"Capek ya lang seharian ngurus beginian," ucap Billa.
"Ehm" Gilang hanya berdeham dan menganggukan kepalanya, tak lupa ia memasang tampang coolnya.
Seiring perjalanan menuju pulang, keduanya tampak lesuh. Mungkin karena saking capeknya. Saatnya berpisah.
"Yaudah lang gue ke gerbang ya mungkin udah dijemput," ucapan perpisahan dari Billa.
"Oke siap Bil."
---
"Vrilla tunggu-tungguin gue!!"
Mendengar suara itu Vrilla semakin melajukan langkah kakinya. Seolah-olah tak mendengarkan lengkingan dari sahabatnya itu. Sahabat? Mungkin, tapi itu dulu! Tidak untuk sekarang.
"Gila tuh anak tuli kali ya!! Avrilla tunggu!!" Billa tak kalah menambah kecepatannya dalam berlari.
"Vrilla please berhenti! Gue pengen ngomong sama lo!!" teriak Billa dengan sangat lantang.
Membuat Vrilla berhenti tepat setelah Billa melontarkan kata-katanya. Entah siapa yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Vrilla pun berbalik, tak ada kata yang terucap.
Billa yang melihat Vrilla berbalik, senyumnya langsung mengembang. Dia tak lagi berlari menghampiri Vrilla. Hanya langkah demi langkah yang menggetarkan aspal.
Setelah mendekat keduanya hanya saling senyum.
"Mau jelasin apa lagi? Semuanya udah jelas kan?" ucap Vrilla cukup lembut bagi orang yang sedang marah.
"Engga Vrill nggak gitu!! Lo salah paham! Gue gak ada apa-apa sama Gilang,"
"Udah? Berarti gue balik!"
Billa dengan sergap meraih tangan kanan Vrilla.
"Vrill dengerin gue dulu! Gue cuma butuh waktu sebentar buat ngejelasin ke elo! Please!! Bentar aja!" mohon Billa.
"Lepasin ga tangan gue!"
"Gue bakalan lepas kalau lo mau dengerin penjelasan gue!" ancam Billa.
"Penjelasan apa lagi sih Bil?? Semuanya udah jelas, gue ngerti kok, cinta itu ga bisa dipaksain!"
"Engga Vril! Gilang itu milik lo, bukan gue," ucap Billa.
Tak sadar air mata yang telah terbendung lama telah mengalir.
Ego mengalahkan segalanya namun tidak untuk seorang gadis bernama Vrilla ini. Dia tak pernah kalah dengan egonya. Buktinya.
"Oke Bil gue ngerti," Vrilla tak segan-segan memeluk Billa dengan eratnya.
"Lo maafin gue kan?" Billa masih saja tak mengerti.
Vrilla mengangguk dengan senyum yang mengembang.
*****
'Jadi selama ini Vrilla suka sama gue?' tanya Gilang pada dirinya sendiri.
Tak sengaja mendengar bukan berarti nguping kan? Perdebatan kedua gadis itu masih terngiang di pikirannya. Bahkan saat Gilang akan tidur pun nama Vrilla terus membayangi pikirannya.
Klunting
Suara line masuk di HP Gilang. Diraihnya benada berbentuk persegi itu di meja samping kasurnya.
"Vrilla? Ngapain dia ngeline gue malem-malem gini?"
Vrilla : Lang kata Zafran besok Sabtu ada agenda ndaki nih di Gunung Semeru. Mau ikut nggak?
Oke siap gue ikut selagi ada lo :D : Gilang
'Mungkin Tuhan kirim Vrilla buat gue, gue bakalan belajar buat sayangin lo Vril' Senyum Gilang tercetak.
*****
"OMG!!!! OMG!!! Gila ini Gilang gak salah kirim??" teriak Vrilla.
"Kirim apaan Vrill?? Cieee!!" tanya Billa penasaran. Kebetulan di hari ini Billa menginap di rumah Vrilla.
Tak menjawab Vrilla langsung memeluk erat Billa.
"Vrill lepasin Vrill sumpek nihh!!"gerutu Billa.
Vrilla pun melepaskan pelukannya lalu melompat ke kasurnya. Disusul oleh Billa di sampingnya.
"Ihhh Billa kepo dehh!!" Vrilla pun sontak menjauhkan layar HP nya dari Billa.
"Tau ah! Gue mau tidur!" ucap Billa kesal.
"Yaudah sana. Goodnight girl, have a nice dream."
*****
"Ma kan Dilla udah sembuh, Dilla boleh ikut Kak Zafran ke Semeru ya Ma?" pinta Dilla.
"Nanti kalau kamu sakit lagi gimana?"
"Enggak kok Ma, tenang aja kan ada Kak Zafran yang jagain Dilla. Ya nggak kak?" ucap Dilla sambil mengkode Zafran.
"Iya deh iya," Zafran mengangguk.
"Okedeh boleh, tapi hati-hati ya nak!"
"Iya Ma. Dilla janji."
Sesampai di parkiran rumah sakit mereka masuk ke mobil dan melaju membelah keramaian di malam hari.
****
Haihai maaf ya update nya Cuma dikit-dikit soalnya masih belum dapet inspirasi yang luas. Maaf juga udah ngegantungin kalian di cerita ini. Semoga kalian suka dan enjoy it