"Sumpah, Prill! Kamu beruntung banget punya Suami super tajir dan super tampan kayak Mister Ali Andra!" Veraya tampak bersemangat dengan binar kagum mengatakannya, sambil menyesap capuccino miliknya.
Wajah Prilly terlihat biasa saja dan terkesan bete.
"Hemm ... Lumayan. Aku bisa beli apa aja yang aku mau." Jawabnya sedikit lesu. Veraya meneliti raut wajah sahabatnya itu."Kok sedih gitu sih, Prill? Sayang lho, muka yang penuh make up mahal itu harus berkerut," decak Veraya sambil melihat sekitarnya yang mulai ramai. Saat ini mereka sedang makan malam di sebuah restoran.
Prilly dua minggu yang lalu sudah pindah ke apartemen dengan Ali, maka dari itu dia mentraktir Veraya atas kepindahannya ke Apartemen mewah.
"Kamu udah izin sama Mister Ali Andra buat keluar?" Tanya Veraya lagi.
"Buat apa? Dia gak bakalan peduli juga." Prilly terlihat tak acuh, padahal dalam pikirannya sedang kalut sekarang. Sudah seminggu ini Ali selalu pulang larut malam, dia ingin marah tapi tidak bisa. Akhirnya hanya berdiam diri, atau nggak shoping-shoping ke mall buat menghilangkan stres. Dia begini bukan karena mengharapkan pria itu peduli, Prilly hanya tidak punya teman mengobrol di rumah.
"Aneh. Coba kamu itu masakin buat dia, Prill, siapa tahu aja dia sedikit care sama kamu."
"Ahh, aku gak peduli lha Ve, dia mau ngapain kek. Sekarang aku udah punya segalanya, gak mau yang muluk-muluk deh, senangin hati aja."
"Hemm, diserobot sama cewek bohay baru tau rasa. Ini zamannya pelakor." Veraya mencibir.
Prilly Cuma bergeleng pelan bila mengingat Veraya tempo lalu menentang pernikahannya, dan sekarang, gadis itu dengan penuh semangat mendukungnya. Malahan tadi meminta panggilan 'lo gue' mereka di hapuskan saja. Dan dengan bangga Veraya menyebut Ali dengan 'Mister Ali Andra', membuat Prilly merasa tak habis pikir dengan sahabatnya ini.
**
Prilly mengendarai mobil sambil melamun, seperti ada seduatu yang mengganjali pikirannya.
"PRILLY AWASSS!!!"
'BRAKH!'
Bersamaan dengan teriakan Veraya, suara benda yang terbentur sangat keras sehingga membuat goncangan hebat.
'Ciiittt!!'
Suara ban bergesekan dengan aspal sangat kentara ketika Prilly menginjak pedal rem dengan kekagetan luar biasa.
"Ve ...." Suara Prilly terdengar makin lemah, kesadarannya mulai pudar seiring dengan cahaya yang semakin meredup dari matanya.
**
Ali duduk di tepi kasur rumah sakit sambil menatap pada sosok mungil yang sedang terlelap. Kepala Prilly tampak terbalut oleh perban dan di bagian tangannya juga terdapat perban.
Ali menghela nafas panjang dan memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Tadi, ketika dia sedang di perjalanan pulang, dia mendapat telpon dari nomer Prilly, tapi bukan gadis itu yang meneleponnya melainkan warga yang mengaku kalau Prilly mengalami kecelakaan. Mobilnya bertabrakan dengan mobil avanza dari arah berlawanan.
Untung saja tidak ada yang terluka parah, Veraya bahkan hanya mengalami lecet di bagian pipinya. Gadis itu sudah kembali ke rumahnya, karena Ali memaksa supaya Veraya bisa beristirahat di rumah. Tinggal Prilly yang masih belum sadarkan diri, dia termasuk dalam kategori terparah diantara yang lain.
"Aku tahu kita tidak saling cinta, tapi bagai manapun kamu tetap istriku. Apapun masalahnya aku yang bertanggung jawab. Maaf karena beberapa hari ini aku terlalu sibuk." Ali berbicara sendiri sambil memandangi wajah damai Prilly yang terlelap. Gadis itu mengalami benturan di kepalanya. Kejadian itu begitu cepat terjadi sehingga Prilly tidak sempat berpikir apa-apa. Semuanya terjadi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena cinta (TAMAT)
RomancePrilly hannyalah gadis biasa yang terjebak dalam masa lalu kelam keluarganya, dia bertekad tidak akan pernah jatuh cinta dan menganggap para pria hanya permainan. Namun apa yang terjadi jika hanya karena materi ia rela menyerahkan diri terikat dalam...