Pagi buta, Avrilla sebagai anggota OSIS segera meniatkan diri menuju sekolah. Tak ada niatan sedikit pun untuk menghampiri Shabilla ataupun Adilla. Yang terpikir dibenaknya saat ini hanyalah penghianatan. Lagi-lagi hanya dendam. Memang sangat sulit untuk mengalahkan ego.
Sungguh udara masih dingin. karena sisa hujan semalam. Sedikit terlihat genangan air disepanjang jalan yang dilewatinya. Tubuhnya dibalut oleh sweater warna tosca dan rok abu-abu layaknya anak SMA lainnya.
Gerbang sekolah belum terbuka seutuhnya. Kemudian Avrilla berusaha membuka gerbang dengan tenaganya. Alhasil hanya sedikit berubah, mungkin hanya sekitar sepuluh senti saja.
"Butuh bantuan nggak?"
Dengan mulut ternganga dan mata terbelalak. Avrilla sontak memalingkan tubuhnya kearah sumber suara.
"Hei! Butuh bantuan nggak?" orang itu melambai-lambaikan tangannya kewajah Avrilla.
Avrilla belum mengerjapkan matanya. Hingga untuk ketiga kalinya seseorang itu menepuk ringan pipi kanannya.
"Oh-ehm- sorry sorry," ucap Vrilla gugup. "Lo ngomong apa tadi?"
"Ck ck" decakan dan gelengan kepala dari si pria itu. "Butuh bantuan nggak?"
'Sumpah nih makhluk dateng dari mana? Ganteng banget' teriak Avrilla dalam hati.
"Awas minggir, biar gue aja yang dorong," suruh pria itu.
Secara spontan Avrilla segera melangkahkan kakinya sedikit menjauh dari gerbang.
"Thanks ya Lang," senyum tipis tercetak dari bibir Avrilla.
"Oke santai aja," jawab Gilang dengan balasan senyumnya. "Masuk yuk!" ajak Gilang.
Anggukan kepala menandakan setuju. Keduanya lalu berjalan sejajar menuju kelas.
"Kok lo nggak barengan sama Billa lagi?"
"Ehmm gue- enggak, gue nggak bareng," jawabnya gugup.
"ehm" Gilang berdehem.
Degupan kencang jantung Vrilla masih belum stabil. Avrilla memberanikan angkat bicara, "ehm- Lang lo punya susunan acara hari ini nggak? Punya gue ketinggalan nih."
"gue gak punya. Kayaknya di ruang OSIS masih ada deh, kita langsung kesana aja," kata Gilang yang berjalan menatap Vrilla.
'gilaaakkkk dia natap gue' lagi-lagi hatinya berteriak.
Avrilla hanya mencetak senyum dan sedikit menganggukan kepalanya. Semoga wajahnya tidak semu merah saat ini.
*****
Ruang OSIS terlihat sangat sepi, karena memang ini masih pagi.
"Lo bawa kuncinya?" tanya Vrilla.
Gilang merogohkan tangannya kesaku celananya. Dan menunjukannya pada Vrilla.Vrilla mencetak senyum untuk yang kesekian kalinya.
"Zafran mana? Kok nggak sama lo? Trus kenapa kuncinya ada di elo?" tanya Vrilla panjang lebar.
"Dia nggak berangkat, Adilla juga nggak brangkat," jawab Gilang menjelaskan sambil membuka pintu.
"Hah!? Nggak berangkat? Masak pas lagi ada event, pas lagi ribet-ribetnya malah nggak berangkat, nggak adil deh, mana kompak lagi," gerutu Avrilla.
Gilang terkekeh geli menatap Vrilla yang marah-marah. "Gak tau tuh pada," Gilang menghela nafas, "Tugas mereka jadi dilimpahin ke gue sama Billa" ucap Gilang kesal.
Mendengar nama itu pikiran Vrilla terpusat. "oh, Billa," ucap Vrilla sedikit sinis.
Mereka berdua duduk dikursinya masing-masing. Sampai akhirnya...
Toktoktok
"Tuh Billa dateng," Gilang mencetak senyum, "Masuk Bill!" suruh Gilang.
"Sepi banget, baru dua orang?" ucap Billa sambil berjalan menuju tempat duduknya di samping Vrilla.
"Iya nih," jawab Gilang lagi.
Mengetahui Billa akan duduk di sampingnya. Vrilla berniat pergi.
"Lang gue ke toilet dulu ya," pamit Vrilla dengan sedikit menggebrakan meja lalu pergi begitu saja.
"Napa tuh anak, sambet apaan? Kayaknya tadi baek-baek aja," Gilang terkekeh.
Billa hanya mengangkat bahunya tanda tak tau.
*****
"Kak Zafran nggak berangkat sekolah?" Adilla membuka mata dari tidurnya yang cukup lama.
Mendengar suara itu, Zafran dengan muka bantalnya menatap polos sang adik, dan mengangguk kemudian kembali menjatuhkan kepalanya ke sofa saking ngantuknya.
Sekitar lima detik berlalu.
"Loh Dilla kamu udah bangun?" Zafran dengan kagetnya bertanya. 'Sejak kapan dia bangun, gue kira tadi cuma mimpi' batin Zafran.
Adilla hanya melempar senyum melihat tingkah sang kakak dan menggeleng pelan.
Zafran berjalan menghampiri Adilla dengan rambutnya yang sangat berantakan, mukanya pun bisa dibilang berantakan tak tertata.
"Mama mana?" tanya Dilla.
"Mama di rumah dek, mau gue telfonin?"
"Ga usah, nanti aja biar mama dateng sendiri" jawab Dilla.
"Lohh Fran sekarang kan ada event di sekolah kok kakak ga berangkat, trus yang urus semuanya siapa?" tanya Dilla panik.
Zafran mengernyit, "Lagi sakit masih sempet-sempetnya ya mikir event."
"Ihh gue serius!!"
"Udah-udah santai aja, ada Gilang sama Avrilla plus temen-temen lainnya kok yang ngurus, pasti beres."
Adilla menghembuskan nafas kasar tanda lega.
*****
Setelah sekian lama aku ga update gara" ujian-ujian dan ujian and finally sekarang udah selesai semua dan aku akan kembali lagi ke rutinitas seperti biasa. Happy reading guys! Hope you like it :)