09.46 am Yogyakarta 31'C
Sunyi senyap, suasana di taman belakang sekolah. Didapati seorang gadis dengan mata biru berkaca-kaca. Rambutnya dibiarkan tergerai menutupi kepenatan hatinya. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang. Tak seorang pun terlihat ada di taman kecuali si mata biru.
Suara isak tangis menghiasi senyap pagi itu. Tangan mungilnya mengusap pipi yang terkena banjir dari si mata biru.
"Vrilla?!" sebuah teriakan muncul dari arah belakang punggungnya. Vrilla menyelipkan rambutnya dibelakang telinga dan mulai menghapus sisa air matanya.
"Lo kenapa?! Ada masalah?!" tanya Billa dengan alis terangkat.
Si mata biru hanya terbungkam disertai gelengan kepalanya.
"Tatap mata gue, Vrill lo gak pernah kayak gini, please deh. Lo kenapa?" tanyanya lagi sambil menyelipkan rambut yang menutupi wajah Vrilla dibalik telinganya.
Si mata biru tetap terbungkam, mulutnya tak dapat terucap satu kata pun. Matanya mulai menatap mata hitam milik Shabilla. Matanya terasa penuh dengan kabut, satu kerjapan mata biru membuat butiran demi butiran jatuh karena gravitasi.
'Ada apa dengan sahabatku ini'
Vrilla memeluk pundak Billa dan menangis terisak-isak. Keduanya terbungkam. Semua hening tak ada suara kecuali hembusan angin yang lumayan dingin. Pelukan sahabatnya kini berbeda. Seperti ada banyak hal yang ingin diungkapkannya namun tak bisa. Hatinya menangis. Dilla tak lama kemudian datang.
"Lo kenapa nangis?! " tanya Dilla dengan tatapan hazel yang dalam.
Taka da yang menjawab. Terbungkam. Billa hanya menggelengkan kepalanya pada Dilla. Duduklah Dilla disamping diatas kursi panjang itu.
Billa berusaha untuk memberhentikan paksa air mata Vrilla. Ia tak ingin sahabatnya larut dalam kesedihan. Tak lama kemudian usaha mata biru untuk memberhentikan tangisnya dapat dilampauinya.
Vrilla yang sedari terbungkam mulai angkat bicara "Dilla, Billa?" ucapnya lirih.
"Iyaa kenapa?" jawab kompak dengan wajah tak sabar menunggu cerita sahabatnya itu.
"Nyokap sama bokap gue Dill-..." ucapnya terputus.
"Kenapa? Nyokap lo kenapa, Ha? Kenapa Vrill?" tanya Billa panik.
"Nyokap sama bokap gue mau udahan" jawab Vrilla dengan isak tangisnya.
Billa dan Dilla tak tau harus menjawab apa, ia hanya merubah bentuk mulutnya menjadi huruf 'O' diserta ekspresi kagetnya.
"Lo sabar ya... lo masih punya banyak temen termasuk gue sama Dilla" ucap Billa menenangkan.
Vrilla tak dapat berkata-kata. Lagi-lagi air matanya kembali menetes.
"Yaudah sekarang ke kamar mandi gue anterin, nanti keburu masuk muka lo sembab banget" ajak Billa.
Anggukan Dilla tanda setuju. Vrilla bergerak mengikuti tangan sahabatnya.
∆∆∆
"Lo tau Zafran nggak?" tanya Gilang kepada Kevin orang yang duduk didepan bangku Zafran.
"Dia gak berangkat hari ini, bolos mungkin" jawabnya singkat.
"Gak mungkinlah orang kayak Zafran bolos, lo ngaco deh" ucap Gilang dengan bibir sedikit nyengir dan alis menyatu.