13-Kejutan

1.8K 143 0
                                    

     Wajahnya bercahaya laksana rembulan di tengah kegelapan, senyumnya laksana madu dan candu. Ali mengerjab beberapa kali untuk memastikan penglihatannya.

Ya. Benar. Wanita di depannya ini benar-benar Prilly. Senyum menyebalkan yang Ali rindukan, seringai sinis yang Ali ingin lihat. Dan di hadapannya, Prilly berdiri menunjukkan keangkuhannya.
Senyum Ali memudar tatkala pandangan matanya beralih pada seonggok belanjaan Prilly di dalam trolly. Sekali lagi Ali memastikan indera penglihatnya. Trolly Prilly dipenuhi buah-buahan serta susu untuk ibu hamil. Tatapan Ali berubah tajam. Ia menatap Prilly dengan pandangan intimidasi, ia butuh penjelasan akan hal ini.

   "Hay Li, apa kabar? Tumben belanja?" Prilly menyapa Ali seolah tidak terjadi apapun, dan lelaki itu memutuskan kontak mata dari Prilly.

   "Aku butuh penjelasan, Prill..." Ali menggeret Prilly tak sabaran, ia bahkan lupa kalau Prilly tengah susah payah menarik Trollynya yang penuh dengan barang belanjaan.

   "Pelan-pelan, Li! Anak ini bakal sakit!" pekik Prilly tanpa sadar. Ali berhenti, ia mengambil alih trolly Prilly dan berjalan cepat menuju kasir. Saat akan membayar, Prilly mencegah Ali, ia ingin membayar sendiri belanjaannya. Namun Ali berkeras dan dia-lah yang membayar. Setelah itu Ali membawa Prilly ke kafe yang berada di dalam mall. Wajahnya tak sabaran saat Prilly duduk di hadapannya dengan wajah tenang.

   "Jelaskan.."

   "Apanya? Nggak ada kejelasan apapun!" Prilly menjawab angkuh, menatap Ali dengan tajam juga.

Ali menghela nafas sejenak. Ok, Ali akui dia memang gugup karena belanjaan Prilly yang ia lihat dan ucapan Prilly tadi soal 'anak'. Salahkah kalau pikirannya sedikit tidak tenang memikirkan hal itu?

   "Kamu beneran hamil?" Ali bertanya pelan seolah menyadari sikap kasarnya pada Prilly tadi. Ia menahan nafas ketika Prilly ingin menjawab pertanyaannnya. Bahkan suara Prilly yang lembut itu bagai suara petir yang menggelegar di telinga Ali.

   "Iya."

   "Anak aku?" sekali lagi Ali memastikan jawaban Prilly.
Ali berkeringat, dia benar-benar gugup dan entahlah. Bahkan ac di ruangan itu tidak membuat keringat Ali hilang. Prilly ingin sekali tertawa melihat reaksi berlebihan Ali, namun ia tahan karena tidak ingin membuat Ali malu di tempat umum.

   "Tentu saja anak kamu, memang anak siapa lagi heh?!"

    Pada awalnya Prilly memang tidak ingin memberitahu Ali akan hal ini, dia bahkan berpikir untuk membesarkan anaknya sendirian. Namun, Prilly kembali berpikir tidak ingin kisah hidupnya benar-benar seperti sinetron atau novel. Ali masih suaminya, suami sahnya. Dan Prilly tidak akan membiarkan Arumi merebut Ali darinya. Tidak akan pernah! Prilly bersumpah untuk hal itu, dia tidak ingin mengambil tindakan bodoh seperti masa lalu keluarganya.

   "Apa dia sehat, Prill? Sudah berapa usianya? Maaf karena aku tidak tahu" Ali membuyarkan lamunan panjang Prilly. Menatap sayu pada wanita di hadapannya yang terlihat sedikit berisi dari terakhir kali mereka bertemu. Ali mati-matian mencari Prilly, dan dengan tanpa sengaja mereka bertemu di sini. Bahkan Ali dapat bonus mendengar kabar kehamilan Prilly yang tidak pernah ia duga sama sekali.

   "Dia sehat, Ayah." Prilly mengedipkan matanya beberapa kali untuk menggoda Ali, hingga Ali berkeringat dingin. Jantungnya berdebar tak karuan. Barusan Prilly menyebutnya dengan panggilan 'Ayah'?, apakah dia bermimpi karena akan menjadi seorang Ayah.

   "Aku jadi seorang ayah?" Ali bergumam. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika tahu dirinya akan memiliki seorang anak. Ali tidak pernah menghadapi wanita hamil sebelumnya, dia takut karena tidak bisa mengekspresikan rasa bahagianya. Ya, Ali tentu saja bahagia. Manusia mana yang tidak bahagia bila mendengar akan memiliki seorang malaikat kecil.

Karena cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang