Mercedes benz berwarna hitam berhenti tepat dipinggir jalan didepan basemen salah satu gedung Apartemen elite di Ibukota. Kaca depan mobil tampak terbuka sedikit. Sosok tampan berkaca mata hitam itu mengintip melalui kaca jendela mobilnya yang terbuka.
Tatapan dibalik kacamata terlihat tajam bagai tatapan elang. Fokusnya hanya satu. Wanita berdres peach yang sedang sibuk mengambil belanjaan dari dalam mobil dijok penumpang. Rambut pirangnya tergerai indah kala ditiup angin semilir.
Setelah semua belanjaan itu beres, ia segera mengunci mobil dan berjalan memasuki gedung Apartemen.
"Tidak akan ada yang bisa menyentuh dan menyakiti-mu mulai saat ini.. " sosok tampan itu bergumam penuh keyakinan. Dadanya naik turun diserang rasa rindu yang tak terungkap. Kaca mobilnya kembali menutup seiring mobil yang mulai berjalan meninggalkan tempat itu.
**
Prilly menaruh belanjaannya di dalam kamar, sebagian lagi ia bawa ke dapur karena memang sebagian sayur mayur yang ia beli.
Ali memintanya untuk memasak malam ini, karena ia akan membawa Arumi untuk makan malam bersama mereka.
Prilly menyanggupi dengan perasaan campur aduk. Ya. Dia harus belajar untuk tidak ikut campur masalah Ali. Kejadian kemarin tidak ingin ia ulangi lagi, dimana ia pingsan saat itu. Ali memanggil Arumi untuk memeriksanya. Kebetulan Arumi adalah seorang Bidan. Tidak ada yang mengkhawatirkan, Prilly hanya kelelahan.
Prilly bisa melihat betapa Ali begitu kagum dan memuja Arumi ketika merawatnya.
Malam menjelang ketika Prilly menyelesaikan pekerjaannya. Setelah mandi, wanita itu bergegas menuju meja makan karena Ali dan Arumi sudah tiba sedari tadi.
Langkahnya terhenti diambang pintu, kedua insan yang duduk diruang tamu tampak asik bersenda gurau.
"ayolah Prilly, lo gak ada hak buat marah" ia bergumam sendiri demi mensugesti hatinya yang mulai tak menentu. Prilly bingung akan perasaannya. Kenapa juga dia merasa cemburu dan marah?
Dia tidak mencintai Ali, kan?, itu tidak mungkin!
Benaknya berkecamuk saling beradu argumen, membuat kepalanya berdenyut nyeri, hingga tanpa sadar ia mengerang.
"Prill!! " Ali dengan sigap menahan tubuh Prilly yang tiba-tiba oleng. Untuk beberapa saat keduanya terdiam. Sorot mata Ali terlihat cemas, dadanya juga menjadi sesak. Ali sendiri bingung apa penyebab perasaannya seperti teraduk tak karuan.
Wajah Prilly terlihat pucat, walaupun begitu ia masih tetap cantik. Bahkan Ali terkesima menatap Prilly dengan jarak sedekat ini.
"Ekhem! Yok, aku udah lapar banget.. " suara Arumi mengembalikan Ali dan Prilly dari orientasi mereka yang tadi hilang.
"Kamu nggak apa-apa 'kan?, kalau masih sakit kamu istirahat aja". Prilly menggeleng. Ia berdiri tegak dan menunjukan pada Ali kalau dia baik-baik saja. Ketiganya berjalan kearah ruang makan.
"Oh ya Prill, kamu itu diem dirumah aja gak usah keluar. Kamu dehidrasi, mirip orang gak makan minum seminggu." Arumi menyendok makanannya sambil menatap Prilly prihatin.
"Hm.. Lagi gak punya nafsu makan, Rumi. Doyan buah aja, mirip orang diet"
"Oh.. Vitamin yang kemarin udah habis belum?"
"Aku bahkan tidak ingat sama sekali.. "
Ali menjadi pendengar yang baik bagi kedua wanita di kanan dan kirinya. Ahh.. Sanggupkah ia menyampaikan ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena cinta (TAMAT)
RomancePrilly hannyalah gadis biasa yang terjebak dalam masa lalu kelam keluarganya, dia bertekad tidak akan pernah jatuh cinta dan menganggap para pria hanya permainan. Namun apa yang terjadi jika hanya karena materi ia rela menyerahkan diri terikat dalam...