bisa saja putri mahkota dilengserkan sewaktu-waktu karena lawan politiknya tentu tidak akan tinggal diam jika kursi calon Ratu diisi oleh Putri Menteri Kim. Miris memang, namun Kebenaran dan keadilan tetap harus ditegakkan. Sebagai seorang calon penguasa Yi Yeon harus obyektif saat membuat kebijakan, meskipun harus ada yang dikorbankan.

***

"Siapa diluar?" tanya Yi Yeon saat menyadari ada yang mencurigakan dibalik pintu kamarnya.

"Ini hamba yang mulia, ada pesan penting yang harus hamba sampaikan." Teriak Kasim Moon dari luar ruang kerja Yi Yeon.

"Masuklah."

Dengan langkah setengah berlari Kasim Moon masuk ke ruang kerja Yi Yeon

"Yang Mulia, Baginda Raja saat ini kembali kritis, kemarin beliau tidak sadarkan diri. Kami khawatir waktunya sudah tiba. Anda harus kembali ke istana!" Seru Kasim Moon yang sontak membuat Yi yeon terkejut.

***

"Abhamama." ucap Yi Yeon begitu mencapai tempat tidur ayahandanya. Air matanya deras membanjiri kedua pipinya.

Yi Yeon tiba di istana saat matahari sudah sampai di ufuk barat. Dirinya langsung berlari menuju kamar raja. Beberapa kasim tampak beralalu lalang di depan kediaman raja. Ini adalah perintah rahasia dari Ratu, tidak ada yang boleh tahu bahwa raja sedang sekarat sedang Putra mahkota masih berada di perbatasan bukan kondisi yang menguntungkan.

Yi Yeon menyentuh telapak tangan milik sang Raja, Raja tersemyum begitu menyadari keberadaan Putra kesayangannya sudah berada disampingnya.

"Putraku.." kata raja dengan lemah dan nafas yang berat, Raja memejamkan matanya kemudian pergi untuk selama-lamanya.

"Abhamama!!!" Seru Yi Yeon keras sambil mengguncang-guncangkan tubuh ayahnya.

Yi Yeon memeluk erat tubuh raja seolah tak ingin kehilangan. Ratu menangis disamping Yi Yeon. Kini hanya tinggal mereka berdua yang berjuang untuk saling menjaga.

***
Se Ryung berhanbok putih polos dengan menenteng tikar jerami baru saja sampai dihalaman Paviliun Raja untuk melakukan permohonan agar dilengserkan dari jabatannya sebagai Putri Mahkota. Ini adalah puncak dari seluruh rasa kekesalan dan kekecewaan gadis itu terhadap istana. Gadis itu sudah tidak tahan menjadi Putri Mahkota yang selalu diabaikan.

Bukankah lebih baik menjadi Janda dan diasingkan tetapi bahagia daripada menjadi seorang putri mahkota yang selalu tertekan dan diacuhkan?

RAJA TELAH WAFAT!!!" teriak para kasim yang melayani di istana sang raja, sontak semua orang yang telah berkumpul dihalaman kediaman Raja bersujud dan menangis meraung-raung meminta agar sang Raja tidak meninggalkan mereka.

serta merta Se Ryung terkejut mendengar pemberitaan itu. Hampir saja kakinya tak mampu lagi untuk berjalan.

Ini Pasti tidak benar...

Air mata gadis itu meleleh deras membasahi kedua pipinya yang nampak pucat. Dengan langkah tertatih gadis itu berjalan mencapai kamar raja. Benar saja, Raja sudah terbaring tak bernyawa dengan putra mahkota disisinya. Putra Mahkota tak henti-hentinya berteriak dan menyebut-nyebut ayahandanya.

Se Ryung benar-benar tidak percaya dengan pemadangan yang terpapar dihadapannya. Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kenapa semuanya jadi semakin rumit?

Sekarang apa yang harus aku lakukan? Yang mulia kenapa anda mangkat secepat ini??

TBC

sun's flower -EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang